Gelombang nikmat yang sangat Dahsyat.....

Gelombang nikmat yang sangat Dahsyat.....


Astaga.., seruku dalam hati. Pantas, seolah baru menyadari. Selama ini aku tak pernah ingat apalagi menanyakan tentang suami Tante Vivi ini. Jadi selama ini Tante Vivi itu seorang Janda. Ya ampuun.., kenapa aku tak menyadari sejak semula. Semenjak pertama kali aku datang ke sini bersama Selva, memang aku tak melihat orang lain lagi selain Inem pembantunya. Waktu itu kupikir suaminya sedang bekerja. Pantas ketika aku datang tadi hanya Tante Vivi sendirian yang menyambutku. Jadii.., hatiku jadi setengah grogi juga. Aku jadi teringat tentang beberapa kisah nyata di majalah yang pernah kubaca tentang kehidupan seorang janda muda, terutama sekali mengenai soal seks. Pada umumnya katanya mereka sangat mudah dirayu dan tak jarang juga pintar merayu. Jangan-jangan.., pikirku mulai ngeres lagi.
"ooh.., maaf Tante saya baru tahu sekarang..", ujarku lirih sejenak kemudian. Tante Vivi tersenyum kecil.
" Udahlah Ar.., itu masa lalu.., tidak usah diungkit lagi..", ujarnya setengah menghindar. Terlihat ada setetes air menggenang di pelupuk kedua matanya yang indah.

Sedetik kemudian ia sengaja memalingkan mukanya dari tatapanku, mungkin ia tak ingin terlihat sedih di depanku. Kemudian ia berjalan ke depan dan setengah berjongkok memunguti semua majalah yang masih berserakan di atas karpet, spontan aku segera menyusul hendak membantunya.
"Sini Ari bantu Tante..", kataku pendek. Tanpa menoleh ke arahnya aku langsung nimbrung mengumpulkan majalah yang masih tersisa.
"iih sudah Ar.., tidak usah.., kok kamu ikutan repot..", sahutnya. Kali ini wajahnya kulihat sudah cerah kembali. Bibirnya yang ranum setengah terbuka menyunggingkan sebuah senyuman manis. Manis sekali. Aku sempat terpana selama 2 detik.

" Tante tidak menikah lagi..?", tanyaku padanya tanpa sadar. Sedikit kaget juga aku dengan pertanyaanku, jangan-janga ia marah atau sedih kembali. Namun ternyata tidak, sambil tetap tersenyum ia balik bertanya.
"Siapa yang mau sama aku Ar..?"
"aah.., Ari kira banyak Tante.."
"Siapaa..?"
"Ari juga mau Tante..", kataku cuek, karena maksudku memang bercanda. Ia mendelik lalu sambil setengah ketawa tangannya mencubit lenganku sekaligus mendorongku ke samping.
"Hik.., hik.., kamu ini ada-ada aja Ar.., jangan nyindir gitu dong Ar, memangnya gampang cari laki-laki jaman sekarang..", ujarnya. Lalu kulihat ia terduduk diam seribu bahasa.
"kenapa Tante.. ", tanyaku padanya. Tante Vivi sedikit kaget mendengar pertanyaanku. Namun sambil tersenyum kecut ia hanya menjawab pendek.
"Sudahlah Ar.., jangan bicara masalah itu..".

Singkat cerita, malam itu aku hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit untuk merakit komputer barunya. Untung saja Tante Vivi membeli komputer jenis Build Up sehingga aku tak perlu untuk memeriksa 2 kali, cuman periksa tegangan input, tinggal sambung kabel ke monitor dan CPU, pasang external modem, pasang speaker aktifnya ke output soundcard, sambung ke stavolt.., sudah beres.

"Sudah beres Tante..,".....
"kabel teleponnya mana tante?..".
"tuh..dibawah meja..."jawabnya
Aku melongok ke bawah meja.., astaga di bawah situ berarti mestinya aku harus merangkak di situ.., sejenak aku melongo.
"Kenapa Ar..?"
"Ooh tidak Papa Tante..".

Woow, Tante Vivi dengan posisi tubuh seperti itu membuat kedua paha mulusnya nampak jelas dan minta ampuuuunnn...
celana dalam putih tipis itu membuatku terangsang.............. , Tante Vivi seolah baru menyadari ia menjerit lirih.
"iih..", serunya lirih.
ia langsung menutup kedua belah pahanya....

"Maaf Tante.., sa.., Ari tidak sengaja..", ujarku cuek. Tante Vivi masih dengan sedikit pucat, akhirnya hanya bisa tersenyum kecil. Wajahnya kelihatan memerah.
"Sudahlah.., Ar..", sahutnya pendek. Dalam hati aku berbisik, lumayan dapat tontonan paha mulus....
setelah semua rampung akupun pamitan dan setiba
Dipintu depan, sekali lagi Tante Vivi mengucapkan banyak terima kasih, aku menyalaminya tangannya yang halus erat-erat. Aku sudah hendak membuka pintu depan, ketika tiba-tiba seekor laba-laba hitam yang cukup besar dengan kaki-kakinya yang panjang langsung meloncat ke lantai begitu tanganku memegang handle pintu, refleks tanganku kutarik ke belakang sambil meloncat mundur, aku tidak tahu dan tidak sengaja ketika diriku menabrak tubuh Tante Vivi, sontak ia terhuyung dan menjerit hendak jatuh. Namun dengan sigap walaupun tubuhku masih setengah merinding, aku langsung memegang lengan kanannya dan kutarik tubuhnya ke arahku. Dalam sedetik tubuhnya telah berada dalam pelukanku. Sweear.., saya memang tidak sengaja memeluk tubuhnya.

