The
Trigger
Sinopsis: Lingkungan merupakan
unsur dalam pembentukan seseorang. Apabila kita ingin membeli atau menyewa
tempat tinggal sebetulnya yang akan kita beli atau sewa adalah lingkungan yang
ada. Perilaku seseorang bisa jadi dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang ada
disekitar lingkungannya yang merupakan bagian masa lalunya.
Cerita ini merupakan cerita fiksi yang terdiri dari beberapa potong cerita.
== Rumah Kontrakan ==
Aku seorang anak laki-laki sudah ditinggal mati ke dua orang tuaku, saat itu aku masih bayi, oleh sebab itu aku tinggal bersama paman dan bibiku. Tempat tinggal kami adalah sebuah kontrakan yang hanya memiliki sebuah kamar tidur.
Sebetulnya tidak bisa dikatakan sebagai kamar tidur, karena kontrakan ini tidak mempunyai sebuah kamarpun, kecuali kamar mandi yang jadi satu dengan kloset. Untuk membentuk kamar maka tempat tidur tingkat yang terbuat dari besi bulat yang sangat besar (peninggalan orang tuaku) disampingnya ditutup dengan lemari pakaian yang terbuat dari plastik yang lumayan besar.
Aku dan anak tunggal Paman tidur bersama di bagian atas, dia adalah seorang gadis. Anaknya sudah besar, karena aku penakut maka aku tidur bersamanya.
Pernah suatu kali aku terbangun menjelang tengah malam, karena rasa haus mencekik leherku, dengan mata masih belum terbuka secara keseluruhan aku turun dari tempat tidur, saat aku akan turun terdengar tarikan selimut dengan sangat cepatnya. Tampak sekilas Paman yang tadi berada di atas tubuh bibi segera beralih ke samping mendekati sisi dinding, sementara bibi ada di sisi tempat aku turun. Mereka secara bersamaan segera menutup organ penting mereka dengan selimut yang ada di samping mereka.
"Ngapain Bud?" tanya bibi
"Haus, bulek" jawabku, segera aku mengambil kendi di samping televisi dan menuangkan ke mulutku, dan segera naik ke atas tempat tidur, kembali tidur.
Waktu itu aku tidak tahu apa yang sedang mereka kerjakan, tetapi kejadian itu tak terlupakan hingga saat ini. 1)
== Mandi ==
Karena kamar mandi yang cuman satu, kadang kita berebut. Pernah suatu kali saat aku mandi, bibi sudah tidak tahan untuk membuang hajat.
"Bud, bukain pintunya, bulek sudah nggak tahan nih" katanya dari luar kamar mandi.
Begitu pintu kamar mandi terbuka, dengan menggunakan long-dress dia mengangkat ujung longdress, kemudian melorotkan celana dalam sebatas dengkul dan mengangkat long-dress-nya lagi sebatas pinggang kemudian jongkok sambil menarik baju di bagian belakangnya, dan segera membuang hajatnya. Aku sendiri jengah dan tidak berani menghadap ke bibi, selain itu akupun ingin segera keluar dari kamar mandi, bukan apa-apa, ndenger suara dan baunya itu lho.
Sekilas aku melihat celana dalam bibi yang berwarna hitam sobek di bagian dasarnya (mungkin pas jahitan) sehingga membentuk seperti ada lubangnya.
Setelah keluar dari kamar mandi dan kemudian berangkat sekolah, masih terpikir mengapa ada lubang di celana dalamnya? Apa karena ketarik oleh kedua lututnya? Atau ada fungsi lainnya? Pemikiran sebagai anak kecil belum sampai mengapa demikian.
Misteri lubang itu masih terbawa hingga kini. 2)
== Mencuci ==
Entah wabah apa yang terjadi bibi dan anak wanitanya menderita sakit, sementara paman bekerja (aku baru mengetahui bahwa semua wanita akan mendapat "penyakit" setiap bulannya - nah mereka berdua tergolong berat "penyakitnya" karena apa bila mendapatkan selalu klenger alias tidak bisa menjalani aktifitas sehari-hari). Bibi meminta bantuanku untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Sebetulnya pekerjaan rumah tangga sudah biasa aku kerjakan, hanya mencuci yang belum pernah aku kerjakan, karena selama ini yang mengerjakan anaknya atau bibi.
