Les Privat Anak SMA

Les Privat Anak SMA


Untuk pembaca yang baru pertamakali mengikuti ceritaku, namaku Wawan. Aku sekarang sedang kuliah tahap akhir di sebuah PTS di Jakarta. Asalku dari Sukabumi, dan aku merantau ke Jakarta untuk keperluan studi ini. Sambil berkuliah aku telah bekerja mandiri atau berwiraswasta. Aku beruntung bisa berwiraswasta, karena dengan demikian aku dapat mengatur waktuku sendiri.

Seperti telah kuceritakan di ceritaku yang pertama, sebelum aku diperkenalkan pada bisnis ini oleh seorang temanku, aku hidup kembang kempis hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kuliahku di Jakarta. Untuk itu, aku bekerja sebagai pemberi les privat, bagi anak-anak SMA. Kebetulan memang aku menyukai pelajaran Matematika yang menjadi momok bagi anak-anak itu.

Setelah memulai berwiraswasta dan menghasilkan jauh lebih banyak, pekerjaan memberi les privat itu kutinggalkan. Waktuku banyak tersita untuk mengerjakan proyek-proyek bisnisku ini, sehingga aku tidak punya waktu lagi untuk mengajar.

Hari itu aku sedang nonton di bioskop 21 di mall daerah Jakarta Barat bersama Monika, pacarku. Saat menunggu pintu theatre dibuka, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat di layar terdapat nomor telpon, berarti aku tidak menyimpan nama penelpon di memori HPku.

"Halo" sahutku
"Halo Kak Wawan.., sorry mengganggu " terdengar suara seorang gadis.
"Siapa nih " tanyaku
"Ini Sandra. Masih inget kan ?"
Sandra adalah salah seorang murid lesku dahulu. Dia sekolah di salah satu SMA swasta di bilangan Palmerah, Jakarta Barat.
"Hai..apa kabar ?" ujarku
"Baik..Ini langsung to the point aja ya. Sandra minta tolong dikasih les lagi dong. Beberapa kali aja deh. Mau ada ulangan, Sandra belum bisa nih."
"Aduh gimana ya San., kakak juga sedang sibuk. Kamu kok nggak belajar bersama saja bareng teman-temanmu ?"
"Justru itu, sudah kumpul sama teman-teman tetap aja nggak bisa. Tolongin dong, please..please.."
"Nanti deh kakak kabarin lagi ya. Kakak cari waktu dulu"
"Sandra tunggu ya kak. Kalau nggak mau..kakak jahat."

"Siapa tuh?" tanya Monika setelah aku tutup HPku.
Lalu kuceritakan pembicaraanku tadi. Monika menyarankanku untuk menolong.
"Kasihan" katanya lagi.

Tak lama setelah itu, pintu theatrepun telah dibuka.

=====

Dua hari kemudian, aku memang mempunyai waktu sedikit senggang. Proyek untuk klienku masih agak panjang deadlinenya, sedangkan pekerjaannya sudah separuh jalan. Aku bisa menolong Sandra dan meneruskan pekerjaanku besok. Kuputuskan untuk menelpon Sandra, anak SMA itu.

"OK deh San..kakak bisa ke sana nanti sore."
"Aduh..jangan nanti sore kak. Sandra ada acara sama papi. Besok saja gimana?"
"Sialan juga nih anak" pikirku.
"Ya udah deh..Besok jam berapa ?"
"Jam 4 bisa kak ?"
"OK deh untuk Princess Sandra" jawabku agak kesal.
"Thanks ya kak. See you bye.."

Berhubung jadwal berubah, aku meneruskan pekerjaanku hari itu.

======

Esoknya sekitar jam 4.15 aku telah sampai di rumah Sandra di kawasan Slipi. Rumahnya besar, maklum dengar-dengar papinya pengusaha properti sukses. Saat mobilku masuk ke pekarangan rumahnya, tampak beberapa mobil mewah sedang parkir di sana.

