The Night

The Night




Pesta perkawinan Nana dan Santoso hari ini telah lama berakhir. Dan malam ini seluruh keluarga pengantin putri sedang berkumpul di ruang keluarga menonton hasil rekaman video resepsi pernikahan Nana, sambil bercengkrama mengomentari pesta tadi siang, hingga tak terasa malampun telah larut.
Satu persatu mereka meninggalkan ruang keluarga, tak terkecuali Nana dan Santoso.
Di kamar pengantin, Santoso merebahkan diri di atas ranjang besar yang hampir semuanya bercorak kuning gading, menunggu Nana yang sedang mandi di kamar mandi pribadi Nana.
Tak lama kemudian Nana pun keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar. Tubuh putih mulusnya yang tadi berbalut daster warna merah bata, sekarang berganti dengan lingerie tipis warna gading tanpa mengenakan pakaian dalam, membuat Nana semakin nampak menggairahkan.
Lampu kamar pengantin sudah dimatikan, menyisakan keremangan cahaya yang masuk dari kisi-kisi jendela.
Di dalam keremangan itulah Santoso tak mau membuang waktu. Segera setelah Nana naik ke atas ranjang pengantin mereka, laki-laki itu segera memeluk Nana. Mereka lalu saling berpagutan. Sambil terus melumat bibir seksi istrinya, Santoso melucuti lingerie Nana lalu menindih tubuh wangi istrinya itu, meraba, meremas, dan menciumi seluruh bagian tubuh mulus itu hingga Nana menggelinjang dan merintih-rintih.
Nana memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya kuat-kuat, sementara jari-jari tangannya mencengkeram sprei di sisi kanan kirinya, ketika Santoso mulai mengarahkan penisnya dan mulai menekan vaginanya dengan perlahan.
 .Aaa.. aakkhhh  Nana mengerang tertahan menahan sakit sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ketika penis suaminya itu mulai menembus vaginanya.
Santoso menahan gerakannya sesaat sambil memandang wajah cantik Nana yang nampak menahan sakit itu. Tapi apa boleh buat. Ini adalah malam pengantin dan Santoso seratus persen berhak atas tubuh seksi istrinya. Kemudian Santoso kembali menekan kemaluannya dengan perlahan menembus liang vagina Nana, membuat istrinya makin merintih kesakitan, dan Santoso terus menekan hingga seluruh batang kemaluannya masuk, menahannya sebentar di dalam, lalu mulai menaik turunkan pantatnya dengan perlahan.
Nana menggelinjang-gelinjang tak karuan. Keringat mulai membanjiri tubuhnya yang putih dan mulus itu.
Ouuhh aakhhh.. oouuhh Nana merintih-rintih sambil memeluk leher suaminya kuat-kuat ketika Santoso semakin cepat menaik turunkan pantatnya.. Sementara istrinya nampak sudah tidak kesakitan walaupun masih menggigit bibirnya sendiri dan matanya memejam kuat.
Santoso terus memacu. Kadang cepat kadang perlahan.
Hingga akhirnya..
  Oouuhh. Uuhh Santoso melenguh sambil memeluk erat tubuh Nana bersamaan dengan tumpahnya sperma ke dalam vagina Nana.
Sejenak mereka meredakan nafas yang memburu, sebelum tubuh Santoso menggelimpang dari atas tubuh istrinya.
Sambil berpelukan mereka berbaring menikmati saat indah tadi.

***
Dua tahun kemudian..
Malam sudah cukup larut. Udara cukup dingin karena hujan lebat baru saja selesai mengguyur Jakarta.
Santoso terbangun. Diliriknya Nana, istrinya yang tidur pulas di samping kirinya. Udara yang dingin, dan ujung daster Nana yang tersingkap dan mempertontonkan paha mulus pemiliknya itu membangkitkan kelelakian Santoso. Dirabanya paha mulus istrinya itu, yang membuat Nana terbangun.
 Kamu mau lagi, mas? Tanya Nana seakan mengerti keinginan Santoso. Laki-laki itu tersenyum.
Nana bangkit dari tempat tidur.
 Kalau begitu aku cuci muka dulu, ya mas kata wanita cantik itu sambil berjalan menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar mereka.
Sambil memandangi tubuh seksi istrinya berjalan ke kamar mandi, Santoso merasa beruntung mempunyai istri seperti Nana, yang sangat cantik , mulus, dan yang penting tak pernah menolak ajakan suaminya untuk bersenggama. Hari ini saja, sudah 3 kali mereka bersetubuh. Yang pertama, mereka melakukannya di kamar mandi ketika mandi pagi berdua. Yang kedua, sore hari waktu Santoso pulang kantor sesudah mandi, dan yang ketiga beberapa jam yang lalu sebelum mereka berdua tidur. Dan Nana bukan wanita pasif.
Lamunan Santoso buyar ketika tak lama kemudian Nana sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Rambutnya yang sebahu itu nampak sedikit basah, membuat wanita itu nampak sangat menggairahkan.
 Sana mas, cuci muka dulu kata Nana sambil menguraikan rambutnya yang hitam dan tebal itu.
Santoso beranjak ke kamar mandi, lalu membersihkan tubuh. Nana tidak mau melayaninya kalau Santoso tidak membersihkan tubuh dulu.

Keluar dari kamar mandi, Santoso mendapati istrinya sedang menyisir rambut. Tanpa pikir panjang Santoso memeluk tubuh sintal Nana yang hanya terbungkus daster merah muda itu dari belakang.

Nana menggeliat, ketika ciuman suaminya merayap di leher, sementara jari-jari tangannya meremas-remas dadanya.
Nana berdiri lalu membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Santoso. Mereka berpelukan dan berpagutan erat sekali.
Santoso menggiring tubuh istrinya ke arah tempat tidur.