"Aduuh.., Ar.., ada apa sih kamu..", pekiknya.
"Anuu Tante.., laba-laba gedhe..", sahutku sambil memandang ke sekeliling ruangan, aku bener-benar senewen sekali rasanya. Sialaan, laba-laba sialaan ngagetin orang aja" bisikku dalam hati. Saat itu aku masih belum sadar kalau kedua tanganku masih memeluk tubuh Tante Vivi, maklum aku sendiri masih terasa merinding.
dalam keadaan berhimpitan kutatap wajahnya..........
duh cantiknya. Sejenak aku terpana dengan kecantikan wajahnya yang alami. Ada banyak kesamaan lekuk wajahnya yang cantik dengan wajah kekasihku Selva. Seolah teringat kemesraan dan kebersamaanku bersama Selva, seolah tanpa sadar dan tanpa dapat aku mencegahnya.., kudekatkan mukaku kepadanya. Kesemuanya seolah terjadi begitu saja tanpa aku mengerti sama sekali. Seolah ada magnet yang menuntun dan membimbingku di luar kesadaran.., dan dalam 2 detik bibirku telah mengecup lembut bibir Tante Vivi yang setengah terbuka. Begitu terasa hangat dan lunak. Kupejamkan kedua mataku menikmati kelembutan bibir hangatnya.., terasa manis.

Selama kurang lebih 10 detik aku mengulum bibirnya, meresapi segala kehangatan dan kelembutannya. Dan ketika aku menyadari bahwa Tante Vivi bukanlah Selva, maka..
" ooh..", bisikku kaget, sesaat setelah kecupan itu berakhir. Dengan perasaan kaget bercampur malu aku melepaskan pelukanku. Aku memandang Tante Vivi dengan sejuta rasa bersalah, namun seolah tak yakin aku juga baru menyadari kalau Tante Vivi sama sekali tak memberontak ketika aku menciumnya.......................
"Sudahlah Ar.. ", bisik Tante Vivi lirih, memecah keheningan itu. Aku tersadar pula.
"Maafkan Ari Tante..".....
Tante Vivi tersenyum semakin manis. Bibir ranumnya yang barusan kukecup semakin indah menawan membentuk senyuman mesra.
cara disengaja, itu tidak apa-apa?
"Tante tidak marah..?", tanyaku balik.
"Tidak Ar..", jawabnya sambil tetap tersenyum manis. Kedua matanya memandangku dengan sejuta arti. Dalam pandanganku wajahnya kelihatan semakin bertambah cantik dan cantik.

Seolah ada yang memberiku kekuatan dan keberanian, kuraih tubuh Tante Vivi yang masih berada di hadapanku dan kubawa kembali ke dalam pelukanku. Benar saja.., ia sama sekali tak melawan atau memberontak. Seolah lemas saja tubuhnya yang seksi montok itu berada dalam dekapanku. Wajahnya yang cantik bak bidadari kahyangan memandangku pasrah dan tetap dengan senyum manis bibirnya yang kian menggoda. Kedua pipinya kelihatan semakin memerah pula menambah kecantikannya. Aku semakin terpana.
"Apa yang ingin kau lakukan Ar..", bisiknya lirih setengah kelihatan malu.

"Tante pasti tahu apa yang akan Ari lakukan..", bisikku pelan. Jiwaku telah terlanda nafsu.
"Kau yakin Ar..", tanya Tante Vivi lirih. Ooh.., desakan kedua buah payudaranya yang besar pada dadaku membuat batang penisku semakin tegang tak terkira.
"Yaa.., Tante..", sahutku tanpa mengerti maksud pertanyaannya. Dengan cepat aku sudah membayangkan keindahan tubuhnya yang telanjang bulat, kemontokan payudaranya yang besar dan kencang, kemulusan kulit tubuhnya dan.., aahh bukit kemaluannya yang besar.., woowww..

Tanpa terasa batang penisku kurasakan memuntahkan cairan beningnya, aku merasa seolah telah memasuki liang vaginanya. Tanpa dapat kucegah, kuremas gemas kedua belah pantatnya yang terasa kenyal padat dari balik celana jeans ketatnya.
"Oouuhh.. ", Tante Vivi mengeluh lirih.

"aah.., ki.. Kita ke kamar Tante..", bisikku semakin bernafsu.

Lalu dengan gemas aku kembali melumat bibirnya. Kusedot dan kukulum bibir hangatnya secara bergantian dengan mesra atas dan bawah. Kecapan-kecapan kecil terdengar begitu indah, seindah cumbuanku pada bibir Tante Vivi. Kedua jemari tanganku masih mengusap-usap sembari sesekali meremas pelan kedua belah pantatnya yang bulat padat dan kenyal.