Dengan sedikit diberi petunjuk (jadi inget jaman orde baru), aku disuruh merendam cucian yang sudah menumpuk dengan air yang dicampur bubuk deterjen (yang katanya bisa mencuci sendiri; kenyataannya setelah direndam satu jam, tetap saja aku harus menyikat dan menggilasnya di papan gilas).
Setelah direndam, aku mulai mencuci. Aku menemukan beberapa lembar rambut yang menurutku aneh bentuknya (runcing ujungnya dan ikalnya berbeda dengan rambut yang kebanyakan aku lihat), yang menempel di celana dalam bibi dan anak wanitanya. Kemudian aku juga menemukan bercak putih kekuningan di bagian dasar celana dalamnya, walau setengah mati aku menyikatnya tidak bisa hilang, hanya ada bercak darah yang hilang saat aku sikat sekali saja (wah, mau ngadu ke siapa yah, koq di iklan televisi kotorannya bisa terbang ke atas dengan sendiri, ini jangankan terbang ke atas, bergeser sedikit saja nggak!?).
Setelah aku sikat, aku bilas dan peras, kemudian bilas lagi. Aku sangat menyukai pekerjaan yang sempurna, oleh sebab itu aku tidak ingin pekerjaan dinilai oleh bibi tidak bersih. Satu persatu aku periksa cucianku. Untuk baju aku periksa bagian kerah bajunya, bersih! Untuk celana aku periksa bagian ujung bawahnya, bersih juga. Nah hanya bagian celana dalam mereka berdua saja yang nggak bisa bersih.
Selain aku lihat, aku juga mencium pakaian yang aku cuci, aku tidak ingin pakaian yang kucuci bersih tetapi baunya apek. Semua pakaian baunya wangi deterjen, hanya dasar celana dalam mereka berdua yang baunya koq bisa mengalahkan wanginya deterjen. Mungkin setelah dijemur nanti akan berubah, pikirku.
Setelah aku jemur kering, kemudian aku cium dasarnya, eh
"Ngapain Bud, kamu ciumin celana bulek?" kata bibiku memergokin tingkah lakuku, wah jangan-jangan bulek berpikiran macam-macam, untuk itu aku mencoba menjelaskan sejujurnya apa yang terjadi, tetapi bibi tidak memberikan jawaban dari pertanyaanku, mengapa koq nodanya tidak bisa hilang, begitu juga baunya!
Hanya saja dia bilang aku sudah bekerja dengan baik.
Akhirnya aku tahu mengapa ada bercak darah dan "penyakit" apa yang mereka derita, saat aku membuang sampah, ada bungkusan koran yang mengusikku untuk membukanya, setelah bungkusan kubuka, koq ada gulungan yang merekat seperti isolasi band. Ku buka perekatnya, nampak bagian tengahnya penuh dengan darah dan beberapa lembar bulu, bulu yang mirip kutemukan di celana waktu sebelum mencuci tadi. Aku perhatikan setiap buang sampah, minimal sekali dalam sebulan aku menemukan sampah seperti ini.
Hanya bercak dan bau apakah itu? Pertanyaan ini kusimpan dibenakku... 3)
== Perawatan ==
Bibiku dalam hal perawatan kecantikan sangatlah baik. Walau orangnya sederhana kalau tidak mau dikatakan sebagai orang miskin, dia menjaga penampilan secantik mungkin.
Kadang bila ada rejeki dia akan menggunakan lulur sebelum mandi untuk menjaga warna kulitnya, biasanya aku yang disuruh membeli "mangir" rentengan (dibungkus plastik) di toko jamu di ujung gang.
Untuk mencuci rambut, aku dititipi agar saat pulang sekolah sekalian membeli merang (batang padi; biasanya digunakan untuk mencat atau melabur tembok, kadang untuk sarang ayam untuk bertelur atau mengeram), kemudian aku bakar, arangnya aku kumpulin dan akan dibawa bibi saat akan mandi.
Begitu juga dengan daun sirih, seminggu sekali aku memetik daun sirih sekantong plastik penuh untuk persedian selama satu minggu, yang tumbuh liar di sekat sekolahku. Aku tidak tahu digunakan untuk apa, setahuku bibi tidak "nyirih", yang aku perhatikan dia sering merebus dan membawa rebusannya ke kamar mandi.
Ada kegiatan perawatan yang dia sendiri tidak bisa melakukannya, hingga minta bantuan orang lain, biasanya anaknya yang disuruh tetapi anaknya lebih banyak menolak daripada menuruti kemauan ibunya, jadilah aku pilihan terakhir.