***
Santoso memejamkan matanya keenakan ketika Nana dengan lembut mengulum batang kemaluannya, sementara Santoso sendiri dengan penuh nafsu menjilati liang vagina istrinya yang menindih tubuh laki-laki itu secara berlawanan arah. Sesekali Santoso menepuk pantat mulus Nana yang menutupi wajahnya. Pakaian mereka sudah berserakan di lantai.
Posisi 69 ini memang selalu mereka lakukan sebagai pemanasan, dan seperti bisaanya Nana yang sudah tidak tahan langsung melepaskan kulumannya, memutar tubuhnya dan menindih tubuh Santoso yang telentang di bawahnya.
Keringat mulai membasahi tubuh Nana yang terus menaik turunkan pantatnya. Jari-jari tangannya mencengkeram dada Santoso. Laki-laki itu pun tidak pasip. Sesekali diremasnya dada Nana yang bergoyang-goyang diatasnya, sampai beberapa lama kemudian wanita cantik itu merobohkan badannya sambil memeluk tubuh suaminya itu kuat-kuat.
 Akh Ohhhh ouhhh.ohh. Nana mengerang tertahan sambil menciumi leher suaminya. Ditekannya pantatnya kuat-kuat ke bawah.

Beberapa saat tubuh Nana terkulai lemas di atas tubuh suaminya, sampai kemudian suaminya merebahkan tubuh Nana ke tempat tidur.
Ditindihnya tubuh mulus itu, dan 
 Ekhhh. Ohh. Nana memekik tertahan ketika batang kemaluan suaminya dengan kuat membobol liang vaginanya. Dipeluknya leher Santoso kuat-kuat.
Sejenak Santoso membiarkan batang kemaluannya tertanam. Laki-laki itu suka melihat istrinya merintih-rintih keenakan.
Lalu dengan perlahan Santoso mulai menaik turunkan pantatnya hingga batang kemaluannya keluar masuk, membuat istrinya makin menggelinjang dan merintih-rintih sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kuku-kuku jari tangan Nana mencengkeram erat pundak suaminya, yang terus memacu dengan perlahan. Santoso menikmati gesekan demi gesekan yang nikmat sekali. Apalagi Nana mengimbanginya dengan menggoyang dan memutar-mutar pinggulnya.
Peluh bercucuran dari kedua tubuh telanjang yang menyatu itu.
 Ouhh ooohhh aakkhhh. Tiba-tiba Nana memekik tertahan sambil memeluk leher suaminya kuat-kuat. Kedua kakinya melingkari pantat Santoso dan menekannya ke bawah.
 Aku keluar lagi, mas bisik Nana tepat di telinga Santoso sambil terengah-engah.
Santoso tersenyum. Pelan-pelan dicabutnya penisnya yang masih keras itu. Lalu dengan perlahan pula laki-laki itu membalik tubuh istrinya hingga telungkup.
Santoso meraih kondom yang sudah ia siapkan, lalu mengenakannya.
Nana mencengkeram kisi-kisi tempat tidur erat-erat ketika dirasakannya Santoso mulai menindihnya dari belakang.
 Siap, N a ? bisik Santoso di telinga istrinya sambil mengarahkan batang kemaluannya pada liang dubur Nana.
Nana mengangguk pelan.
 Jangan keras-keras, mas sakit,  desah wanita itu.
Setelah ujung penisnya tepat berada pada mulut dubur istrinya, Santoso merebahkan badannya menindih tubuh istrinya itu dari belakang.
 Heeekkhhh. Eekkkhh. Ouuuhhh.addd. duuhhhh. Tak urung Nana tetap memekik tertahan karena kesakitan ketika batang kemaluan suaminya mulai menyodok pelan. Laki-laki itu memeluk dan meremas dada Nana ketika hampir seluruh batang penisnya sudah masuk ke liang dubur istrinya itu. Lalu dengan pelan diayun-ayunkannya pantatnya naik turun.
Nana merintih-rintih kesakitan. Setiap sodokan Santoso membuat kepalanya terdongak.. Jari-jari tangannya semakin erat mencengkeram kisi-kisi tempat tidur.
 Add  duuuhh mass..ssss oouuhhh oouuuuhhh. Rintihan Nana membuat Santoso makin bernafsu. Laki-laki itu terus mengayun-ayunkan patntatnya naik turun makin cepat, beberapa lama hingga akhirnya Santoso mencabut penisnya, lalu melepas kondomnya. Dengan sedikit kasar, dibaliknya tubuh istrinya sampai telentang, lalu ditindihnya tubuh istrinya itu.
 oooouuuhhh. Ohhhhhh Santoso memeluk Nana erat-erat sambil menekan pantatnya, bersamaan dengan muncratnya air mani ke dalam liang vagina istrinya itu.
Lalu tubuh Santoso yang kekar itu menggelimpang ke samping, sambil tetap memeluk istrinya yang terkapar tak berdaya. Suami istri itu tergolek lemas, meredakan nafas yang memburu, hingga akhirnya tertidur pulas tanpa sempat mengenakan pakaian.

***
 Tadi malam anu, ya Bu sindir pembantunya jenaka keesokan paginya ketika Nana bangun kesiangan sementara suaminya sudah berangkat ke kantor.
Wajah Nana memerah. Dia baru sadar kalau di balik daster yang dikenakannya, Nana tidak mengenakan apa-apa.
 Ah.. simbok tau aja tau dari mana? Tanya Nana sambil tersenyum malu. Dengan tak sadar ia menutupi bagian dadanya yang agak terbuka dengan telapak tangannya. Tapi pembantunya itu lebih cepat melihat ada 2 bekas cupangan tepat di atas payudara Nana.
 Simbok kan orang tua, ya tau Nyonya. Udah pengalaman. Sahut si simbok tersenyum sambil mencuci piring.
 Memang ibu rumah tangga itu harus selalu siap melayani suami. Kalo enggak, jangan-jangan dia nyeleweng di luar. Kan bahaya kata si simbok lagi.
Nana tersenyum sambil mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.
Simbok pun kembali tersenyum saat sekilas dilihatnya Nana yang berjalan agak sempoyongan seperti tak punya daya. Itu.
Beberapa saat kemudian, ibu muda itupun berangkat ke kantornya.