Batang kejantananku terasa semakin besar dan mendesak liar di dalam CD-ku. Teng.., teng.., teng.., aku mulai merasakan kesakitan apalagi karena posisi tubuh kami yang saling berpelukan erat membuat batang penisku yang menonjol dari balik celanaku itu terjepit dan menempel keras di perut Tante Vivi yang empuk.

aah.., wajah cantiknya itu kelihatan semakin berkeringat, dan bibirnya yang basah oleh liurku merekah indah. Begitu ranum bak bibir gadis remaja. Kedua bola matanya sedikit redup dan memandangku pasrah. Aku melihat ada sejuta keinginan terpendam dalam sorot matanya itu. dengan apa Tante Vivi melampiaskan kebutuhan batinnya selama ini.

"Aku menginginkanmu, Tante..", bisikku padanya terus terang. Pikiranku sudah tertutup oleh nafsu, namun bagaimanapun aku tak ingin grusa-grusu seenak sendiri. Dengan sikapku ini otomatis aku melatih diri untuk mengontrol keinginan seks-ku yang cenderung vulgar.
"oouh.., Ar.., Tante juga ingin.., oouhh..".


oohh.., tante..", bisikku lemah.
"Ar.., beri aku kenikmatan..", bisiknya tanpa malu-malu. Sorot matanya terlihat lemah seolah memohon. Aku tersenyum penuh gairah.
"Aahh Vivi.., aku akan memberimu kepuasan.., aahh.., kau lihat penisku Vi.., dia yang akan memberimu kenikmatan..", bisikku nakal. Tante Vivi mau tak mau melirik ke bawah menyaksikan alat vitalku yang besar dan keras saking kuat ereksinya.
"Iihh.., hik.., hik.., kau nakal Ar.., oohh.., sshh.., lakukanlah sekarang Ar..", tiba-tiba ia berbisik sedikit keras. Aku terkaget heran.
"Sekarang Tante..?", tanyaku heran, sedikit kurang sambung.
"Yaa.., sekarang Ar.., naiki aku.., masuki tubuhku sekarang.., sshh..", bisiknya semakin keras. Sembari jemari tangan kirinya memegang lenganku mengajak untuk..

Astagaa.., Tante Vivi begitu bernafsunya sampai tanpa sungkan-sungkan lagi memintaku untuk segera menyetubuhinya. Namun sebenarnya aku masih ingin mencumbunya terlebih dulu.............
"aahh.., kita lakukan sekarang saja Ar..", bisiknya seolah setengah memaksa. Tanpa rasa malu sedikitpun. Kuperhatikan jemari tangan kirinya kini telah berada di atas selangkangan mengusap-usap bukit kemaluannya yang montok merangsang.

Astaga.., rupanya Tante Vivi sudah tak tahan lagi.

"Kau yakin Vi.., kita tidak bercumbu dulu sayang..", bisikku gemas.
"Ar.., kamu nakal..", sahut Tante Vivi padaku, wajah cantiknya kelihatan memelas. Aku jadi geli baru pertama kali ini aku melihat seorang wanita dengan nafsu seks sebesar Tante Vivi, sampai memelas-melas seperti ini. Tapi aku maklum karena mungkin Tante Vivi telah ngempet tidak berhubungan seks bertahun-tahun.
Kami berdua secara bersamaan melenguh nikmat saat kulit tubuh kami saling bersentuhan dan akhirnya merapat dalam kemesraan. Aku tak pernah menyangka bisa meniduri bidadari secantik Tante Vivi. Batang penisku yang berdiri tegak seakan kena setrum saat menyentuh bukit kemaluan Tante Vivi yang halus dan sangat empuk.

Dengan nakal kepala penisku menyelip diantara bibir kemaluannya yang rapat. mm.., terasa begitu nikmat saat kulit kepala penisku menggesek daging celah labia mayoranya dan menyelip ke dalam. Tante Vivi mungkin mengira batang penisku ingin memasuki liang vaginanya, karena begitu kepala penisku menyelip di antara labia mayoranya kurasakan ia membuka kedua pahanya lebar-lebar. Aku merasa betapa begitu halus kulit kedua belah pahanya yang langsung mengapit pinggangku lembut. Sengaja aku tidak menekan pinggulku terlalu ke bawah untuk berjaga-jaga agar jangan sampai kepala penisku sampai terdorong kebawah memasuki liang vaginanya, walau aku sebenarnya juga bisa menduga pasti tidak mudah bagiku nanti memasukkan alat kejantananku ke dalam liang vaginanya. Kalau benar Tante Vivi sudah lama tidak berhubungan seks.., mm.., liang vaginanya pasti sempit luar biasa.