Kegiatan tersebut adalah mencabuti bulu ketiaknya, biasa dilakukan saat menjelang sore sebelum mandi. Sambil tiduran terlentang dan mengangkat tangannya aku mencabuti bulu ketiaknya hingga bersih di sisi kanan dan kiri, aku tidur telungkup di sisinya sambil memegang jepitan untuk menjepit bulu sementara tanganku satunya menarik kulit di sekitar ketiaknya agar bulu ketiaknya "nongol", aku cabutin semua bulu ketiaknya mulai yang kasar keriting sampai yang lurus halus, mulai dari yang panjang hingga yang pendek, atau yang kemarin kecabut nggak sampai akarnya dan sekarang mulai panjang dan sudah bisa dijangkau oleh penjepit.
Biasanya saat mencabuti buku tersebut, bibi tidur ayam, matanya merem, nafasnya teratur, bulu matanyapun benar-benar istirahat layaknya orang tidur tetapi aku tahu kalau dia tidak tidur, mungkin dia merasa sakit-sakit-nikmat saat bulu ketiaknya aku cabutin yang terkadang aku usap guna melihat bulu-bulu yang tersisa.
Proses cabut-mencabut tersebut tak jauh dari bongkahan payudara yang tak sanggup ditutupi oleh branya, membuat pemandangan yang sangat indah, selain itu aroma ketiaknya khas sekali, terkadang membuatku agak mabuk juga. Saking mabuknya, aku kadang menjepit bulu ketiak terlalu dalam hingga kulit ketiaknya kejepit dan keangkat.
"Aduh Bud!!, yang dijepit bulunya, jangan kulitnya, sakit Bud!!" kata bibi.
Coba kalau ada orang lewat denger, pasti ngeres pikirannya.
Pemandangan payudara, ditambah dengan bulu ketiaknya, serta aromanya, kadang membuatku gelisah diwaktu malam, seperti ada kenikmatan tersendiri.
== Perbaikan ==
Saat Paman pulang membawa video tape, wah baru beli nih pikirku, eh ternyata pinjem sama temennya. Aku sudah seneng banget bakalan dapat hiburan baru.
Kenyataannya, hanya paman dan bibi saja yang menonton, itupun larut malam saat aku dan anaknya sudah tidur. Aku nggak tahu film apa yang sedang mereka tonton, karena aku sudah di suruh tidur sebelum Dunia Dalam Berita, padahal aku sudah siap begadang dengan tidur tadi siang untuk menonton film kesukaanku Hawaii Five O.
Pagi hari saat paman berangkat kerja, video tape tidak dibawa, ternyata ada kerusakan. Aku tahu saat sarapan paman dan bibi saling bercakap-cakap masalah video tape. Ternyata filmnya punya temannya bibi, sementara video tape-nya punya temannya paman. Nah kaset videonya nyangkut di dalam video tape.
Bibi pergi ke pasar, sementara anak wanitanya ke sekolah, aku sendiri masuk siang. Rasa ingin tahuku tergerak untuk melihat film apa sih yang nyangkut di dalam?
Dengan bermodalkan keberanian dan obeng, aku mencoba membuka tutup atas video tape. Ternyata kasetnya nyangkut di salah satu rollerpembawa pita, setelah aku tarik dan melepasnya, semuanya kembali berfungsi.
Aku mencoba untuk menekan tombol "Play" kemudian aku hidupkan televisi, lho koq masih gambar semut berantem. Aku periksa kabel, sudah tersambung. Ada tombol "test signal" coba aku tekan, koq masih gambar semut. Aku coba mencari gelombang dengan memutar bagian "tuner"-nya, dan akhir bertemu dengan gambar bersih "hitam-putih" di layar, segera aku matikan tombol "test signal", lho koq masih semut berantem, tetapi semutnya agak lain, agak hitam.
Aku keluarkan kasetnya, pantes, sudah mau habis gulungannya, segera aku masukkan kembali dan menekan tombol "rewind", begitu selesai aku tekan tombol "Play".
Tampilah film dengan judul "Sex World", oh ternyata ini film porno, isinya beberapa ras manusia melakukan hubungan seks, mulai dari warga Amerika, Afrika, Australia, Asia dan Eropa.
Setelah nonton sampai habis, tak lupa aku kembalikan posisi seperti semula kecuali nyangkutnya kaset menjadi tidak tersangkut.