"Eh..kak Wawan. Ayo masuk. Sombong nih udah nggak mau mampir ke sini lagi" godanya saat muncul menyambutku.
Sandra saat itu mengenakan T-shirt bergambar hati, dengan celana pendek jeans yang ketat. Wajahnya yang cantik diperindah dengan rambutnya yang dikepang kuda. Sangat segar sekali kelihatannya. Maklum masih ABG. Sejak dulu aku kagum akan kecantikannya, tetapi waktu itu aku belum mengenal seks. Terlebih aku tentu tidak berani macam-macam saat memberikan les di rumahnya.

"Ayo langsung aja kak ke ruangan belajar" ajaknya. Aku mengikuti langkahnya masuk ke ruangan yang biasanya dulu kupakai memberi les padanya.
Saat aku masuk ke dalam ruangan, ternyata di dalam terdapat dua gadis belia lainnya. Mereka berumur 17 tahun, sebaya dengan Sandra, dan mereka semua sekelas duduk di kelas 2 SMA. Saat itu mereka sedang tertawa-tawa sambil melihat layar komputer, ketika aku masuk.

"Kak ini kenalin teman-teman belajarku" kata Sandra memperkenalkan kedua temannya.
Salah satu dari mereka segera mematikan komputernya dan menyambut uluran tanganku.
"Susi" katanya. Wajahnya manis dengan lesung pipit di pipinya saat tersenyum. Badannya seksi, lebih berisi dibandingkan Sandra. Dia mengenakan tanktop dengan paduan rok mini bermotif kembang-kembang.

Kuulurkan tanganku menjabat temannya yang satu lagi.
"Erni" katanya sambil menjabat tanganku. Wajahnya tidak cantik, tetapi juga tidak jelek. Menggunakan kacamata, badannya kurus, dengan dada yang rata. Mungkin ini yang disebut bodi tipe kutilang darat (kurus tinggi langsing dada rata).

Kami segera memulai les privat. Kujelaskan semaksimal mungkin cara mengerjakan soal-soal latihan Matematika. Mereka tampak serius memperhatikan penjelasanku. Saat kuminta masing-masing mengerjakan soal, aku mengambil waktu untuk beristirahat sebentar sambil meminum orange juice dan menyantap kue yang disediakan.

Beberapa saat kemudian, aku berdiri melihat pekerjaan mereka yang duduk mengelilingi meja. Saat aku mendekati Susi, mataku terpana melihat tonjolan payudaranya yang besar untuk anak seusianya. Bukit kembarnya tertutup oleh BH berwarna putih, tetapi bagian atas dan celah payudaranya tampak dengan jelas olehku. Kemaluanku mulai menegang membayangkan nikmatnya menghisapi buah dada anak sekolah ini.
Pandanganku kemudian beralih ke pahanya yang tampak jelas karena dia menumpangkan kakinya sehingga rok mininya terangkat lebih ke atas. Pahanya sangat mulus, dengan bulu-bulu halus menghiasi permukaan kulitnya.

Aku alihkan perhatianku ke Sandra. Dia juga sedang serius mengerjakan soal latihan dariku. Kuperhatikan wajahnya yang cantik. Hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang merekah indah. Wajahnya yang ayu dan lehernya yang jenjang tentu telah menggoda teman-teman lelaki di sekolahnya untuk menciuminya. Kemaluanku menegang membayangkan nikmatnya bila batang kemaluanku dihisapi bibir indah itu.

Disebelahnya duduk Erni. Kuperhatikan dia yang sedang mengerjakan latihannya. Terkadang digigitnya ujung pulpen kala dia berpikir. Aku kembali lagi duduk di sofa dengan nafsu yang telah bangkit. Kucoba menghilangkan pikiran kotorku. Memang sejak aku diperkenalkan seks oleh seorang tante yang haus seks dulu, aku menjadi ketagihan akan hal yang satu itu. Buktinya dahulu aku tidak pernah berpikiran kotor saat melihat Sandra. Sekarang kok jadi begini...

Untuk menghilangkan kejenuhan menunggu, dan mengurangi libidoku yang telah meninggi, kupinjam komputer Sandra.

"San, kakak pijam komputernya ya" kataku. Daripada bengong dan berpikiran jorok, aku lebih baik main minesweeper sambil menunggu mereka selesai mengerjakan soal latihan.
"Oh ya kak. Masih lama nih, bisa satu jam lagi. Sambil nunggu kita, browsing aja internet" katanya.
"Ya beginilah kalau jadi anak orang kaya. Pulsa internet nggak jadi soal lagi. Suruh nunggu satu jampun disuruh browsing internet" pikirku.

