Aku Wanita
Pedagang
Kini aku berusia 31 tahun. Masih
belum menikah. Sebagai seorang wanita karier, aku terlalu terlena dengan
pekerjaan dan mencapai kesuksesanku. Mungkin itu pula sebabnya, aku terlena
untuk memikirkan suami. Sebut saja namaku Lena (samaran karena aku terlena untuk
dan kemudian tidak menikah).
Ketika aku berangkat dari kampung, aku bermodalkan sebuah ijazah SMA. Di kota provinsi ini, aku memulai perjuanganku, tanpa seorangpun yang kukenal. AKua menjual sebuah cincin emas seberat 5 gram ke toko emas. Dari sana aku mulai mencari tempat kos. Kawasan pinggiran kota yang harganya murah.Dari sebuah kamar ukuran 2 x 3 meter itu, itulah istanaku. Sebuah kompor masak, sebuah piring, sebuah cangkir dan serba minim. Aku memulai berjualan pakaian bekas, ketika usiaku masih 19 tahun. Dari pakaian bekas 50 potong, aku berhasil mengembangkan mhttp://www.lifeinkorea.com/culture/marriage/marriage.cfmenjadi 127 potong dalam waktu tiga minggu. Memang aku berbakat jadi pedagang.
Setelah enam bulan di kota provinsi itu, aku mulai membuka Bal pakaian bekas. Aku sengaja membeli bal pakaian celana jeans. Aku lebih suk berhubungan dengan laki-laki. dalam membeli pakaian, laki-laki tidak sama dengan perempuan, terlalu banyak tawar dan basa-basa, hingga kita harus sabar dan butuh waktu merayu.
Dengan laki-laki, aku cuku menawarkan harga dengan untung tipis. Laki-laki lebih rasional.
Kalau kepada perempuan sepotong jeans,levi's 501 yang kubeli seharga Rp 35.000,- harus kutawarkan kepad perempuan seharga Rp.80.000 dan akan terjual seharga Rp.40.000,- dengan tawar-menawar yang sengit. Kalau kepda laki-laki, cukup ditawarkan Rp.50.000,- harga aka jadi Rp40.000,- Tak perlau capek, karean laki-laki sangat rasional berpikirnya dan mengerti barang bagus.
Delapan bulan aku berdagang, aku pindah dari tempat kosku. Masih di kawasan yang sama, tapi sudah tidak mausk gang lagi. Kini aku menempati kamar ukuran 4 X 4 meter. Kemudian rumah itu kubeli setelah berdagang selama 17 bulan. Semua orang iri melihat kepiawaianku berdagang. Aku mampu melakukan daganganku dengan omset penjualan Rp. 7 juta perhari denga keuntungan Rp.350.000,- Pada mulanya orang mengira aku tolol. Kain bagus dijual murah. Bagiku, untung tipis, uang berputar dan dagangan lancar, pelanggan banyak.
Kini aku sudah memiliki sebuah rumah yang lumayan dengan ssebuah garasi mobil dan sebuah mobil KIA buatan korea serta sebuah mobil Pic Up Suzuki untuk angkut barang. Aku sudah mempekerjakan 4 orang pekerja dengan gaji di atas gaji pekerja lain yang sejenis denganku di kawasan tempatku berjualan. AKu mulai dilirik oleh laki-laki. Setelah dua bulan pacaran, aku tau motivasinya adalah numpang hidup. Aku ganti pacar lain, semuanya sama saja, mereka hanya mau numpang hidup dan mau enaknhya saja. Persetan dengan laki-laki.
Aku pernah mendengar, jelek-jelek, aku lelaki, aku bisa milih. Tueh....!!! Kurang ajar. Apa hanya laki-laki saja yang bisa milih? Apa perempuan saja yang dijadikan budak seks? Tidak....tidak....tidak.!http://www.lifeinkorea.com/culture/marriage/marriage.cfm
Aku akan buktikan, kalau seorang perempuan juga bisa milih dan mampu memperbudak laki-laki.