Sambil mengusap mesra rambut Tante Vivi yang panjang, mulutku dengan gemas kembali mengecup dan mengulum bibir Tante Vivi yang basah dan hangat. mm.., cupp.., cupp.., mulutku secara bergantian mengulum bibirnya yang atas dan yang bawah. Dengan tak kalah mesra Tante Vivi membalas cumbuanku pada bibirnya. Sesekali lidahnya dijulurkan keluar untuk dengan segera kuhisap dan kukulum mesra. Terasa begitu gurih manis lidah dan bibirnya. Sementara bibir kami bercumbu, kurasakan dua sensasi indah di dua tempat yang paling terlarang pada tubuh Tante Vivi. Pertama di selangkangannya, kedua di bagian dadanya.

mm.., kedua payudaranya yang luar biasa besar itu terasa begitu kenyal dan padat menekan nikmat dadaku, kedua puting payudaranya yang lancip seakan menggelitik kulit dadaku. Kedua jemari tangan Tante Vivi yang halus mengusap-usap gemas daging bokongku.

"Aaoohh.., Tante geli ahh..", erangku setengah keenakan.
"Uuhh.., kamu nakal Ar..", bisik Tante Vivi lirih. Bibirnya yang ranum kemerahan sangat basah penuh air liurku. Kulihat wajah cantiknya tampak berkeringat basah. Kelihatan ia sudah sangat ngebet kepingin senggama. Kedua matanya yang semakin sipit memandangku lemah seolah memelas. Aku kasihan juga melihatnya.
"Tante sudah kepingin sekali yaachh..", bisikku gemas melihatnya.
Tante Vivi tidak menjawab namun jemari tangannya mencubit pinggangku keras-keras. Aku memekik kesakitan. "Aaoowww..".

Lalu dengan gemas, mulutku kembali melumat bibir ranumnya yang basah.., hanya lima detik mulutku melepas bibirnya dan bergerak ke atas dan, "Oouuhh..", Tante Vivi merintih manja saat bibir dan lidahku dengan gemas mulai menggelitiki telinga kirinya. Sesekali gigiku setengah menggigit membuat Tante Vivi menggelinjang geli keenakan.
"Nngghh.., eenngghh.., Ar..", pekiknya lirih. Ia sangat terangsang sekali dengan ulahku.

30 detik kemudian dengan cepat aku menggeser tubuh ke bawah. Kini saatnya bagiku untuk bermain-main dengan kedua buah payudaranya sepuas mungkin. Kali kurebahkan perutku merapat ke tubuh Tante Vivi, dan mm.., perutku terasa menekan nikmat bukit kemaluannya yang besar.., sedikit kurasakan kalau bukit kemaluannya itu sedikit agak kasar, seperti bekas kalo ada rambut yang dicukur.


"aawww.., sudah sayang.., aduuh.., hu.., huu.., ngghh.., k.., kau nakal Ar..", erang Tante Vivi sambil tetap mengerumasi rambut kepalaku. Aku tak peduli, cukup lama sekali aku mengenyot dan menyusu kedua belah payudaranya yang besar. Mungkin sekitar 10 menitan lebih.

Setelah puas barulah aku dapat melihat kedua buah dadanya yang tadinya begitu putih mulus dan bersih itu kini sampai basah penuh liur, dan di sana sini tampak kemerahan bekas hisapan mulutku. Terutama disekitar kedua putingnya yang kini tampak semakin merah saja, kulihat ada sedikit guratan merah di situ mungkin bekas gigitanku tadi.., gemass sih.

"Kamu benar-benar nakal sekali Ar.., Awas kamu yaa..", bisiknya lirih padaku seakan ingin membalas dendam. Aku tersenyum padanya, lalu tiba-tiba kedua jemari tangannya tadi mendorong kepalaku ke bawah.
mm.., rupanya Tante Vivi ingin aku mencumbu alat kemaluannya. Woowww.., ini favoritku malah.., dengan sigap aku menggeser ke bawah.., mm terasa enaak saat perutku menggesek bukit kemaluannya. Lidahku kujulurkan menjilati permukaan perutnya yang halus dan sejenak sempat kugelitik lubang pusarnya dengan lidah dan bibirku. Dan ketika mukaku sampai di atas selangkangannya.., woowww.., ini dia ee.., alamak indahnya alat kemaluan milik Tante Vivi ini. Begitu putih dan mulus sesuai dengan warna kulit tubuhnya, disana-sini masih bisa terlihat secara samar kehitaman bekas cukuran bulu jembut kemaluannya. Alat kemaluannya itu kelihatan besar dan tebal, membentuk sebuah bukit kecil di atas selangkangannya.

"A.. Aarr.., Lagi sayangghh..", Tante Vivi berbisik sedikit serak. Aku sejenak tersadar dari lamunan.., He.. He.., aku jadi geli juga.., di saat lagi asyik masyuk seperti itu masih bisa juga aku ngelamun.., ngeres lagi.., he.., he..".
Kudongakkan kepala ke atas sambil kupandang wajah cantik Tante Vivi yang berkeringat agak kusut sekilas, lalu kutundukkan muka, lidahku dengan liar penuh rasa gemas kembali menjilati kedua belah permukaan labia mayoranya, kepalaku sedikit kuputar sekitar 40 derajat kekiri lalu dengan nikmat mulut dan lidahku mulai mencumbu, mengulum, memilin dan menghisap bibir-bibir kemaluan Tante Vivi secara bergantian atas dan bawah, seperti kalau kami berdua berciuman mulut.

mm.., rasanya yang jelas tidak selezat daging hamburger McDonald atau Wendys tapi yang pasti ada semacam feel great dan sensasi keindahan bercampur kenikmatan tersendiri yang tak bisa diungkapkan kata-kata begitu indah rasanya mengulum dan mengecup bibir kemaluan wanita sambil menikmati aroma khas bau alat kelaminnya dan juga suara erangan nikmatnya.
mm.., aku benar-benar bangga membuat Tante Vivi sampai berulang kali mengejan ke bawah menghentakkan kedua belah pahanya yang putih seksi, sambil tak henti-hentinya mulutnya memekik kecil dan merintih panjang menahan geli bercampur sejuta kenikmatan.
"Aahh.., nnggngghghh.., ngghghnhgghh..", rintih Tante Vivi berulang kali.