Aku mulai browsing dan membaca berita-berita terkini. Tiba-tiba aku ingat saat aku masuk tadi Susi dan Erni tampak tertawa-tawa di depan komputer. Iseng kulihat history di internet explorernya, dan...tampaklah situs-situs yang dari namanya saja aku tahu itu pasti situs porno. Kuklik link-link itu dan terpampanglah adegan-adegan porno di layar komputer.
"Nakal juga nih anak-anak" pikirku.

"Kak..ini gimana sih. Tolong dong" Susi menolehkan wajahnya kepadaku. Aku segera beranjak menuju meja belajar dan kujelaskan cara menyelesaikan soal itu pada Susi. Kembali mataku menatap pemandangan yang pasti akan menggoda setiap lelaki normal. Payudara yang ranum serta paha yang mulus.
"Terimakasih ya kak" katanya sambil tersenyum. Lesung pipit di pipi Susi menambah manis senyumannya.

Aku kembali duduk di depan komputer membrowsing link-link porno yang dibuka anak-anak ini. Kemaluanku bertambah tegang dibuatnya. Setelah beberapa saat, kuputuskan koneksi internet dan kembali ke sofa. Aku berusaha keras menghilangkan nafsu seksku yang telah membumbung tinggi. Ingin rasanya aku sekarang berada di rumah tante Sonya, atau salah satu temannya sehingga aku bisa memuaskan gairahku.

Singkat cerita, sekitar jam 6.30 malam kami telah menyelesaikan les privat itu. Mereka tampak telah bisa memahami soal-soal latihan matematikanya.
"Terimakasih ya kak" kata Sandra sambil menyerahkan amplop yang berisi uang.
"OK, sama-sama" kataku.
"Er, gue ikut lu ya. Bokap gue enggak bisa jemput. Daripada gue pakai taksi" kata Susi pada Erni, temannya.
"Ah..rumah lu kan jauh. Beda arah nih."
"Ayo dong. Please deh ah.."
"Memang rumahnya dimana sih Sus?" tanyaku.
"Di Sunter kak"
"Oh,kamu ikut kakak aja. Kebetulan kakak juga ada perlu ke daerah sana". Sebetulnya aku tidak punya urusan di daerah itu. Aku hanya ingin lebih mengenal Susi, anak sekolah seksi ini.
"Wah..terimakasih banyak kak. Asal nggak ngerepotin aja" ujarnya sambil tersenyum manis.
"Nggak kok. Yuk sudah siap ?" tanyaku.
"Yuk. Daag semua "
Aku diikuti Susi kemudian masuk ke mobilku yang segera kupacu menuju jalan raya.

=====

Dalam perjalanan, kadang kulirik paha mulus Susi yang terpampang di sebelahku. Kakinya yang jenjang sangat indah dipandang. Kemaluanku kembali menegang seiring dengan pikiran seksku yang kembali timbul.

"Kamu sering belajar bareng Sandra ya ?" tanyaku memecahkan kesunyian.
"Iya kak. Habis pelajarannya susah sih"
"Nah.. belajar yang rajin. Jangan browsing situs porno melulu" kataku meledek.
"Ihh..emang kakak tahu dari mana? Nggak pernah tuh" elaknya.
"Tadi kakak lihat di historynya. Hayo ngaku aja. Nggak apa kok" kataku sambil kembali melirik paha mulusnya. Paha gadis belia yang putih bersih.
"Aduh..jadi malu nih". Wajahnya tampak memerah.
"Nggak apa kok. Wajar aja kalau kamu pengin tahu yang begituan" kataku. Sambil berkata seperti itu, kuremas tangannya. Memang ada untungnya juga aku punya teman seperti Andi yang terkenal playboy itu. Dia yang mengajarkan padaku, kalau mendekati cewek harus berani. Kemungkinan paling buruk , paling-paling hanya ditolak. Begitu ajaran si playboy cap kancing cetet itu.