Saat bibi pulang; ternyata dia membawa kenalannya untuk memperbaiki video-tape.
"Bu, ini nggak apa-apa koq videonya. Ini bisa keluar kasetnya!" kata temannya, belum tahu dia.
Sejak saat itu gambar-gambar tadi selalu menghantui diriku, dan aku mulai mengalami mimpi basah, hidupku telah berubah.
Hanya yang dalam benakku, kemaluan pria khan buat kencing, mengapa koq dimasukkan ke dalam kemaluan wanita, apa si wanita nggak takut kalau nanti dikencingi oleh si pria?
Khan kotor alat buat kencing koq dimasukin ke dalam tubuh, lewat mulut dan kamluannya!.
== Kloset ==
Setelah lulus SLTA, aku kerja di pabrik dan keluar dari rumah paman dan bibi, aku kost di suatu rumah petak. Rumah ini ada di bantaran sungai yang tidak terlalu lebar berkisar 5 meter, sungai ini tidak "wangi" seperti sungai yang ada di perkotaan yang alirannya ogah-ogahan.
Tanah di seberang sungai agak lebih tinggi dari tanah di tempat kosku, tetapi tempat kosku masih tetap lebih tinggi dari permukaan air sungai, hanya kalau sungai meluap maka tempat tinggalku akan kebanjiran.
Airnya cukup deras mengalir dari kiri ke kanan bila dilihat dari depan rumahku, agak ke kiri tepat di depan rumahku ada tempat pemandian umum (bukan MCK umum), wanitanya kalau mandi menggunakan kain (berkemben). Agak ke kanan (tepat di depan rumahku) ada "toilet" umum, yang berbentuk ruang kecil yang hanya dikelilingi oleh plastik berwarna gelap, setinggi leher orang dewasa yang sedang jongkok.
Aku tidak pernah memilih kondisi seperti ini, akan tetapi bila aku sedang duduk malas di ruang tidur yang juga menjadi ruang tamuku di waktu menjelang sore atau pagi menjelang siang, aku perhatikan bila ada wanita yang akan membuang hajat, ada pemandangan yang tidak layak untuk ditinggalkan.
Pemandangan seorang wanita yang mengangkat daster atau rok atau apalah penutup auratnya, kemudian melorotkan celana dalamnya, diikuti dengan menyibakkan penutup yang jatuh di bagian belakang pantatnya, hingga tampak bongkahan pantatnya yang putih; terkadang karena aku lebih rendah dari "toilet" umum itu, aku dapat melihat "monyong"nya anus mereka saat mengeluarkan kotoran.
Karena kaca depanku menggunakan kaca tidak tembus pandang; apalagi bila tidak ada cahaya dalam kamarku, otomatis kaca tempat tinggalku bisa menjadi cermin bila dilihat dari luar, sehingga aktifitasku melihat orang nangkring di pinggir sungai tak diketahui orang lain.
Kenikmatan ini, terkadang tanpa diperintah membuat kemaluanku mengeras; apalagi bila mengingat saat bibiku yang masuk ke kamar mandi untuk buang hajat sementara aku masih mandi.
Akhirnya segera kuselesaikan dengan memasturbasi, sambil melihat orang di atas sana membuang hajatnya.
Seperti ada kenikmatan tersendiri, nikmatnya melihat wanita menurunkan celana dalamnya, nikmatnya melihat wanita saat akan jongkok (nungging) hingga bentuk pinggulnya terlihat begitu indah, nikmatnya melihat kejutan-kejutan lubang anus. Ahkh, susah dikatakan, pokoknya nikmat!
Hanya sebatas melihat, sudah nikmat!
== Jemuran ==
Di samping kosku, ada jemuran. Entah bagaimana, bila aku melihat jemuran, sepertinya dalam otakku ada semacam "cache memory" yang menyodorkan ingatan akan peristiwa mencuci celana dalam bibiku dan anaknya.
Aku perhatikan, ada beberapa celana dalam yang seperti itu kotornya, ada juga sih yang bersih.
Kadang aku amati bentuk-bentuk celana itu. Kalau lumayan besar; dalam benakku, bungkusnya sebesar itu bagaimana isinya? Ada juga yang kecil, apa nggak sempit memakainya?