Aku tidak terlalu menyesal, ketika Tony merenggut kegadisanku setahun lalu, saat kami pacaran, karean aku mencintainya. Tapi begitu dia mau merongrong (uang) ku, aku mendepaknya. Jangan dia kira, kalau sudah merenggut kegadisanku, lantas aku bertekuk lutut di hadapannya? Tidak. Sekali lagi tidak.
Rumah Tony tak jauh dari rumahku. Dia tinggal di rumah tantenya dan kos. Dia kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta untuk D-3. Aku dekat dengan tentenya. Kinilah saatnya, aku akan melampiaskan birahiku kepada keponakannya bernama Murad. Murad berusia 15 tahun. Ganteng, putih dan lincah. Dia selalu datang ke rumah membantuku dan selalu kuberikan upahnya yang tidak layak diteerima orang lain. Kalau orang lain mendapat upah Rp.15.000 per hari untuk jaga pakaian di kiosku, dia kuberi upah Rp.22.000,- Dia begitu dekat denganku.
Aku sengaja membeli tabloid-tabloid bekas seperti lipstik dan sejenisnya. Sengaja kuletakkan di mejaku. Saat pembeli sepi, kuliat Murad begitu senang melihat lekuk-lekuk tubuh perempuan di tabloid itu. Kau kena, pikirku.
"Teteknya bagus ya, Rad?" aku langsung saja mengatakan kata tetek untuk payudara.
Kulihat dia tersipu. Lalu aku membangkitkan birahinya. Kalau diemut, tetek begitu gede, enak tuh.....
Lagi-lagi Murad tersipu.
"Mana lebih gede tetek di foto itu, dari pada tetek mbak, Rad?" tanyaku memancing.
Murad masih diam. Aku mendesak agar dia menjawab.
"Enggak tau, soalnya aku belum pernah lihat mbak punya,' katanya. Mampus kau. Sekarang saatnya, pikirku. Aku tersenyum. Saat kios mau ditutup, aku memangilnya ke belakang. Aku tarik tangannya dan kulekatkan telapak tangannya ke dadaku.
"Coba kamu raba, mana lebih gede dari yang di foto itu," kataku. Terasa padaku, kalau tubuh Murad mulai gemetar. Mungkin takut, terkejut atau apa namanya. Aku tak perduli. Ketika telapak tangannya merapat, kueluskan telapak tangan itu ke tetekku. Langsung kupeluk dia dan kukecup bibirnya. Dia gelagapan. Aku tak perduli. Pokoknya aku harus berhasil.
Kami cepat-cepat menutup kios. Pekerja yang lain sudah pada pulang. AKu sengaja pulang bersama Murad. Di atas mobil kutanya lagi, mana lebih besar tetekku dari tetek yang di foto itu. Dia menjawab lugu, karean belum melihat langsung dia belum tau.
Setiba di rumah, aku langsung ke kamar dan Murad menuruni barang dari mobil pick up. Aku segera ganti pakaian, daster tanpa BH dan CD. Begitu Murad siap menuruni barang dagangan, kupanggil dia. Biasanya, aku mentyerahkan gajinya di rumah. Dia bekerja padaku setelah pulang sekolah siang hari, langsung ke kios dan makan di kios. Begitu Murad mendekat, aku langsung memeluknya dan menciumi bibirnya. Kuarahkan tanganya meraba tetekku. Denmgan sigap pula kulepaskan dasterku. Kini aku bertelanjang bulat di hadapannya. Aku melihatnya terkejut. Biarlah, dia terkejut. Aku harus berhasil. Perlahan kuciumi dia. Kini dia mulai membalas cioumanku. Perlahan kupeloroti pakaian yang melekat di tubuhnya. KIni kai sudah sama-sama telanjang bulat. Kubaringka dia di atas lantai. Aku mengangkanginya dan memasukkan penisnya ke paginaku. Kugoyang dan ku pompa. Dia mengelinjang dan tak lama, aku merasakan spermanya sudah tertembak di dalam laing paginaku. Aku tersenyum.