Aku seperti mendapat lampu hijau karena ternyata Susi diam saja tangannya kuremas.
"Kamu sudah punya pacar belum ?" tanyaku
"Sudah kak" jawabnya
"Terus kamu pacarannya sudah sampai mana ?" selidikku lebih dalam lagi. Sengaja kupancing dia untuk membicarakan hal-hal yang lebih menjurus.
"Paling ciuman aja"
"Nggak lebih dari itu?"
"Nggak kak. Habis Susi takut kalau keterusan. Ada teman Susi yang pacaran keterusan sampai dia hamil. Terus dia dikeluarin dari sekolah" jawabnya.
"Lho kan banyak alat kontrasepsi" ujarku lagi.
"Iya, tapi Susi tetap nggak mau. Susi kan masih perawan. Nanti kalau pacarannya kebablasan, bisa berabe"

Aku berpikir keras, bagaimana caranya untuk bisa membujuk dia. Kuingat kembali ajaran si Andi. Paling ditolak. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Tidak mencoba pasti gagal, mencoba masih ada kemungkinan berhasil.

"Kamu mau kakak ajarin pacaran yang lebih hot nggak ?" tanyaku
"Ihh kakak genit deh" katanya.
"Mau nggak ?"
"Kan Susi tadi sudah bilang. Takut kebablasan"
"Kalau sama kakak pasti nggak deh. Kakak kan juga takut. Nanti kamu lapor polisi kakak bisa dituduh memperkosa. Kakak juga bisa kontrol diri kok "

Susi diam saja mendengar perkataanku. Tanganku tetap meremas tangannya. Hanya sesekali kulepas saat aku mengoper persneling mobil.
"Nggak mungkin kakak melakukan yang kamu nggak setuju. Kakak juga takut " kataku lagi.
"Janji nggak akan melewati batas ya ?" tegasnya.
Dalam hati aku bersorak riang. Akhirnya berhasil juga mendapatkan Susi, si anak sekolah manis ini.
"Pasti. Kita cuma petting aja OK?" kataku.
Aku segera mengarahkan mobilku keluar dari jalan tol. Kuarahkan mobilku menuju gerbang Ancol. Tak sabar rasanya ingin cepat sampai di tempat sepi untuk asyik masyuk dengan gadis belia ini.

Segera kuparkirkan mobilku di tempat yang sepi. Sengaja kubiarkan mesin mobil dalam keadaan on, agar bisa cepat pergi bila terjadi sesuatu.
"Kamu cantik sekali Sus". Tanganku mempermainkan rambutnya. Lalu kudekatkan wajahku dan kucium bibirnya yang mungil itu. Sementara tanganku yang sebelah kanan telah bergerilya mengusapi pahanya yang mulus.

Susi membalas ciumanku. Kubuka mulutnya dengan lidahku, dan ia membiarkan lidahku menerobos masuk rongga mulutnya. Lidah kami segera saling bertautan, dan saling hisap. Rupanya Susi telah cukup berpengalaman dalam berciuman.

Mulutku kemudian berpindah menyusuri lehernya yang berbulu halus. Kujilati dan kuhisap perlahan. Susi tampak menikmati sambil memejamkan matanya.
Sementara itu, tanganku telah berpindah ke dadanya. Kuremas payudaranya yang montok itu dari balik tanktopnya. Sementara mulutku telah menyusuri lehernya, menuju ke pundak Susi yang mulus. Kukecup pundak itu, dan kuturunkan tali pengikat tanktopnya.

Begitu tanktopnya kuturunkan, tampaklah dada gadis belia ini yang masih ditutupi BH berwarna putih. Secara refleks dia menutupi payudara dengan tangannya.
"Kenapa ?" tanyaku
"Malu kak." jawabnya singkat.
"Nggak usah malu deh sama kakak. Payudara kamu indah banget kok".

Sambil berkata begitu kucium lagi bibirnya yang mungil sambil tanganku menurunkan tangannya yang mendekap dadanya. Kali ini gantian tanganku yang meremasi payudara gadis SMA ini dari balik BHnya. Kutelusuri celah buah dadanya yang ranum ini dengan telunjukku. Kudengar Susi sedikit mengerang perlahan.