***
Malam itu Santoso baru masuk rumah sekitar jam 8 malam. Dan seperti biasanya Nana menyambutnya lalu membawakan tas kerja Santoso ke dalam kamar.
Sambil melepas dasi, Santoso memandangi tubuh istrinya yang malam itu mengenakan baby doll warna putih pucat dengan motif bunga-bunga warna merah muda. Pantat istrinya yang menonjol menyiratkan garis celana dalam membuat kelelakian Santoso muncul.
Nana yang sedang mengambil baju untuk suaminya, agak terkejut ketika merasa pantatnya diraba.
 Mandi dulu ah, mas ujar Nana ketika kemudian dadanya yang tidak mengenakan beha itu diremas lembut.
Santoso menepuk pantat istrinya pelan sebelum laki-laki itu masuk ke kamar mandi.

***
Di ruang tengah, Nana sedang menonton TV ditemani si simbok, ketika suaminya muncul dengan tubuh sudah segar.
 Sekarang, yuk.. bisik Santoso tepat pada telinga istrinya.
Nana mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya.

***
Santoso sudah menunggu di atas tempat tidur sambil menonton TV, ketika istrinya masuk kamar beberapa saat kemudian. Nana lalu menuju kamar mandi pribadi mereka, dan terdengar oleh Santoso suara istrinya yang sedang menggosok gigi.
Tak berapa lama istrinya keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar, membuat suaminya makin bernafsu. Dimatikannya TV ketika istrinya beranjak naik ke tempat tidur.
 Aku pengin bibirmu, bisik Santoso lembut sambil mengecup bibir istrinya.
Nana tahu keinginan suaminya. Wanita cantik itu dengan perlahan menggeser tubuhnya. Dipelorotkannya celana dalam Santoso sampai suaminya itu sekarang telanjang bulat. Lalu wanita itu turun dari tempat tidur, sementara Santoso segera duduk di sisi tempat tidur. Nana bersimpuh tepat di hadapan suaminya. Batang kemaluan Santoso mengacung tegak di depan wajahnya.
Santoso memejamkan matanya menahan nikmat ketika jari-jari tangan istrinya mengocok dengan lembut batang kemaluannya, lalu menjilatinya sebelum memasukkannya ke dalam mulut.
Jari-jari tangan Santoso mencengkeram rambut istrinya, sementara Nana dengan penuh nafsu mengulum dan menyedot kemaluan Santoso. Lidahnya yang lincah menari-nari menyapu dan menggelitik seluruh bagian kemaluan suaminya itu membuat Santoso serasa melayang.
Hampir setengah jam kegiatan itu berlangsung hingga tiba-tiba Santoso menekan kuat kepala istrinya sampai hampir seluruh batang kemaluannya masuk ke dalam mulut Nana.
 Hmmmfff. Mmfffhh Nana merintih perlahan bersamaan dengan tumpahnya sperma Santoso yang membanjiri kerongkongannya.

Xxx
Simbok yang asyik menonton tv tersenyum dalam hati ketika melihat Nana keluar dari kamar sambil membenahi rambutnya yang berantakan dengan wajah sedikit berkeringat. Polesan Lipstik merah menyala yang biasa menghiasi bibir seksi Nana sudah hilang sama sekali.
Wanita tua itu tersenyum dan dapat menduga apa yang sudah terjadi di dalam kamar majikannya beberapa saat lalu.
Nana keluar menuju dapur, mengambil minum lalu membawanya ke ruang tengah. Hanya sekitar 15 menit Nana duduk di sofa sambil menonton tv karena setelah itu Nana kembali beranjak masuk ke dalam kamarnya.

Xxx

Simbok yang masih duduk-duduk di kamarnya yang gelap yang berseberangan dengan dapur kembali tersenyum ketika sekitar satu setengah jam kemudian wanita tua itu melihat dari celah daun pintu kamarnya yang tidak tertutup rapat, Nana kembali keluar kamar dengan wajah pucat dan lebih berkeringat, berjalan gontai menuju dapur dan mengambil minuman dari dalam kulkas. Pakaian Nana pun juga sudah berganti menjadi daster kuning pucat tanpa lengan yang ujungnya sebatas lutut.
Wanita tua itu yakin, di balik daster itu majikannya pasti tidak berpakaian dalam.


***
Sekitar jam 2 malam Santoso terbangun. Laki itu melirik istrinya yang lelap di sampingnya. Tubuhnya yang hanya berbalut daster tanpa lengan dan bagian paha yang tidak tertutup membangkitkan nafsu Santoso.
Perlahan-lahan disingkapkannya ujung daster istrinya sampai ke batas pinggang, lalu dengan perlahan pula dilorotkannya celana dalam Nana. Lalu ditindihnya tubuh Nana yang masih lelap itu.
 Ouhhhh. Nana terbangun dan merintih perlahan ketika ia merasakan penis suaminya menembus vaginanya.
Sekali lagi Nana melayani keinginan suaminya untuk bersetubuh. Daster yang dikenakannya tergeletak di lantai bertumpukan dengan celana dalam suaminya.
Dan malam itu untuk yang kesekian kalinya Nana kembali terkapar dengan tubuh telanjang dan peluh bercucuran beberapa saat kemudian.