Tetapi aku berpikir lain, seketika cepat kulepaskan hisapan mulutku pada daging clitorisnya dan dengan kuat kedua tanganku membuka kedua belah pahanya yang masih menjepit kepalaku. Begitu lepas, dengan sigap aku merangkak keatas dan rebah di samping tubuh bugil Tante Vivi. Kulihat Tante Vivi masih memejamkan kedua matanya seolah sedang menikmati sesuatu, sejenak begitu tersadar kenikmatan yang ia inginkan tak tercapai.., kedua matanya terbuka dan jelalatan setengah melotot memandang selangkangannya yang kosong.., dan Tante Vivi mendapati diriku telah berada di sebelahnya sambil kutersenyum penuh kemenangan.

Wajah cantiknya yang berkeringat kelihatan memerah seolah menahan sesuatu, bibir bawahnya digigit keras seperti geram, kedua matanya yang sedikit merah memandangku seolah mau marah. Aku semakin tersenyum lebar, namun tidak demikian dengan Tante Vivi.., rupanya ia jengkel karena hampir saja aku membuatnya orgasme namun justru aku malah menghentikannya ditengah jalan.
"K.., kkamu.., benar-benar nakal sekali Arr.., hh.., teganya kamu Sayang..", bisiknya dengan bibir gemetar. Lalu dengan cepat tanpa kuduga sama sekali, Tante Vivi menggulingkan tubuh montok seksinya yang putih mulus ke atas menaiki tubuhku, Kedua pahanya dibuka lebar dan kedua belah bokongnya yang bulat padat terasa begitu kenyal dan tanpa ampun menduduki buah zakarku sementara bukit kemaluannya yang besar terasa begitu empuk menekan batang penisku yang sudah sangat tegang.., ooh.., nikmatnya.

Sambil menyunggingkan senyuman sadis Tante Vivi memandangku seolah ingin menelanku.
"Tante mau lihat sehebat apa kamu Arr..", bisiknya pelan. Aku yang masih terkaget menyaksikan ulahnya tadi hanya bisa melongo sambil menikmati sentuhan tubuh montoknya
Oogghh.., Aahh.., aku mendelik dan mengerang nikmat saat dengan mata kepalaku sendiri kulihat bibir kemaluannya yang tebal itu vaginaar lebar menerima tusukan kepala penisku dan liang vaginanya yang merah dan sempit mulai tersibak dan menjepit ujung kepala penisku yang secara perlahan-lahan mili demi mili mulut daging liang vaginanya semakin melebar sesuai ukuran kepala penisku dan mulai menenggelamkannya ke dalam liang vagina Tante Vivi.

"Oougghhghh.., nngngnghhaahh..", pekikku keras menahan rasa nikmat yang luar biasa saat kepala penisku dalam 5 detik telah berhasil memasuki liang vaginanya yang ketat. aahh.., di dalam situ kurasakan daging vaginanya seolah sudah menjepit sedemikian kuat seolah diremas-remas membuat kepala penisku berdenyut-denyut keenakan.

"Enaak.., Arr..", bisik Tante Vivi tanpa malu-malu padaku.
"I.., iiyaa tantee..", sahutku gemetar menahan rasa nikmat.
"Mm.., milikmu besar juga sayangg..", bisiknya lagi. Lalu dengan perlahan-lahan Tante Vivi mulai menurunkan pinggulnya kebawah lagi sambil memejamkan mata. Namun mulutnya yang indah itu malah tersenyum seolah ikut menikmati apa yang sedang kurasakan sekarang.

"Aahhgghh..", erangku keenakan saat daging liang vaginanya yang luar biasa sempit itu mili demi mili secara perlahan terus menjepit kuat dan menenggelamkan batang penisku yang masih tersisa sekitar 11 centi lagi. Dengan sekuat tenaga sambil menahan rasa nikmat kusaksikan terus proses penetrasi itu

"Mm.., aahh.., mm", Tante Vivi hanya mendesah dan merintih kecil saat batang penisku yang besar dengan perlahan telah hampir seluruhnya tenggelam ke dalam bagian tubuhnya yang paling sangat terlarang. Hanya tinggal 2 centi saja kulihat batang penisku yang masih tersisa di luar liang vaginanya. Kedua mataku sudah merem melek keenakan, kedua pahaku sampai gemetaran saking hebatnya rasa nikmat itu.
"oowww.."
"Aaghghghh.."