Kembali lidahku menyusuri lehernya yang berbulu halus, terus turun ke dadanya. Kuciumi bagian atas payudara Susi yang tidak tertutup BHnya. Kulirik tampak Susi kembali memejamkan matanya sambil tangannya mengusap-usap rambutku.
"Kakak buka ya BHnya " tanyaku. Nafsuku sudah sampai diubun-ubun melihat keindahan payudara anak sekolah ini.
Susi tak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya.

Langsung kubuka pengait BHnya di depan. Terpampanglah buah dada gadis SMA cantik ini di depan wajahku. Buah dada yang sempurna. Kedua bukit kembar itu menonjol keluar seolah menantang lelaki untuk menghisapnya. Putingnya kecil berwarna merah muda. Kuraba puting itu dan terasa semakin lama semakin mengeras dalam pilinan jemariku. Erangan gadis belia ini semakin terdengar. Mungkin baru pertamakalinya seorang lelaki memainkan puting payudaranya.

Tak tahan lagi menahan nafsu terlalu lama, langsung kuhisap payudara ranum anak sekolah ini dengan gemas. Saking gemasnya, aku bergumam nikmat saat mulutku menyusu pada gadis belia ini. Lidahku tak ketinggalan menggantikan jemariku memainkan puting payudara Susi.

"Ah...ssttttt..ah....ssstttt" Susi mengerang nikmat sambil terkadang tubuhnya menggelinjang dalam dekapanku.
"Enak sayang ?" tanyaku. Lagi-lagi Susi tak menjawab. Ia hanya kembali menekan kepalaku ke dadanya.
Dengan lahap, kembali kuhisap daging kenyal gadis muda ini. Sementara itu, tangannya yang halus mengusap-usap rambutku.

"Ah..kakak suka payudara anak sekolah begini..yeah..." racauku tak keruan saat aku berpindah menikmati payudaranya yang sebelah kanan. Sementara itu, tanganku meremasi payudaranya yang lain.
Kulirik wajah anak sekolah yang sedang kukerjai ini, dan tampak dia sedang menengadahkan kepala sambil mengigit bibir bawahnya. Matanya terpenjam merasakan nikmat yang mungkin baru pertamakali dia rasakan.

Setelah puas menikmati kekenyalan buah dada gadis ini, kembali kuciumi wajahnya yang manis. Lidahku kembali menerobos rongga mulutnya, yang kembali dihisapnya. Tanganku telah beralih menyusuri pahanya yang mulus, dan menerobos ke balik rok mini yang dikenakannya. Ketika jemariku menyentuh liang vagina dari luar celana dalamnya, Susi memegang tanganku.
"Jangan kak. Nggak boleh yang di situ." katanya.
"Jangan kuatir sayang. Kakak nggak akan ambil keperawananmu. Janji deh. Kakak cuma mau menciumi dan meraba-raba saja, boleh kan ?"

Susi tak menjawab. Tidak juga mengangguk atau menggeleng. Kembali kuingat pelajaran dari Andi, si Casanova dari Bogor. Kalau tidak ada jawaban, berarti setuju.

Kembali kuciumi bibir dan wajah gadis cantik ini. Dari wajahnya yang ayu, kuteruskan ciumanku ke payudaranya yang ranum. Sesaat kupermainkan putingnya dengan lidahku. Susi kembali mengerang perlahan. Kulihat dia kembali memejamkan matanya yang berbulu lentik itu.

Puas menikmati buah dadanya yang sekal, kulanjutkan ciumanku pada pahanya yang putih mulus. Kuciumi pahanya terus ke atas, hingga ciumanku mendarat di celana dalam putih anak sekolah manis ini. Kucium dan kujilati vagina gadis ini dari luar celana dalamnya, dan erangannya semakin terdengar.

"Sttt...ahh..sstttt" desahnya sambil tangannya kembali mengusap-usap rambutku. Gemas melihat pemandangan indah di depan mataku, kusibakkan kesamping celana dalam Susi, dan langsung kujilat vaginanya.