***
Kadang siang, kadang malam, kadang sore, tapi lebih sering mereka berhubungan intim pada malam hari. Bisa dikatakan, bahwa Santoso tidak pernah membiarkan istrinya menganggur. Si simbokpun sudah terbiasa melihat kemesraan suami istri itu yang hampir setiap saat. Dari kamarnya yang hanya dibatasi oleh lorong kecil di samping dapur, dapat dipastikan hampir setiap malam si simbok mendengar dengan lamat-lamat suara erangan dan rintihan tertahan majikan perempuannya itu. Dan simbokpun tak pernah memperdulikan itu semua.
Kalau sedang beruntung, melalui celah pintu kamarnya simbok dapat melihat Santoso sedang menyetubuhi Nana di atas meja dapur, atau di atas kursi dapur.
***

Beberapa hari kemudian pada suatu malam yang dingin karena hujan lebat.
Nana yang sedang membereskan meja makan merasakan pantatnya diraba dan diremas suaminya.
 Masuk kamar, Na bisik Santoso tepat di telinga Nana.
Nana tersenyum, mengerti maksud suaminya, dan beberapa saat kemudian wanita itu masuk ke dalam kamar lalu berbaring di atas tempat tidur dengan hanya mengenakan bh dan celana dalam warna hitam. Tubuh putihnya yang seksi dan mulus itu nampak bertambah menggairahkan.
Santoso menelan ludah melihat pemandangan itu. Kalaupun ia langsung menubruk tubuh molek yang sudah berbaring pasrah itu sekarang juga, sebenarnya bukan masalah.
Tapi mereka sudah punya rencana yang lain
***
Nana hanya bisa menggelinjang dan merintih tertahan, ketika tetesan pertama lilin itu menimpa permukaan perutnya yang mulus.
Wanita itu terbaring telentang dengan kedua tangan terikat di atas kepalanya dan tertambat pada kisi-kisi tempat tidur. Kedua kakinya juga terikat dengan posisi mengangkang. Mulutnya tersumbat stocking dan diplester dengan lakban.
Praktis Nana tak bisa berbuat apapun selain meronta tak berdaya, ketika tetes demi tetes lilin itu jatuh menimpa permukaan perutnya..
Santoso tampak menikmati sekali permainan ini. Setiap kali istrinya meronta, semakin Santoso bernafsu.
Tapi laki-laki itu menahan diri untuk tidak terburu-buru mengeksekusi Nana.
Setelah beberapa saat ketika dilihatnya kulit perut isrtinya sudah penuh dengan tetesan lilin, Santoso mengambil handuk, lalu dengan lembut dibersihkannya noda lilin yang menempel pada perut istrinya itu
Akhirnya laki-laki itupun tak tahan, dan  ..breet! dengan sekali hentakan, celana dalam Nana pun melayang.
Seperti kesetanan Santoso langsung menindih tubuh Nana dan melampiaskan nafsunya, tanpa melepaskan ikatan istrinya itu.
Sampai beberapa menit kemudan tubuh Santoso terkulai lemas setelah mencapai puncak kenikmatan.
***
Tapi di balik itu semua, Santoso ternyata adalah orang yang sangat pemarah. Suatu hari karena ada rapat mendadak, Nana pulang kemalaman. Sambil memacu kendaraannya di tengah hujan, wanita itu sudah tau, pasti suaminya yang pemarah itu akan marah.
Dan benar. Ketika Nana masuk rumah, suasana sudah sepi, dan anak-anaknya pasti sudah dipaksa tidur oleh Santoso.
Nana masuk kamar, dan melihat suaminya sudah menunggu di atas tempat tidur sambil menonton TV.
 Aku ada rapat, keluh Nana sambil meraih handuk dan masuk ke kamar mandi pribadi mereka.
Sementara Nana ke kamar mandi, Santoso membuka laci dan mengeluarkan beberapa utas tali dan lakban.
Beberapa saat kemudian sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Nana keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang putih mulus itu hanya berbalut daster warna jingga tanpa menggunakan apa-apa lagi di baliknya. Wanita itu sudah tahu apa yang bakal dilakukan suaminya.
Santoso menutup pintu kamar dan menguncinya.
 Berlutut! perintah Santoso sambil menunjuk ke arah lantai yang dilapisi karpet itu.
Nana menurutinya, dan wanita itu pasrah saja ketika kedua tangannya diikat di belakang punggungnya.
Lalu Santoso berdiri tepat di depan istrinya itu sehingga batang kemaluannya tepat berada di hadapan Nana.
Santoso mencengkeram rambut Nana, lalu memaksa Nana mengoralnya.
Laki-laki itu melenguh ketika rudalnya mulai dikulum dan dihisap Nana. Beberapa kali Santoso menekan kepala Nana sehingga seluruh batang kemaluannya masuk ke dalam mulut istrinya itu, dan membuat wanita cantik itu terbatuk.
Tapi Santoso tak perduli.
Laki-laki itu makin kuat menekan-nekan kepala Nana, hingga beberapa saat kemudian jari-jari tangannya meremas kuat rambut Nana sambil melenguh panjang bersamaan dengan tumpahnya air mani ke dalam mulut istrinya itu.
Sesaat Santoso membiarkan kemaluannya tertanam di mulut istrinya, lalu mencabutnya pelan-pelan, dan segera diplesternya mulut Nana dengan lakban yang sudah ia siapkan. Lalu diangkatnya tubuh Nana dan dilemparkannya begitu saja ke atas tempat tidur, sebelum kedua kaki Nana diikat dengan posisi terpentang pada kisi-kisi tempat tidur mereka.
Dan biasanya Santoso akan membiarkan istrinya dalam posisi demikian sampai semalaman.
Dengan demikian jadilah Nana seperti budak sex suaminya, yang jika sewaktu-waktu suaminya ingin menidurinya, maka laki-laki itu tinggal menancapkan kemaluannya saja ke vagina istrinya.