Jemuran yang menarik ada di rumah tingkat di sebelahku, dia menjemur di lantai atas, celana dalamnya warna-warni dan penuh dengan bordiran. Suatu saat aku pulang kerja ada celana dalam wanita di depan pintu kosku, warnanya ungu, dengan penuh bordiran, bagian belakangnya hanya sebuah kain kecil mungkin hampir mirip sebuah tali.
Bagian depan yang berbordir tidak ada yang tertutup kain, jadi agak transparan, di sisi lubang untuk ke dua kaki ada semacam renda-renda. Bagian dasarnya otomatis nggak ada bercak, khan hanya kain kecil selebar 1 cm dan mirip tali, apa nggak kejepit? Apa nggak risih ada tali dilepitan pantat?.
Segera aku bawa pulang, mungkin jemuran sebelah yang jatuh tertiup angin. Setelah masuk dalam rumah, tanpa sadar aku mencium celana dalam itu, hemmhh, wangi.
Ke esokan harinya aku ingin tahu siapa yang kos di lantai atas itu, ternyata seorang gadis cantik dan seksi, ngakunya kerja di toko, akhirnya aku tahu kalau dia kerja di area "hitam".
Celana dalam tersebut tidak aku kembalikan, tetapi aku simpan, bahkan pernah "menemaniku" saat masturbasi sambil melihat wanita yang sedang "nangkring" di depan rumahku. Bila malam saat "horny" kadang celana tersebut juga menemaniku sambil kuciumi, dan membayangkan pemiliknya sambil masturbasi.
Anehnya aku tidak merasakan apa-apa bila melihat celana dalam yang dipajang di toko atau pasar, apa mungkin karena itu baru dan belum pernah dipakai?
Sudah bukan hanya melihat, tetapi sudah merasakan walau kemasannya terlebih dahulu! Lebih Nikmat!!
== Gedek ==
Aku nggak tahu apa namanya dalam "bahasa", tetapi bentuknya adalah anyaman bambu, kamar di tempat kosku ada beberapa kamar dan aku terletak ke dua paling kanan, sementara yang paling kanan adalah sepasang suami istri.
Karena takut diintip maka gedek tadi ditempeli dengan koran dan dicat dengan kapur agar kelihatan rapi dan bersih. Akupun nggak mau kalah, juga melakukan hal yang sama dengan mereka. Aku menempelkan koran dan mencatnya.
Akan tetapi yang namanya suara erangan dari ruang sebelah kadang mengusik tidurku di malam hari, yang kadang lebih keras dari gemercik suara air sungai di depan rumah.
Apa sih yang mereka lakukan? Gaya apakah yang mereka pakai? Rasa ingin tahu mendorong aku untuk mengintip mereka, tetapi bagai mana caranya?
Syarat utama untuk mengintip adalah nekat, ke dua jangan nafas, batuk atau bersin, terakhir berani malu bila ketahuan.
Hanya dengan memberi ludah pada ujung jarum, aku menusuk di gedek yang aku perkirakan ada anyamannya yang tidak rapat. Kegiatan ini aku lakukan tentunya saat mereka berdua keluar, selain itu lubangnyapun tidak terlalu besar; bila kebesaran namanya bukan ngintip dong, ngelihat itu mah!
Malam harinya pas mereka akan melakukan aktifitas, listrik mati, yah gagal deh. Dasar manusia nggak kurang akal, kalau nafsu sudah datang segala cara akan ditempuh. Mereka menggunakan PLN (Perusahaan Lilin Negara); perhatikan deh setiap bungkus lilin pasti ada pesan keluarga berencana, kenapa ayo? mau tahu jawabannya, kita tanya Galileo ntar hari Minggu.
Lilinnya di letakkan agak jauh dari tempat tidur; tidak jauh dari lubang yang aku buat, sementara mereka melakukan "kegiatan" ada di dekat dinding seberang tempat aku mengintip.
Pemandangan yang luar biasa, apalagi bayangan mereka di dinding, ehk ehhkk, mirip dengan wayang kulit xxx; ini juga sebetulnya ada kulitnya!
"terus kang, sediluk meneh, ehhk, terus" erang si mbak.
Sambil melihat, mendengar desahannya, aku juga menciumi celana dalam ungu yang aku simpan, tak lama akupun melakukan masturbasi.
Sudah ada kemajuan saat ini bukan hanya melihat, dan merasakan kemasannya saja, tetapi sudah mulai mendengar! Nikmatnya sudah berlebihan!!!