Saat lidahku menyapu alat vitalnya, tubuh gadis SMA ini melonjak menggeliat. Pasti baru kali ini vaginanya dijilati seorang lelaki. Melihat responsnya, semakin gemas aku dibuatnya. Langsung dengan ganas kujilati dan kuhisapi vagina dan klitorisnya. Tubuh Susi yang seksi ini semakin menggeliat dan menggelepar di kursi mobilku. Tangannya semakin cepat mengusap-usap bahkan terkadang menjambak rambutku. Erangan Susi bercampur dengan gumaman nikmatku saat aku menikmati alat vital gadis belia ini. Sementara mulutku bekerja, tanganku meremas-remas buah dadanya yang indah. Aku tak ingin melewatkan kesempatan menikmati keindahan tubuh gadis muda ini.

"Ahh...kak...ahhhhhhhhhhh" erangnya setengah menjerit ketika dia mendapatkan orgasmenya. Tangannya menjambak rambutku sambil pantatnya sedikit terangkat dari kursi. Setelah itu, tubuhnya yang padat lunglai di atas kursi depan mobilku. Payudaranya tampak naik turun dengan indah seirama dengan nafasnya.

Kuciumi kembali tubuhnya, dari vaginanya ke atas menuju perutnya, lalu mulutku kembali menghisapi kedua payudaranya bergantian. Setelah itu aku cium kembali bibirnya yang mungil. Tanganku mengusap-usap rambutnya yang mengenakan jepit rambut berwarna merah.

"Enak sayang ?" tanyaku
"Iya kak" katanya sambil tersenyum manis sambil memperlihatkan lesung pipitnya.
"Kamu sudah pernah orgasme seperti tadi?"
"Pernah sih, saat Susi masturbasi. Tapi rasanya nggak seenak tadi kak". Sambil berkata seperti itu, Susi menyandarkan wajahnya di dadaku.

Kemaluanku sudah tidak tahan ingin menyetubuhi gadis ini. Tapi aku ingat janjiku, terlebih aku juga takut memerawani anak orang. Demi menyalurkan nafsuku yang sudah memuncak, aku ingin Susi membantuku masturbasi.
"Sus, kamu sudah pernah lihat punya laki-laki?"
"Sudah sih. Tapi cuma di gambar aja"
"Ayo kakak tunjukin ya. Pegang dulu deh " kataku sambil menaruh tangannya di atas kemaluanku.
"Coba kamu remas-remas sayang" instruksiku lebih lanjut. Tangan Susi yang halus mulai meremasi kemaluanku dari luar celana panjang yang kupakai. Mendapat perlakuan seperti itu, kemaluanku semakin bertambah besar dan tegang. Kami kembali berciuman sambil tangan Susi meremasi batang kemaluanku.

"Kakak buka dulu ya sayang" kataku sesaat kemudian. Aku lalu membuka retsleting dan menurunkan sedikit celana panjangku. Celana dalamku juga kuturunkan, sehingga penisku yang telah membengkak menahan gairah mencuat keluar dengan gagahnya.
"Ihh..punya kakak gede banget.." katanya sambil matanya tak lepas memandang kemaluanku. Susi kemudian menyalakan aksesoris lampu baca di mobilku, sehingga dia bisa lebih jelas melihat kelaminku.

Rasa nikmat mengalir di tubuhku saat tangan Susi yang halus mengusap-usap batang kemaluan, juga buah zakarku. Sementara matanya meneliti penisku, seperti anak kecil yang melihat mainan baru.
"Kak, sudah keluar cairannya tuh" katanya melihat cairan precum telah sedikit mengalir dari penisku.
"Iya habis kakak sudah terangsang banget nih. Coba kamu hisap Sus" instruksiku lebih lanjut. Sambil berkata seperti itu, aku sedikit menekan wajahnya ke arah kemaluanku.

Susi mulai mencium batang penisku. Dia menciumnya sambil tangannya mengocok perlahan kemaluanku.
"Jilati sayang " perintahku lagi. Susi menurut, dan dijilatinya batang kemaluanku secara perlahan. Kemudian diciumnya lagi batang kemaluanku yang sudah sangat tegang membengkak itu.
Rasa nikmat yang luar biasa menjalari seluruh syarafku, meskipun ciuman dan jilatan Susi masih ragu-ragu. Tangannya juga kadang lupa mengocok kemaluanku, sehingga aku harus mengingatkannya kembali. Tetapi melihat wajahnya yang cantik sedang mencium dan menjilat perlahan penisku, membuatku gemas menahan gairah. Kuusap-usap rambutnya yang berjepit merah berbentuk hati, yang menambah keimutannya.