˜***

 Kamu sudah gila, mas? teDessyk Nana suatu sore.
 Cuma itu cara kita membayar hutang pada Pak Burhan, Na.. sahut Santoso.  Proyek kita terancam gagal kalau tanpa campur tangan Pak Burhan.
Nana tak kuasa lagi untuk memprotes kemauan suaminya itu. Proyek Santoso senilai 5 milyar itu, tak mungkin terbayar sampai kapanpun kalau sampai gagal.
 Berapa lama aku harus melakukan itu, mas?
 Hanya tiga bulan, Na.. Setelah itu semuanya beres kata Santoso sambil menghembuskan asap rokoknya.  Bagaimana, Na? Kamu mau, kan? bujuk Santoso.
Nana mengangguk sambil menahan tangis.

***
Dan saat-saat yang ditakutkan Nanapun tiba.
Malam itu Burhan datang sendiDessyn ke rumah Santoso. Mereka makan malam bertiga.
Berkali-kali Burhan menatap tubuh sang nyonya rumah dengan pandangan lapar.
Dan makan malampun usai. Burhan tak sabar lagi.
 Okay, Santoso. Ini kunci kamar hotelku.. kata Burhan sambil terus menatap tubuh sintal Nana yang malam itu mengenakan daster bermotif bunga-bunga warna kuning. Kamu boleh tidur di sana malam ini
Sambil meremas pantat Nana, Burhan mendesis,  Atau kamu ingin melihat istrimu yang bahenol ini aku tiduri.
Dengan lemas Santoso menerima kunci itu.
***

 Oke, manis kata Burhan sambil kembali meraba dan meremas pantat Nana, lalu menepuknya sesaat setelah Santoso pergi. Kamu milikku malam ini. Di mana kamar kalian?
Nana hanya bisa menuruti kata-kata Burhan.
Diikuti Burhan, Nana melangkah lemas menuju kamarnya.
Kamar yang bagus, kata Burhan sambil menutup pintu kamar, lalu menguncinya dari dalam.
Nana yang tetap berdiri memalingkan wajahnya ketika Burhan menghampirinya lalu memeluk dan menciumi lehernya lalu bibirnya membuat Nana menggelinjang jijik sambil memejamkan matanya kuat-kuat.
Tapi Burhan tak peduli.
Jari-jari tangannya menyusup ke dada Nana, lalu dengan sekali sentakan, beha Nana pun terlepas.
Lalu tangan Burhan merayap ke bawah, menyusup ke balik celana dalam Nana, lalu meremas-remas pantat ibu muda itu dengan penuh nafsu.
Setelah puas menggerayangi dan meciumi Nana, dengan kasar didorongnya tubuh Nana hingga tubuh wanita cantik itu jatuh tertelungkup di atas tempat tidur.
Pantat Nana yang menonjol membuat Burhan makin bernafsu. Setelah melepas pakaiannya sendiri, Burhan menyingkapkan ujung daster Nana ke batas pinggang istri Santoso itu, sehingga pantat putih mulus wanita itu kini hanya berbalut celana dalam.
Dengan sekali tarikan, celana dalam itupun melayang.
Plaaak..!!! tamparan keras pada pantatnya mengagetkan Nana dan membuatnya memekik kesakitan.
Burhan menjambak rambut Nana, lalu menariknya hingga wajah keduanya berhadap-hadapan.
Aku ke sini bukan ingin melihat kamu tidur. Desis Burhan.  Layani aku. Ngerti!
Nana mengangguk pelan.
iBurhan melepaskan cengkeraman pada rambut Nana.
 Bagus. Sekarang kulum katanya sambil menunjukkan jarinya ke arah kemaluannya yang sudah berdiri tegak.
Nana beringsut dan duduk di tepi tempat tidur, lalu mendekatkan bibirnya.
***
Burhan memejamkan matanya sementara jari-jari tangannya meremas-remas rambut Nana, ketika wanita itu dengan perlahan mulai mengoralnya.
Malam itu menjadi malam milik Burhan.
Nana hanya bisa menangis ketika beberapa saat kemudian dasternyapun dilucuti hingga sekarang tubuhnya telanjang bulat.