"Kamu sudah dewasa tapi beluberpengalaman. Nanti mbak ajarin ya, kalau ada kesempatan, bisikku" Kutuntun dia memasuki kamar mandi untuk membersihkandiri. Kemudian kuserahkan Rp.50.000,- padanya. Dia tersenyum puas menerima uang itu.
Sejak itu, Murad semakin rajin bekerja dan sekolah. Setiap ada kesempatan, kami melakukannya. Anehnya, kini menyenangi pula adiknya Murad yang berusia 13 tahun. Namanya Niko (samaran). Anaknya tidak serapi Murad. Masih suka bermain layangan. Untuk mendapatkannya, ternyata aku lebih gampang ketimbang Murad abangnya. Untuk Niko tak perlu uang puluhan ribu rupiah. Cuku Rp.3.000,- membeli dua buah layangan ditambah dua tungkul benang. Lalu jajan tahu goreng atau makanan ringan lainnya.
Ketika kusuruh dia menyuci mobil, kulihat tenaganya kuat sekali mengangkat seember air dari kamar mandi. Sampai-sampai pakaiannya basah. Ibunya datang memberikan sepasang pakaian untuk ganti, agar Niko tak masuk angin. Kataku, aku akan membelikannya pakaian bersih nanti dari dagangan pakaian bekasku. Ibunya ternyata senang dan membawa kembali pakaian yang dibawanya dari rumah. Aku tahu, orang tua Niko senang, bila anak-anaknya bekerja denganku. Pekerjaan tidak berat dan sulit, uangnya beswar (menurut ukuran mereka). Mereka mengatakan aku, perempuan murah hati. Pantas rejekiku lancar, karena pemurah.
Usai mencuci mobil, Niko kusuruh mandi di kamar mandi dekat garasi. Sebanarnya bukan kamar mandi, tapi tempat mencuci pakaian dan terbuka. Seenaknya saja Niko membuka pakaiannya dan telanjang untuk mandi. Dia tertawa-tawa saat telanjang
Aku mendekatinya dan menyiraminya air. Kusabuni tubuhnya. Saat itu, ibu Niko melihat aku sedang memandikannya. Betapa senangnya hati ibu Niko melihat aku memandikan anaknya dan menyabuninya. Ibu Niko juga sempat berceloteh:"Enaknya dimandiin mbak mu" dan dia pergi. Murad hanya tertawa-tawa saja. Melihat ibu Niko pergi, aku menyabuni burungnya. Kuelus-elus burung itu. Niko kegelian, Tahttp://www.lifeinkorea.com/culture/marriage/marriage.cfmpi burjng itu mula mengeras. Burung yang belum memiliki bulu-bulu bulu itu kulihat semakin tegang dan keras. Dengan licikk kuukur buurng itu. Panjangnya 1,5 kali jari tangahku dan besarnya berkisar mendekati jempol kakiku.
Ini sudah bisa, pikirku.
"Kamu diam saja ya Niko. Jangan bilang siapa-siapa. Nanti mbak kasi uang beli layangan. Pokoknya kamu diam. Ini rahasia kita. Kalau anak ganteng dan laki-laki yang sudah jadi pemuda, pasti bisa jaga rahasia. OK?" kataku. Niko megangguk. Kududukkan dia di pada kursi. Lalu kuemut penisnya yang baru bersunat itu. Ketika mulutkua menemut penisnya, aku membuka CD ku. Burungh itu keras sekali. Aku naik di atas kedua pahanya dan kuarahkan penis kecil itu memasuku paginaku. Aku mengocok nya. Dia kupeluk dan kuciumi pipinya dan kujilati lehernya. Kini Niko balas memelukku kuat sekali. Pelukan sepasang tangan mungil yang terasa sangat indah sekali. Dan Niko mengejang...mengejang dan mengejang, lalu terkulai. Mampus kau, pikirku. Dia terkapar. Secepatnya dia ku lap pakai handuk dan kucuci penisnya, lalu kupakaiakan pakaiannya yang rapi dari daganganku.