"Coba kamu hisap Sus. Masukkan ke dalam mulutmu" perintahku lebih lanjut.
"Nggak mau ah kak..Serem..Habis punya kakak gede banget. Nggak muat deh.." jawabnya.
"Kamu coba aja dulu" kataku lagi.
"Nggak ah" jawabnya.

Aku tak mau memaksa. Kembali kuarahkan wajahnya nan ayu itu ke kemaluanku. Susi kembali mencium dan menjilati kemaluanku. Kali ini ciuman dan jilatannya sudah semakin lancar. Tangannya yang halus kembali mengocok batang kemaluanku.

"Agak cepat Sus" kataku. Tanganku memberi contoh sambil memegang tangannya yang sedang meremas kemaluanku.
ABG imut ini mempercepat kocokan tangannya. Sementara lidahnya masih menjilati batang penisku.
"Ciumi bijinya sayang" instruksiku pada gadis SMA yang seksi ini.
Susi patuh dan mengalihkan ciuman dan jilatan lidahnya pada buah zakarku.

Kupejamkan mataku menikmati perlakuan anak sekolah manis ini pada kemaluanku. Aku merasa tidak dapat menahan ejakulasiku lebih lama lagi.
"Arrgghhh..." erangku panjang saat aku mendapatkan orgasmeku. Susi menarik wajah dan tangannya ketika terkena semburan air maniku.
"Aduh.tangan Susi jadi kotor deh..Rambutnya juga.." katanya. Diambilnya tisu di mobilku untuk membersihkan diri. Setelah menarik nafas sejenak, segera kubersihkan juga sisa ejakulasi dari kemaluanku.

=====

Berhubung perutku telah keroncongan, aku mengajak Susi pergi menuju restoran terdekat untuk makan malam. Sebelum memesan makanan, kami pergi ke toilet untuk membilas diri. Aku mencuci ujung T-shirtku yang terkena semburan ejakulasiku tadi.

Setelah selesai makan malam, kuantar Susi ke rumahnya di bilangan Sunter.
"Kak jangan bilang siapa-siapa ya tentang yang tadi" kata Susi saat mobilku telah keluar gerbang Ancol.
"Jangan kuatir Sus. Ini jadi rahasia kita berdua saja OK?" sahutku.
Wajah Susi tampak lega mendengar jawabanku. Ia tersenyum manis sembari lagi-lagi memamerkan lesung pipitnya.

Sesampainya di rumah gadis ini, Susi pamit turun.
"Daagg kak. Thanks atas pelajaran matematika dan biologinya" katanya nakal sambil berlari kecil menuju pintu pekarangan rumahnya.

Kutunggu sampai dia masuk ke dalam rumahnya, dan setelah itu kupacu mobilku kembali menyusuri jalan kota Jakarta. Dalam mobil aku kembali terbayang wajah dan tubuh Susi yang seksi. Juga ditambah dengan gayanya yang masih kekanak-kanakan. Mengingat hal ini, nafsuku bangkit kembali.
"Sialan", makiku dalam hati. Rupanya belum puas "adikku" ini dengan pelayanan amatiran anak sekolahan tadi.

Saat melewati tempat penjualan DVDnya mbak Sinta, salah satu selingkuhanku, kutengok setengah berharap dia masih ada di sana. Ternyata tempat itu sudah sepi. Ingin mengunjungi selingkuhanku yang lain, hari sudah terlalu malam. Akhirnya kuputuskan untuk pulang ke tempat kos saja dan mandi air dingin untuk menghilangkan nafsuku.

Setelah mandi, segera kulanjutkan pekerjaan untuk menyelesaikan proyek pesanan langgananku. Aku menyibukkan diri malam itu, agar pikiranku tidak kembali terbayang tubuh seksi Susi, gadis SMA yang manis. Sangatlah beruntung lelaki yang bisa menikahinya nanti.