˜***
Nana merasa malam ini waktu lama sekali berlalu.
Wanita itu menutup matanya sambil mengigit bibirnya menahan sakit, ketika Burhan mulai menyetubuhinya.
Setiap gerakan lelaki itu dirasakannya sebagai tusukan pedang yang sangat tajam yang leluasa merobek-robek kehormatannya.
Sementara Burhan dengan perlahan memangsa korbannya yang memang tak berdaya itu. Burhan tak mau tergesa-gesa. Ia benar-benar ingin menikmati tubuh Nana sepuas-puasnya.
Kadang pelan kadang cepat dan dalam laki-laki itu menggenjot tubuh Nana.
Nanapun tak ingat lagi berapa kali tubuhnya berganti posisi. Kadang telentang, kadang telungkup. Wanita cantik itu mengikuti saja apa mau laki-laki yang sedang menyetubuhinya itu. Berontakpun tak ada gunanya.
Dan Burhan dengan seenaknya memperlakukan Nana.
Beberapa kali Nana mendapat tamparan keras pada pipinya, membuat Nana memekik kesakitan. Tapi teriakan Nana itu justru membuat nafsunya makin menjadi-jadi.
Hingga akhirnya Burhan melenguh panjang sambil memeluk dan menjambak rambut Nana kuat-kuat bersamaan dengan muncratnya cairan sperma ke dalam liang vagina Nana lalu tubuh laki-laki itu menggelimpang ke samping Nana dengan bersimbah keringat.
Setelah beberapa saat terkapar, Nana beranjak bangun lalu meraih daster dan celana dalamnya yang tergolek di lantai, mengenakannya, sebelum wanita cantik itu dengan langkah gontai beranjak menuju kamar mandi sambil menahan geram melihat Burhan tidur dengan pulasnya.
Di kamar mandi, Nana menangis sambil membiarkan tubuhnya diguyur air dingin dari shower.
˜***
Sekitar jam satu malam, Nana terbangun ketika merasa dadanya diraba dan diremas-remas dengan kasar.
Bangun, cuci muka, dan sikat gigi. Kata Burhan yang sudah duduk di sisi ranjang sambil jari-jarinya terus meremasi buah dada Nana.
Tak ada gunanya menolak. Nana menuruti kata-kata Burhan.
Juga ketika setelah keluar dari kamar mandi Burhan sudah menunggunya dengan memegang beberapa utas tali.
Tahu apa yang bakal dilakukan Burhan, Nana langsung berbalik dan mencoba kabur keluar kamar. Tapi percuma. Pintu terkunci dan rupanya Burhan sudah menyimpan kunci itu.
Nana menangis ketakutan sambil merapatkan tubuhnya pada pintu ketika Burhan dengan tertawa kecil menghampirinya, menjambak rambutnya kuat-kuat lalu menyeret Nana ke sisi tempat tidur.
 Berlutut! perintah Burhan sambil menunjuk ke arah lantai yang dilapisi karpet itu.
Nana hanya bisa pasrah saja ketika kedua tangannya diikat di belakang punggungnya. Kakinya pun tak luput dari ikatan Burhan.
Lalu Burhan berdiri tepat di depan istri Santoso itu, kemudian melorotkan celana dalamnya sendiri sehingga batang kemaluannya tepat berada di hadapan Nana.
Nana memejamkan matanya ketika Burhan mulai mencengkeram rambutnya, lalu memaksa Nana mengoralnya.
Laki-laki itu melenguh ketika batang kemaluannya mulai dikulum dan dihisap bibir seksi Nana. Beberapa kali Burhan menekan kepala Nana sehingga seluruh batang kemaluannya masuk ke dalam mulut Nana, dan membuat wanita cantik itu terbatuk.
Tapi Burhan tak perduli.
Laki-laki itu makin kuat menekan-nekan kepala Nana, hingga beberapa saat kemudian jari-jari tangannya meremas kuat rambut Nana sambil melenguh panjang bersamaan dengan tumpahnya air mani ke dalam mulut Nana.
Sesaat Burhan menekan kuat kepala Nana dan membiarkan kemaluannya tertanam di mulut Nana hingga wanita itu tersedak dan terbatuk-batuk, sampai laki-laki itu yakin Nana sudah menelan cairan spermanya itu, lalu mencabutnya pelan-pelan.
Nana langsung terduduk ke lantai sambil nafasnya tersengal-sengal. Nana merasa ingin muntah.
Burhan memakai kembali celana dalamnya sambil menyeringai kearah Nana.
Lalu diangkatnya tubuh Nana, lalu dilemparkannya begitu saja ke atas ranjang.
Dengan kasar dipelorotkannya celana dalam Nana sampai sebatas pergelangan kaki
Burhan lalu mengambil vibrator karet otomatis berbentuk alat kelamin laki-laki berukuran besar hampir sepergelangan tangan, membuat Nana ketakutan. Nana menggulingkan tubuhnya mencoba menghindar, tapi percuma. Dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat Nana tak banyak bisa berbuat apa-apa, kecuali meronta-ronta dan menangis ketika Burhan dengan paksa memasukkan vibrator sepanjang hampir 30 cm itu ke dalam vaginanya.
Nana benar-benar kesakitan ketika seluruh batang vibrator itu masuk ke liang vaginanya, lalu diplester oleh Burhan agar tidak merosot keluar.
Lalu, ..klik! Burhan mengaktifkan vibrator itu kemudian dengan santainya laki-laki itu beranjak duduk di kursi, menyalakan rok ok sambil menonton pertunjukan itu.
Nana menggelinjang dan meronta-ronta tak karuan ketika vibrator itu dengan perlahan mulai bergetar-getar, berputar-putar, dan meliuk-liuk secara bergantian di dalam lubang kemaluannya.
Tubuhnya dengan kaki tangan terikat meronta-ronta dan berguling-guling ke sana kemari di atas tempat tidur.
Burhan tertawa melihat Nana yang kelojotan seperti cacing kepanasan itu.
Nana benar-benar tak menyangka dirinya akan diperkosa dengan cara seperti itu.
Burhan menghentikan pemerkosaan yang berlangsung hampir setengah jam itu ketika melihat tubuh Nana yang bersimbah keringat itu sudah menggelepar-gelepar tak berdaya seperti ikan hampir mati dengan posisi telungkup. Hanya pantat Nana yang membungkah itu yang bergerak-gerak.
Burhan membuka ikatan kaki Nana, lalu menarik vibrator itu dengan kasar sehingga tubuh Nana tersentak.
Lalu laki-laki itu naik ke atas tempat tidur. Dari arah belakang dibukanya kedua kaki Nana lebar-lebar.
Nana menjerit-jerit dan meronta-ronta sekuat-kuatnya ketika Burhan memaksa menyetubuhinya melalui lubang bokongnya.
Tapi jeritan dan rontaan Nana justru membuat Burhan semakin bernafsu untuk menyodomi wanita itu.
Dan
..aaaakkkkhhhh!!! Nana memekik kesakitan dengan kepala terdongak dan mata membelalak ketika akhirnya dengan paksa penis Burhan berhasil memasuki liang bokongnya.
Nana sering melakukannya dengan Santoso suaminya, dan kesakitan. Tapi tidak pernah sesakit dan sebrutal ini.
Santoso selalu memakai kondom dan pelumas ketika memasuki bokong Nana, lalu melakukannya dengan perlahan. Tapi keparat ini melakukannya dengan kasar sekali dan tak perduli apakah wanita yang sedang ditungganginya itu kesakitan atau tidak.
Ketika akhirnya Burhan selesai, Nana benar-benar terkapar tak berdaya sambil menangis membayangkan bahwa neraka ini akan berlangsung selama tiga bulan.