Perlahan aku mengajarinya setiap kali ada kesempatan. Setiap kali kami melakukannya, dia kuberi uang Rp.5000 sampai Rp.10.000,- Kini Niko dan Murad sudah sangat berpengalaman dalam usianya yang masih hijau. Tanan-tangan mungil itu, lidah-lidah mungil itu, penis mungil itu, ternyata sangat berkesan dan jauh lebih indah daripada penis-penis tua yang keras dan egois. Aku senagaj menjaga pooding mereka. Telor setengah masak. Makana sehat, bubur kacang hijau dan makananberd\gizi lainnya. Hingga mereka tuga tumbuh subur dan pintar serta sehat.
Selama tiga tahun ini, aku sudah mendapatkan tidak kurang dari 27 buah burung muda yang semuanya hangat dan indah. Ternyata berhubungan dengan burung-burung kecil, memiliki rasa indah tersendiri. Kita boleh mengendalikan permainan. Saat kita mengajari dan emmanjakan mereka, terasa kalau kita sendiri sebenarnya sedang memanjakan diri sendiri. Kemanjaan murni itu sangat indah dan mahal harganya. Kita tak perlu menjaga perasaan pasangan kita yang sebaya. Jika dengan anak-anak kecil ini, kita hanya menjaga perasaannya dari rasa cemburu. Jangan dikira anak-anak kecil seperti ini tidak memiliki rasa cemburu yang kuat. Rasa posesif (memeiliki) mereka ternyata jauh lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki deqwasa. Hanya saja, rasa posesif itu sangat lucu dan indah. Indah sekali.
Saat mereka menetek, bibir mungil mereka jauh lebih nikmat dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang menetek di payudara perempuan. Rabaan tangan-tangan mungil yang lembut itu, jaug lebih merangsang dibandingkan dengan tangan laki-klaki dewasa.
Ketika aku berangkat dari kampung, aku bermodalkan sebuah ijazah SMA. Di kota provinsi ini, aku memulai perjuanganku, tanpa seorangpun yang kukenal. AKua menjual sebuah cincin emas seberat 5 gram ke toko emas. Dari sana aku mulai mencari tempat kos. Kawasan pinggiran kota yang harganya murah.Dari sebuah kamar ukuran 2 x 3 meter itu, itulah istanaku. Sebuah kompor masak, sebuah piring, sebuah cangkir dan serba minim. Aku memulai berjualan pakaian bekas, ketika usiaku masih 19 tahun. Dari pakaian bekas 50 potong, aku berhasil mengembangkan mhttp://www.lifeinkorea.com/culture/marriage/marriage.cfmenjadi 127 potong dalam waktu tiga minggu. Memang aku berbakat jadi pedagang.
Setelah enam bulan di kota provinsi itu, aku mulai membuka Bal pakaian bekas. Aku sengaja membeli bal pakaian celana jeans. Aku lebih suk berhubungan dengan laki-laki. dalam membeli pakaian, laki-laki tidak sama dengan perempuan, terlalu banyak tawar dan basa-basa, hingga kita harus sabar dan butuh waktu merayu.
Dengan laki-laki, aku cuku menawarkan harga dengan untung tipis. Laki-laki lebih rasional.
Kalau kepada perempuan sepotong jeans,levi's 501 yang kubeli seharga Rp 35.000,- harus kutawarkan kepad perempuan seharga Rp.80.000 dan akan terjual seharga Rp.40.000,- dengan tawar-menawar yang sengit. Kalau kepda laki-laki, cukup ditawarkan Rp.50.000,- harga aka jadi Rp40.000,- Tak perlau capek, karean laki-laki sangat rasional berpikirnya dan mengerti barang bagus.