== Aplikasi ==
Setelah cukup modal aku menikah; bagaimanapun juga aku bukan tipe "mokondo" (MOdal KOn*** DOang).
Kali ini bukan hanya melihat, merasakan kemasannya, dan mendengar, tetapi sudah menikmati! Nikmat tiada tara !!!!
Kalau dulu hanya sebatas mencium kemasannya, saat ini aku gemes banget kalau ngelihat, langsung ingin mencium isinya.
Aku lebih senang bila wanita menggunakan pakaian minim, ketimbang telanjang bulat, begitu juga dalam melakukan hubungan seks, jarang melakukan telanjang bulat. Karena hubungan seks tidak harus "terpejam", tidak harus "melihat" dalam terang. Bahkan melakukan tanpa melepas celana dalamnya, lantas? Aku melubangi celananya agar kemaluanku dapat masuk dan menerobos kemaluannya. **)
Kadang aku akan menabraknya seperti banteng yang digoda dengan kain merah; walau bantengnya buta warna, bila istriku melepas celana dalamnya di depanku, atau bila dia membungkuk membelakangiku walau dia memakai pakaian lengkap, karena sebagus apapun atau sejelek apapun yang dia kenakan itu hanyalah kemasan, sementara isinya tidak pernah berubah dan aku sudah hapal bentuknya, mulai dari tahi lalatnya hingga lubang-lubangnya.
Gaya yang sering kami lakukan kebanyakan "doggy style", bukan karena wajahnya tidak cantik, tetapi aku bener-bener tergila-gila dengan yang namanya pinggul wanita, kadang dia di atas dan membelakangiku sehingga aku bisa melihat pinggul dan lubang anusnya, jadi ingat kos-kosanku yang dipinggir kali.
Waraskah aku?
SEKIAN
Cerita ini merupakan cerita fiksi yang terdiri dari beberapa potong cerita.
== Rumah Kontrakan ==
Aku seorang anak laki-laki sudah ditinggal mati ke dua orang tuaku, saat itu aku masih bayi, oleh sebab itu aku tinggal bersama paman dan bibiku. Tempat tinggal kami adalah sebuah kontrakan yang hanya memiliki sebuah kamar tidur.
Sebetulnya tidak bisa dikatakan sebagai kamar tidur, karena kontrakan ini tidak mempunyai sebuah kamarpun, kecuali kamar mandi yang jadi satu dengan kloset. Untuk membentuk kamar maka tempat tidur tingkat yang terbuat dari besi bulat yang sangat besar (peninggalan orang tuaku) disampingnya ditutup dengan lemari pakaian yang terbuat dari plastik yang lumayan besar.
Aku dan anak tunggal Paman tidur bersama di bagian atas, dia adalah seorang gadis. Anaknya sudah besar, karena aku penakut maka aku tidur bersamanya.
Pernah suatu kali aku terbangun menjelang tengah malam, karena rasa haus mencekik leherku, dengan mata masih belum terbuka secara keseluruhan aku turun dari tempat tidur, saat aku akan turun terdengar tarikan selimut dengan sangat cepatnya. Tampak sekilas Paman yang tadi berada di atas tubuh bibi segera beralih ke samping mendekati sisi dinding, sementara bibi ada di sisi tempat aku turun. Mereka secara bersamaan segera menutup organ penting mereka dengan selimut yang ada di samping mereka.
"Ngapain Bud?" tanya bibi
"Haus, bulek" jawabku, segera aku mengambil kendi di samping televisi dan menuangkan ke mulutku, dan segera naik ke atas tempat tidur, kembali tidur.
Waktu itu aku tidak tahu apa yang sedang mereka kerjakan, tetapi kejadian itu tak terlupakan hingga saat ini. 1)
== Mandi ==
Karena kamar mandi yang cuman satu, kadang kita berebut. Pernah suatu kali saat aku mandi, bibi sudah tidak tahan untuk membuang hajat.
"Bud, bukain pintunya, bulek sudah nggak tahan nih" katanya dari luar kamar mandi.
Begitu pintu kamar mandi terbuka, dengan menggunakan long-dress dia mengangkat ujung longdress, kemudian melorotkan celana dalam sebatas dengkul dan mengangkat long-dress-nya lagi sebatas pinggang kemudian jongkok sambil menarik baju di bagian belakangnya, dan segera membuang hajatnya. Aku sendiri jengah dan tidak berani menghadap ke bibi, selain itu akupun ingin segera keluar dari kamar mandi, bukan apa-apa, ndenger suara dan baunya itu lho.