Xxx

Burhan memang tak mau menyia-nyiakan waktu. Kapanpun laki-laki itu mau, Burhan pasti datang ke rumah Santoso, dan kapanpun Burhan datang, Nana harus selalu siap melayani walaupun pada siang hari Santoso berada di rumah.

Seperti hari ini.
Jam baru saja menunjukkan angka 9 pagi, ketika Santoso sedang menyetubuhi istrinya untuk melepas hasrat kelelakiannya yang tertahan beberapa hari.
Tiba-tiba pintu kamar diketuk dengan keras.
Suami istri yang sedang bergulat di atas tempat tidur tanpa sehelai pakaianpun itu terkejut bukan main, ketika pintu kamar dibuka dan tanpa permisi Burhan masuk lalu berdiri di sisi tempat tidur sambil membuka celananya.
 Biar aku yang melanjutkan, kata Burhan sambil melepas celana dalamnya. Kamu boleh menunggu di luar karena aku tak mau dilihat kalau sedang dengan perempuan, lanjut Burhan sambil melempar celana dalamnya ke arah kursi di pojok ruangan kamar.
Santoso marah bukan main tapi tak dapat berbuat apa-apa, kecuali turun dari tempat tidur, memakai pakaiannya dengan terburu-buru sambil berjalan keluar kamar.
Laki-laki itu menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang tamu dengan dada bergemuruh. Sambil menghembuskan asap rokok pandangan mata Santoso seakan dapat menembus ke balik pintu kamar yang ada di hadapannya, yang beberapa saat kemudian dari dalam kamar sesekali terdengar erangan tertahan istrinya diselingi nafas memburu Burhan. Santoso sama sekali tak bisa membayangkan bahwa di balik pintu berwarna putih itu, di atas tempat tidur yang empuk, Nana sedang disetubuhi oleh laki-laki lain.
Tapi memang itulah yang terjadi di dalam kamar itu.
Di atas tempat tidur tubuh Nana yang ditekuk dengan kedua betisnya terkunci di pundak Burhan terhempas-hempas di bawah tindihan laki-laki itu. Sementara Burhan dengan leluasa menaik turunkan pantatnya. Penisnya yang berdiri tegak merojok-rojok liang vagina Nana tanpa ampun.
Di luar, karena tak tahan dengan suasana seperti itu, Santoso memutuskan keluar rumah, lalu memacu kijang pikap hitamnya meninggalkan suara meraung-raung.
Xxx

Sekitar setengah jam kemudian, sambil mengenakan pakaiannya kembali Burhan menatap tubuh telanjang Nana yang tergolek lemas di atas tempat tidur membelakanginya.
Nanti malam kamu boleh tidur sama suamimu, kata Burhan sambil menyisir rambutnya sebelum pergi kembali ke kantornya.
Burhan memang punya rencana lain malam nanti, dan yang pasti tidak jauh dari wanita.

Xxx

Sore itu Dessy sebagai pengawas teller yang sedang sibuk menghitung ulang laporan keuangan bank Damon tempatnya bekerja terkejut ketika mendapat telpon dari Joko suaminya yang juga bekerja di bank lain, yang mengatakan bahwa sore ini juga Joko harus berangkat ke Jakarta karena mendapat tugas mendadak dari bosnya.
Dan belum lagi wanita cantik ini hilang rasa kagetnya setelah suaminya memutus pembicaraan singkat mereka, rasa terkejut Dessy muncul lagi ketika tiba-tiba ada yang memegang pundaknya.
Bagaimana, Dessy? Sudah ketemu di mana 900 juta itu? Tanya Burhan tegas.
Tanpa berani menatap wajah bosnya, Dessy menjawab dengan suara lirih,
Belum, pak. Tapi sepertinya tidak mungkin data itu bisa selisih begitu banyak..
Baik. Sekarang kamu boleh pulang, potong Burhan.

Xxx

Jam 9 malam, Dessy yang sedang menidurkan anak-anaknya terkejut ketika bel pintu rumahnya berbunyi.
Dessy segera beranjak keluar kamar anak-anaknya lalu membuka pintu, dan wanita itu kaget setengah mati ketika dilihatnya Burhan berdiri di hadapannya.
Oh.. silakan masuk, pak kata Dessy masih terkaget-kaget.  Silahkan duduk pak, saya ganti baju dulu.
Aku cuma sebentar, Dessy. Kata Burhan sambil menjatuhkan pantatnya ke atas kursi tamu. Aku cuma ingin memberikan surat ini padamu.
Dessy menerima surat yang disodorkan kepadanya, membuka amplopnya lalu membacanya sambil tetap berdiri.
Sementara itu Burhan menatap lekat Dessy yang berdiri di seberang meja itu.
Kalau biasanya Burhan melihatnya selalu dengan pakaian kerja, kali ini Dessy yang mengenakan daster warna kuning muda membuat tubuhnya makin terlihat putih dan seksi, dan dari tonjolan di bagian dada Burhan yakin bahwa Dessy tidak mengenakan bh. Pantat Dessy yang menonjol membuat nafsu Burhan menggelegak.
Burhan menelan ludah
Saya tak mungkin mengganti uang sebanyak itu, pak Dessy mendudukkan tubuhnya ke kursi dan berkata dengan suara lirih hampir menangis.
Dalam surat itu tertulis bahwa Dessy harus mengganti uang sebesar 900 juta, atau Dessy dipecat dan dilaporkan ke yang berwajib.
Keduanya adalah pilihan sulit bagi wanita cantik itu.
Burhan hanya diam menunggu kata-kata Dessy selanjutnya. Suatu sikap yang sangat terlatih dan professional.
Setelah lama terdiam, dengan nada memelas Dessy berkata,
Apakah tidak ada pilihan lain bagi saya, pak? Suami saya juga sedang ada masalah di bank tempatnya bekerja..
Itulah kata-kata yang ingin didengar Burhan.
Aku bisa saja mengusahakan agar kasus ini ditutup dan kamu tidak perlu dipecat, Dessy.. sambil berkata demikian Burhan berdiri, lalu melangkah ke belakang kursi Dessy yang tertunduk lesu.
Lalu laki-laki itu membungkukkan badannya kearah telinga Dessy dan membisikkan sesuatu yang segera membuat Dessy terbelalak kaget.
Wanita itu spontan berdiri, tapi tekanan tangan Burhan pada kedua pundaknya membuatnya kembali terduduk.
Semua terserah kamu, Dessy. Tidak ada paksaan untuk hal ini. Kata Burhan sambil kembali berjalan ke kursinya.
Kalau kamu mau, besok kamu tetap bekerja dan lupakan 900 juta itu, dan namamu tetap bersih. Kalau kamu tidak mau, ganti uang itu atau besok kamu sudah berurusan dengan polisi. Kata Burhan sambil menyalakan rokoknya dengan santai. Dan yang penting aku minta jawaban sekarang juga, Dessy.
Pilihan yang berat. Dessy harus selalu siap melayani hasrat seksual Burhan, atau dia dipecat.
Xxx