Kami berdua mengerang nikmat hampir bersamaan, saat penetrasi yang terakhir berlangsung. Kulihat sekilas bukit kemaluan milik Tante Vivi itu sedikit menggembung lebih besar karena seluruh batang penisku yang tebal sepanjangnya 14 centi itu telah terbenam kandas di dalam liang vaginanya. Betapa indah menyaksikan dua alat kemaluan milik kami berdua yang telah menyatu padu. Selain jepitannya yang luar biasa ketat, kurasakan daging vagina Tante Vivi yang terasa hangat dan licin itu seolah memijat-mijat mesra dan menghisap lembut. Woowww..' ujung jemari kakiku sampai gemetaran keenakkan.

"mm.., Bagaimana sayang..", bisik Tante Vivi pelan sambil memandangku mesra sekali.
"Aahhghghg.., Nikmat sek.., kali tante......", sahutku gemetar.
Kedua pahanya yang mulus kini menjepit pinggangku mesra, sementara pinggulnya menempel selangkanganku dengan ketat. Bokongnya yang kenyal menduduki kedua buah bola zakarku.
"Air maniku.., mau keluar Tante..", bisikku menahan nikmat sambil setengah menggodanya.
"Iihh.., Awas yaa kamu Ar..", sahutnya sambil tersenyum. Ia seolah mengerti batang penisku tidak bakalan lama bertahan dijepit liang vagina miliknya seketat itu.
"Ar.., Tante sudah lama sekali tidak melakukan ini.., mm.., tahan ya sayang.., tunggu Tante yaa..", bisiknya begitu genit sekali.

Lalu dengan perlahan Tante Vivi mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun secara perlahan menggesekkan daging liang vagina sempitnya dengan batang penisku yang sudah tegak tak terkira. Seolah tidak ada hambatan walaupun terasa begitu sesak saking sempitnya ketika kedua alat kelamin kami saling beradu dan bergesekan.
"Uuhh.., uhh.., uhh..", Tante Vivi merintih kecil saat setiap kali pinggulnya bergerak turun memasukkan kembali batang penisku yang besar dan keras ke dalam liang vaginanya. Wajahnya yang cantik bergoyang lembut seiring dengan goyangan pinggulnya yang menggemaskan di atas selangkanganku.
"Oohhaahh.., hahahhgghh..", erangku saking nikmatnya. Batang penisku seakan dikocok, dibelit, disedot dan dikenyot habis-habisan oleh daging liang vaginanya yang luarbiasa sempit dan licin. Kedua mataku merem-melek secara bergantian menikmati gesekan itu, setiap kali pinggul Tante Vivi bergerak ke atas aku merasa batang penisku seakan disedot kuat daging liang vaginanya namun begitu pinggulnya bergerak turun ke bawah batang penisku seakan diremas dan dilumat hebat oleh liang vaginanya.

Sukar diungkapkan dengan kata-kata rasa nikmatnya.
"Vivi.., aagghh.., aahahhgghh..", erangku berulangkali keenakan. Kedua tanganku berusaha menahan laju naik turun pinggulnya yang kurang ajar itu. Namun jemari kedua tanganku seolah tiada bertenaga mengangkat bokongnya yang berat, dan tanpa ampun secara terus-menerus liang vagina Tante Vivi dengan jepitannya yang luar biasa meluluh lantakkan seluruh batang penisku seperti pisang kepok yang tak berdaya diremas dan dipilin-pilin sampai lumat. Aku tak sanggup bertahan meredam rasa nikmat seks yang luar biasa itu, air maniku sontak langsung mengalir mendesak-desak hendak muncrat keluar. Tante Vivi seolah tak mau tahu terus bergerak naik turun menggoyang pinggul mengeluar masukkan batang penisku ke dalam liang vagina sempitnya.

"Uuhh.., uuhh.., uu.., hh.., uuhh..", erangnya berulangkali menikmati alat kejantananku yang sedang berada di dalam liang vaginanya.
"aahahh..", aku mengerang panjang sambil sejenak menahan napas untuk menghambat agar air maniku tidak sampai muncrat keluar.
"uuh.., kamu mau keluar sayang..", bisik Tante Vivi genit.
"Iyyaa.., Vi..", sahutku gemas tanpa memanggilnya dengan sebutan Tante lagi
"ooh.., Aku bener-bener tidak tahan lagi."
"Hik.., hik.., oke Sayang.., kamu keluar duluan Ar.., Tante jepit lebih keras yaa Sayang..", bisiknya semakin genit tanpa malu-malu. Aku jadi makin gemas dibuatnya.

Tante Vivi memang benar-benar luar biasa sambil menggoyang pinggul semakin cepat naik turun, kurasakan daging liang vaginanya seolah menjepit 2 kali lebih hebat, batang penisku seolah diremas dan dikenyot-kenyot hebat sambil digesekkan keluar masuk meski hanya sekitar 4 centi saja.

oohh.., bak tanggul jebol akhirnya aku menyerah kalah.., aku tak mampu menahan desakan air maniku yang sudah sampai di leher batang penisku. Kuremas gemas kedua belah payudara Tante Vivi yang besar terguncang dengan kedua belah jemari tanganku. Aku menggeram keras dan melepas puncak kenikmatan seks.
"aagghhghghhgaahh..", Teriakku nikmat.., saat dengan hebatnya air maniku muncrat keluar dengan tembakan-tembakannya yang keras dan kuat.
"Craatt.., craatt.., Crraatt.., craatt.." ke dalam liang vagina Tante Vivi yang sempit licin dan hangat.
"uu.., mm.., uu.., mm.., oowww.., banyak sekali manimu sayangghh.., uu..", desahnya lembut saat air maniku kutembakkan berulang kali dengan sepenuh rasa nikmat ke dalam liang vaginanya.