Delapan bulan aku berdagang, aku pindah dari tempat kosku. Masih di kawasan yang sama, tapi sudah tidak mausk gang lagi. Kini aku menempati kamar ukuran 4 X 4 meter. Kemudian rumah itu kubeli setelah berdagang selama 17 bulan. Semua orang iri melihat kepiawaianku berdagang. Aku mampu melakukan daganganku dengan omset penjualan Rp. 7 juta perhari denga keuntungan Rp.350.000,- Pada mulanya orang mengira aku tolol. Kain bagus dijual murah. Bagiku, untung tipis, uang berputar dan dagangan lancar, pelanggan banyak.
Kini aku sudah memiliki sebuah rumah yang lumayan dengan ssebuah garasi mobil dan sebuah mobil KIA buatan korea serta sebuah mobil Pic Up Suzuki untuk angkut barang. Aku sudah mempekerjakan 4 orang pekerja dengan gaji di atas gaji pekerja lain yang sejenis denganku di kawasan tempatku berjualan. AKu mulai dilirik oleh laki-laki. Setelah dua bulan pacaran, aku tau motivasinya adalah numpang hidup. Aku ganti pacar lain, semuanya sama saja, mereka hanya mau numpang hidup dan mau enaknhya saja. Persetan dengan laki-laki.
Aku pernah mendengar, jelek-jelek, aku lelaki, aku bisa milih. Tueh....!!! Kurang ajar. Apa hanya laki-laki saja yang bisa milih? Apa perempuan saja yang dijadikan budak seks? Tidak....tidak....tidak.!http://www.lifeinkorea.com/culture/marriage/marriage.cfm
Aku akan buktikan, kalau seorang perempuan juga bisa milih dan mampu memperbudak laki-laki.
Aku tidak terlalu menyesal, ketika Tony merenggut kegadisanku setahun lalu, saat kami pacaran, karean aku mencintainya. Tapi begitu dia mau merongrong (uang) ku, aku mendepaknya. Jangan dia kira, kalau sudah merenggut kegadisanku, lantas aku bertekuk lutut di hadapannya? Tidak. Sekali lagi tidak.
Rumah Tony tak jauh dari rumahku. Dia tinggal di rumah tantenya dan kos. Dia kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta untuk D-3. Aku dekat dengan tentenya. Kinilah saatnya, aku akan melampiaskan birahiku kepada keponakannya bernama Murad. Murad berusia 15 tahun. Ganteng, putih dan lincah. Dia selalu datang ke rumah membantuku dan selalu kuberikan upahnya yang tidak layak diteerima orang lain. Kalau orang lain mendapat upah Rp.15.000 per hari untuk jaga pakaian di kiosku, dia kuberi upah Rp.22.000,- Dia begitu dekat denganku.
Aku sengaja membeli tabloid-tabloid bekas seperti lipstik dan sejenisnya. Sengaja kuletakkan di mejaku. Saat pembeli sepi, kuliat Murad begitu senang melihat lekuk-lekuk tubuh perempuan di tabloid itu. Kau kena, pikirku.
"Teteknya bagus ya, Rad?" aku langsung saja mengatakan kata tetek untuk payudara.
Kulihat dia tersipu. Lalu aku membangkitkan birahinya. Kalau diemut, tetek begitu gede, enak tuh.....
Lagi-lagi Murad tersipu.
"Mana lebih gede tetek di foto itu, dari pada tetek mbak, Rad?" tanyaku memancing.
Murad masih diam. Aku mendesak agar dia menjawab.
"Enggak tau, soalnya aku belum pernah lihat mbak punya,' katanya. Mampus kau. Sekarang saatnya, pikirku. Aku tersenyum. Saat kios mau ditutup, aku memangilnya ke belakang. Aku tarik tangannya dan kulekatkan telapak tangannya ke dadaku.