Sekitar 2 jam kemudian.
Di atas tempat tidur yang empuk , Burhan melenguh panjang sambil memeluk erat tubuh telanjang wanita yang ditindihnya, bersamaan dengan keluarnya cairan sperma yang membanjiri liang vagina wanita itu, sebelum akhirnya tubuh Burhan yang bersimbah peluh menggelimpang ke sampingnya.
Dengan mata sembab karena menangis, Dessy meraih dasternya yang tergeletak di lantai untuk menutupi tubuhnya yang putih mulus yang baru saja dinikmati Burhan.
Sementara itu di kamar mandi, sambil membersihkan tubuhnya Burhan tersenyum. Mulai malam ini Dessy adalah wanita simpanannya, dan hebatnya, Burhan tidak harus mengeluarkan biaya apapun untuk dapat meniduri Dessy kapanpun laki-laki itu mau. Masalah suami Dessy adalah urusan mudah. Burhan bisa saja menyuruh koleganya untuk menugaskan Joko suami Dessy keluar kota dalam waktu yang cukup lama, atau bahkan memindahkannya sekalian.
Burhan keluar dari kamar mandi yang terletak di belakang rumah itu, lalu kembali ke kamar Dessy.
Sambil tetap bercelana dalam Burhan duduk di kursi kamar. Sambil menghembuskan asap rokok, laki-laki itu tersenyum sambil memandangi Dessy yang berbaring membelakanginya di atas tempat tidur.
Tubuh Dessy yang berbalut daster tak kuasa menyembunyikan lekuk tubuhnya yang seksi. Pantatnya yang menonjol.
Burhan merasakan penisnya mulai mengeras lagi.

***

Dessy kaget setengah mati ketika tiba-tiba ujung dasternya disingkapkan sampai sebatas pinggang lalu pantatnya ditampar dengan keras.
Lebih kaget lagi ketika kedua kakinya ditarik hingga tubuhnya sekarang terseret hingga tepat di tengah-tengah ranjang dengan posisi masih telungkup. Ia tahu apa yang diinginkan Burhan.
Jangaaan, paak..  rintih Dessy ketika merasakan kedua pahanya dipaksa membuka.
Dessy berusaha membalikkan tubuhnya, tapi terkunci oleh tubuh besar Burhan yang menindihnya dari belakang.
Dessy meronta-ronta tak karuan ketika Burhan berusaha memasukkan penisnya ke lobang pantat wanita cantik itu.
Merasa kesulitan, sambil tetap menindih Dessy, Burhan lalu menjambak rambut Dessy dan menariknya ke belakang kuat-kuat hingga kepala Dessy terdongak ke atas.
Dessy merasakan lehernya sakit sekali.
Sebaiknya kamu jangan bertingkah. Atau aku suruh anak buahku untuk ke sini dan ramai-ramai menidurimu! Desis Burhan tepat di telinga Dessy.
Dessy akhirnya tak berdaya untuk melawan kemauan Burhan.
..Aaakkhhhhh....!!! Dessy memekik kesakitan ketika akhirnya Burhan berhasil dengan paksa memasukkan sebagian penisnya ke pantat Dessy. Burhan tertawa kecil. Jari-jari tangan kanannya mencengkeram tengkuk Dessy dan menekannya kuat-kuat ke arah ranjang sampai Dessy kesulitan bernafas.
Suamimu bodoh sekali. Rupanya kamu masih perawan. Pantat bahenol begini dibiarkan menganggur. Ha..ha..
Dessy makin kesakitan saat Burhan terus menekan dengan kuat, sampai seluruh batang kemaluannya masuk ke dalam vaginanya. Dessy merasakan kepalanya pusing sekali. Matanya membelalak dan pandangannya berkunang-kunang. Jari jari tangannya meremas sprei kuat-kuat. Lubang pantatnya terasa penuh dan sakit sekali. Sakitnya melebihi waktu keperawanannya diambil suaminya beberapa tahun yang lalu.
Dan Dessypun hanya bisa menangis pasrah ketika sekarang pantatnyapun diperawani dengan paksa.
Dessy hanya bisa menangis kesakitan tanpa mampu berbuat apa-apa ketika kebiadaban itu berlangsung, hingga akhirnya tak sadarkan diri.