Jiwaku seakan terbang melayang jauh keatas awan.., begitu tinggi.., terasa begitu nikmatnya, "Oohh..". Tubuhku seakan menggelepar dirajam kenikmatan yang tak terkira, begitu indah dan enaknya saat daging liang vagina Tante Vivi yang menyempit hebat menggesek semakin cepat pula batang penisku yang sedang collapse.., ejakulasi, seakan milikku diurut-urut mesra sembari memuntahkan air mani yang sangat banyak dan kental.
Crrooooottttt....sssshhhhhhh......crooootttt.....ssshhhhhh...croootttt

Kira-kira 8 semburan nikmat yang memabukkan. Aku masih terlena diawan kenikmatan menikmati sisa-sisa semprotan air maniku yang masih tersembur keluar di dalam liang vaginanya. Tante Vivi dengan masih bersemangat menggenjot pinggulnya naik turun dengan cepat meluluh lantakkan alat kejantananku yang benar-benar sudah lumat terkuras. Jiwaku seakan kembali terhempas keatas tanah.., seolah terlempar dari pusaran awan kenikmatan yang terasa begitu singkat.
Aku membuka mata kembali saat kurasa Tante Vivi menghentikan gerakan pinggul seksinya yang aduhai. Kini ia merebahkan tubuhnya yang berkeringat basah di atas tubuhku, kedua buah dadanya yang sebesar melon menekan lunak dan terasa kenyal di dadaku. Batang penisku masih perkasa tegak bagai tombak besi.....walau isinya serasa sudah terkuras habis.., jepitan daging liang vaginanya masih kurasakan begitu hebat meremas dan mengenyot alat kejantananku yang masih terbenam kandas di dalam situ.
"mm.., bagaimana Ar.., nikmat sayangg..", bisiknya sambil memandang genit ke arahku.
"Ahh.., tante sungguh luar biasa sekali .....ssshhh.", sahutku lirih. Masih lemas.
"Air manimu banyak sekali Ar..", ujarnya polos. Wajahnya yang cantik kelihatan tersenyum puas bisa membuatku tak berdaya. Kuelus rambut hitamnya yang terurai panjang sampai menerpa leherku yang basah berkeringat.

"iihh.., hik.., hik.., tidak Ar.., cuman.., Tante khawatir kalo sampai hamil..", bisiknya padaku
"aah.., tante.... jangan nakut-nakuti gitu dong..".
"sstt.., Tante tau Ar.., Sudahlah.., ini cuman seks khan sayang..", bisiknya lagi.
"Cupp..", Mulutku mengecup gemas bibir ranumnya yang nakal itu. Sejenak kami saling bercumbu beradu bibir, saling mengulum dan mengecup.., begitu nikmat rasa bibir Tante Vivi itu.

Ketika kecupan mesra itu berakhir, aku berbisik mesra padanya.
"Vi.., aku masih punya kejantanan yang lain..", kataku gemas.
"Apa itu Ar..?", tanyanya mesra. Bibir ranumnya kelihatan basah habis kukecup dan kukulum tadi.
"Kamu belum puas khan Vi..?", ujarku balas bertanya.
"Iyaa Ar.., mm.., tapi Tante capek sayang..", bisiknya sambil mengerling genit.
"Aku yang akan memuasimu sekarang Vi..", bisikku gemas.
"mm..", ia tak menjawab, namun matanya dipejamkan seolah membayangkan apa yang akan aku lakukan.

Aku jadi bernafsu, membuat batang penisku yang masih terbenam nikmat di dalam liang vaginanya yang sempit jadi semakin berdiri dan tambah perkasa.
Aku memeluk pinggang Tante Vivi yang kecil dan ramping dengan erat, sambil kubisikkan kalimat mesra di telinganya. Dengan tersenyum senang dan saling berdekapan erat kugulingkan tubuh Tante Vivi ke samping kiri tempat tidur

Woowww.., nikmatnya menindih tubuh bugil montoknya yang hangat.

oohh.., aku tak ingin melepas kenikmatan ini terlalu lama dengan soal Dina atau Selva karena hanya makin mengingatkanku dan menambah rasa bersalahku pada mereka. Aku menundukkan muka dan kembali mengulum bibir ranum Tante Vivi dengan gemas. Tante Vivi membalas cumbuanku tak kalah mesra, kedua mulut kami saling berpagutan mesra beberapa saat.