"Coba kamu raba, mana lebih gede dari yang di foto itu," kataku. Terasa padaku, kalau tubuh Murad mulai gemetar. Mungkin takut, terkejut atau apa namanya. Aku tak perduli. Ketika telapak tangannya merapat, kueluskan telapak tangan itu ke tetekku. Langsung kupeluk dia dan kukecup bibirnya. Dia gelagapan. Aku tak perduli. Pokoknya aku harus berhasil.
Kami cepat-cepat menutup kios. Pekerja yang lain sudah pada pulang. AKu sengaja pulang bersama Murad. Di atas mobil kutanya lagi, mana lebih besar tetekku dari tetek yang di foto itu. Dia menjawab lugu, karean belum melihat langsung dia belum tau.
Setiba di rumah, aku langsung ke kamar dan Murad menuruni barang dari mobil pick up. Aku segera ganti pakaian, daster tanpa BH dan CD. Begitu Murad siap menuruni barang dagangan, kupanggil dia. Biasanya, aku mentyerahkan gajinya di rumah. Dia bekerja padaku setelah pulang sekolah siang hari, langsung ke kios dan makan di kios. Begitu Murad mendekat, aku langsung memeluknya dan menciumi bibirnya. Kuarahkan tanganya meraba tetekku. Denmgan sigap pula kulepaskan dasterku. Kini aku bertelanjang bulat di hadapannya. Aku melihatnya terkejut. Biarlah, dia terkejut. Aku harus berhasil. Perlahan kuciumi dia. Kini dia mulai membalas cioumanku. Perlahan kupeloroti pakaian yang melekat di tubuhnya. KIni kai sudah sama-sama telanjang bulat. Kubaringka dia di atas lantai. Aku mengangkanginya dan memasukkan penisnya ke paginaku. Kugoyang dan ku pompa. Dia mengelinjang dan tak lama, aku merasakan spermanya sudah tertembak di dalam laing paginaku. Aku tersenyum.
"Kamu sudah dewasa tapi beluberpengalaman. Nanti mbak ajarin ya, kalau ada kesempatan, bisikku" Kutuntun dia memasuki kamar mandi untuk membersihkandiri. Kemudian kuserahkan Rp.50.000,- padanya. Dia tersenyum puas menerima uang itu.
Sejak itu, Murad semakin rajin bekerja dan sekolah. Setiap ada kesempatan, kami melakukannya. Anehnya, kini menyenangi pula adiknya Murad yang berusia 13 tahun. Namanya Niko (samaran). Anaknya tidak serapi Murad. Masih suka bermain layangan. Untuk mendapatkannya, ternyata aku lebih gampang ketimbang Murad abangnya. Untuk Niko tak perlu uang puluhan ribu rupiah. Cuku Rp.3.000,- membeli dua buah layangan ditambah dua tungkul benang. Lalu jajan tahu goreng atau makanan ringan lainnya.
Ketika kusuruh dia menyuci mobil, kulihat tenaganya kuat sekali mengangkat seember air dari kamar mandi. Sampai-sampai pakaiannya basah. Ibunya datang memberikan sepasang pakaian untuk ganti, agar Niko tak masuk angin. Kataku, aku akan membelikannya pakaian bersih nanti dari dagangan pakaian bekasku. Ibunya ternyata senang dan membawa kembali pakaian yang dibawanya dari rumah. Aku tahu, orang tua Niko senang, bila anak-anaknya bekerja denganku. Pekerjaan tidak berat dan sulit, uangnya beswar (menurut ukuran mereka). Mereka mengatakan aku, perempuan murah hati. Pantas rejekiku lancar, karena pemurah.