"Ar.., puasi Tante sayang..", bisiknya manja di telingaku.
"uuhh..". Tante Vivi merintih pelan keenakan sambil tetap tersenyum manis kepadaku. Kedua jemari tangannya mengusap-usap mesra pantatku yang lagi asyik secara teratur mulai bergerak turun naik menyetubuhinya.
"Uuhh.., uuhh.., uuhh..ooohhhhh ssshhhhhh....", erang Tante Vivi lirih setiap kali batang penisku kutarik keluar menggesek daging liang vaginanya yang sempit dan licin. Untung saja air maniku yang tumpah tadi seolah membantu melicinkan pergesekan kedua alat kelamin kami.
"Aahhgghghgh.., aahhgghh.."
25 menit kami berpacu dalam birahi dibabak kedua ini....
Mau tak mau aku kembali berkelojotan merasakan kenikmatan yang tiada tara. Seakan membangun kekuatan baru ketika kenikmatan menuju puncak ejakulasi itu mulai kurasakan muncul pada sekujur batang penisku. Aku semakin bersemangat dan dengan ritme teratur yang semakin lama semakin cepat, kuhunjam-hunjamkan dengan gemas batang penisku keluar masuk liang vagina Tante Vivi yang makin lama kurasakan juga makin menyempit lagi seperti hendak mendekati klimaknya.
"uuhh.., uuhh.., uhh.., uuhh.., uuhh..", Tante Vivi mengerang semakin keras, kedua matanya kini dipejamkan rapat menikmati genjotan alat kejantananku yang bergerak semakin cepat seperti pompa ekplorasi minyak keluar masuk menggesek liang vaginanya. Aku tahu Tante Vivi sedang menuju puncak kenikmatan sexualnya. Kedua paha mulusnya yang mengapit lembut pinggangku sesekali dihentakkan ke bawah sambil mengejan kuat menahan kenikmatan. Wajahnya yang cantik kelihatan meringis saking tak kuatnya menahan rasa nikmat pada alat kemaluannya yang sedang kusetubuhi.

"aahh.., tante....ssshhhhhh...enak ...bennneerrr..", erangku nakal. Tante Vivi tak menjawab, mulutnya yang menggemaskan itu hanya terus merintih berulangkali seiring dengan goyangan naik turun pinggulku yang makin kupercepat.
"Uuh.., hh.., uu.., hh.., uuhh.., uuhh..aaacchhhh..ssshhhhh", erang Tante Vivi semakin keras.

Menit demi menit berlalu yang terasa begitu lama dan melelahkan, entah sudah beberapa kali nyaris saja air maniku kembali muncrat ke dalam liang vagina Tante Vivi, gara-garanya ia mengejan terlalu kuat membuat jepitan daging liang vaginanya mendadak mengerut dan mengecil. Membuat batang penisku yang sudah mulai mendekati klimak seolah dilumat-lumat dan diremas-remas hebat. Batang penisku dibuatnya kelojotan keenakan, dan kedua kakiku sampai gemetaran meredam sekuatnya badai kenikmatan yang sontak menjalar di selangkanganku.

Sekitar 5 menit kemudian akhirnya pendakian puncak kenikmatan itu tergapai sudah, begitu lega rasanya melihat Tante Vivi sampai menggeliat-geliat hebat sembari menghentak-hentakkan kedua kakinya ke bawah dan mengejan kuat melepas kenikmatan orgasmenya yang telah menjadi penantiannya sekian lama. Mulutnya tanpa risih menjerit, memekik-mekik dan mengerang-erang dengan suara keras seakan tak peduli dengan keadaan sekeliling. Akupun tak peduli.............................................
Sejenak kuhentikan gerakan naik turun pinggulku kini hanya sedikit kugerakkan memutar seolah batang penisku hendak memlintir daging liang vaginanya dan kubiarkan Tante Vivi merasakan seluruh sensasi kenikmatan puncak orgasmenya yang luar biasa. Begitu hebatnya kurasakan daging liang vaginanya menjepit batang penisku seakan hendak melumat habis, seakan dipilin-pilin dan dikenyot-kenyot kuat.
"aagghhff.., aahh.....oohhhhhh.....sssssshh", aku sampai merem melek dan mengerang keenakan menikmati liang sorga dunianya yang sedang dilanda orgasme itu. Cairan lendir orgasmenya terasa menyembur lemah menghangati dan membasahi seluruh permukaan batang kejantananku yang sedang terjepit di dalamnya.
"aawww.., aawww.., sshh.., nngghh.., ngnngghh..", erang Tante Vivi karena nikmatnya.
Saking nikmatnya, pantatnya sampai diangkat ke atas mendesak pinggulku yang juga sedang menekan alat kejantananku sedalam-dalamnya ke dalam liang vaginanya.

Kedua jemari tangan Tante Vivi sampai mencengkeram kuat kedua belah bokongku. Kuku-kuku jemari kedua tangannya seakan menghunjam masuk ke dalam kulit bokongku. Terasa sakit, namun aku tak peduli, kubiarkan Tante Vivi menikmati sepuasnya badai puncak orgasmenya yang panjang, kubiarkan daging liang vaginanya melumat habis batang kejantananku. Baru kali ini aku melihat seorang wanita yang orgasme saking begitu hebatnya sehingga tanpa risih lagi sampai berteriak-teriak ....................................
"tante...kkklluuaaarrrrrrrr.....aaachhhhhhh...sshhhhhhh.."
"aku juga.....tante.......aaachhhh...ssshhh"
kami berpelukan erat.....erat sekali.......!!!!