Usai mencuci mobil, Niko kusuruh mandi di kamar mandi dekat garasi. Sebanarnya bukan kamar mandi, tapi tempat mencuci pakaian dan terbuka. Seenaknya saja Niko membuka pakaiannya dan telanjang untuk mandi. Dia tertawa-tawa saat telanjang
Aku mendekatinya dan menyiraminya air. Kusabuni tubuhnya. Saat itu, ibu Niko melihat aku sedang memandikannya. Betapa senangnya hati ibu Niko melihat aku memandikan anaknya dan menyabuninya. Ibu Niko juga sempat berceloteh:"Enaknya dimandiin mbak mu" dan dia pergi. Murad hanya tertawa-tawa saja. Melihat ibu Niko pergi, aku menyabuni burungnya. Kuelus-elus burung itu. Niko kegelian, Tahttp://www.lifeinkorea.com/culture/marriage/marriage.cfmpi burjng itu mula mengeras. Burung yang belum memiliki bulu-bulu bulu itu kulihat semakin tegang dan keras. Dengan licikk kuukur buurng itu. Panjangnya 1,5 kali jari tangahku dan besarnya berkisar mendekati jempol kakiku.
Ini sudah bisa, pikirku.
"Kamu diam saja ya Niko. Jangan bilang siapa-siapa. Nanti mbak kasi uang beli layangan. Pokoknya kamu diam. Ini rahasia kita. Kalau anak ganteng dan laki-laki yang sudah jadi pemuda, pasti bisa jaga rahasia. OK?" kataku. Niko megangguk. Kududukkan dia di pada kursi. Lalu kuemut penisnya yang baru bersunat itu. Ketika mulutkua menemut penisnya, aku membuka CD ku. Burungh itu keras sekali. Aku naik di atas kedua pahanya dan kuarahkan penis kecil itu memasuku paginaku. Aku mengocok nya. Dia kupeluk dan kuciumi pipinya dan kujilati lehernya. Kini Niko balas memelukku kuat sekali. Pelukan sepasang tangan mungil yang terasa sangat indah sekali. Dan Niko mengejang...mengejang dan mengejang, lalu terkulai. Mampus kau, pikirku. Dia terkapar. Secepatnya dia ku lap pakai handuk dan kucuci penisnya, lalu kupakaiakan pakaiannya yang rapi dari daganganku.
Perlahan aku mengajarinya setiap kali ada kesempatan. Setiap kali kami melakukannya, dia kuberi uang Rp.5000 sampai Rp.10.000,- Kini Niko dan Murad sudah sangat berpengalaman dalam usianya yang masih hijau. Tanan-tangan mungil itu, lidah-lidah mungil itu, penis mungil itu, ternyata sangat berkesan dan jauh lebih indah daripada penis-penis tua yang keras dan egois. Aku senagaj menjaga pooding mereka. Telor setengah masak. Makana sehat, bubur kacang hijau dan makananberd\gizi lainnya. Hingga mereka tuga tumbuh subur dan pintar serta sehat.
Selama tiga tahun ini, aku sudah mendapatkan tidak kurang dari 27 buah burung muda yang semuanya hangat dan indah. Ternyata berhubungan dengan burung-burung kecil, memiliki rasa indah tersendiri. Kita boleh mengendalikan permainan. Saat kita mengajari dan emmanjakan mereka, terasa kalau kita sendiri sebenarnya sedang memanjakan diri sendiri. Kemanjaan murni itu sangat indah dan mahal harganya. Kita tak perlu menjaga perasaan pasangan kita yang sebaya. Jika dengan anak-anak kecil ini, kita hanya menjaga perasaannya dari rasa cemburu. Jangan dikira anak-anak kecil seperti ini tidak memiliki rasa cemburu yang kuat. Rasa posesif (memeiliki) mereka ternyata jauh lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki deqwasa. Hanya saja, rasa posesif itu sangat lucu dan indah. Indah sekali.
Saat mereka menetek, bibir mungil mereka jauh lebih nikmat dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang menetek di payudara perempuan. Rabaan tangan-tangan mungil yang lembut itu, jaug lebih merangsang dibandingkan dengan tangan laki-klaki dewasa.