Sekilas aku melihat celana dalam bibi yang berwarna hitam sobek di bagian dasarnya (mungkin pas jahitan) sehingga membentuk seperti ada lubangnya.
Setelah keluar dari kamar mandi dan kemudian berangkat sekolah, masih terpikir mengapa ada lubang di celana dalamnya? Apa karena ketarik oleh kedua lututnya? Atau ada fungsi lainnya? Pemikiran sebagai anak kecil belum sampai mengapa demikian.
Misteri lubang itu masih terbawa hingga kini. 2)
== Mencuci ==
Entah wabah apa yang terjadi bibi dan anak wanitanya menderita sakit, sementara paman bekerja (aku baru mengetahui bahwa semua wanita akan mendapat "penyakit" setiap bulannya - nah mereka berdua tergolong berat "penyakitnya" karena apa bila mendapatkan selalu klenger alias tidak bisa menjalani aktifitas sehari-hari). Bibi meminta bantuanku untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Sebetulnya pekerjaan rumah tangga sudah biasa aku kerjakan, hanya mencuci yang belum pernah aku kerjakan, karena selama ini yang mengerjakan anaknya atau bibi.
Dengan sedikit diberi petunjuk (jadi inget jaman orde baru), aku disuruh merendam cucian yang sudah menumpuk dengan air yang dicampur bubuk deterjen (yang katanya bisa mencuci sendiri; kenyataannya setelah direndam satu jam, tetap saja aku harus menyikat dan menggilasnya di papan gilas).
Setelah direndam, aku mulai mencuci. Aku menemukan beberapa lembar rambut yang menurutku aneh bentuknya (runcing ujungnya dan ikalnya berbeda dengan rambut yang kebanyakan aku lihat), yang menempel di celana dalam bibi dan anak wanitanya. Kemudian aku juga menemukan bercak putih kekuningan di bagian dasar celana dalamnya, walau setengah mati aku menyikatnya tidak bisa hilang, hanya ada bercak darah yang hilang saat aku sikat sekali saja (wah, mau ngadu ke siapa yah, koq di iklan televisi kotorannya bisa terbang ke atas dengan sendiri, ini jangankan terbang ke atas, bergeser sedikit saja nggak!?).
Setelah aku sikat, aku bilas dan peras, kemudian bilas lagi. Aku sangat menyukai pekerjaan yang sempurna, oleh sebab itu aku tidak ingin pekerjaan dinilai oleh bibi tidak bersih. Satu persatu aku periksa cucianku. Untuk baju aku periksa bagian kerah bajunya, bersih! Untuk celana aku periksa bagian ujung bawahnya, bersih juga. Nah hanya bagian celana dalam mereka berdua saja yang nggak bisa bersih.
Selain aku lihat, aku juga mencium pakaian yang aku cuci, aku tidak ingin pakaian yang kucuci bersih tetapi baunya apek. Semua pakaian baunya wangi deterjen, hanya dasar celana dalam mereka berdua yang baunya koq bisa mengalahkan wanginya deterjen. Mungkin setelah dijemur nanti akan berubah, pikirku.
Setelah aku jemur kering, kemudian aku cium dasarnya, eh
"Ngapain Bud, kamu ciumin celana bulek?" kata bibiku memergokin tingkah lakuku, wah jangan-jangan bulek berpikiran macam-macam, untuk itu aku mencoba menjelaskan sejujurnya apa yang terjadi, tetapi bibi tidak memberikan jawaban dari pertanyaanku, mengapa koq nodanya tidak bisa hilang, begitu juga baunya!
Hanya saja dia bilang aku sudah bekerja dengan baik.
Akhirnya aku tahu mengapa ada bercak darah dan "penyakit" apa yang mereka derita, saat aku membuang sampah, ada bungkusan koran yang mengusikku untuk membukanya, setelah bungkusan kubuka, koq ada gulungan yang merekat seperti isolasi band. Ku buka perekatnya, nampak bagian tengahnya penuh dengan darah dan beberapa lembar bulu, bulu yang mirip kutemukan di celana waktu sebelum mencuci tadi. Aku perhatikan setiap buang sampah, minimal sekali dalam sebulan aku menemukan sampah seperti ini.
Hanya bercak dan bau apakah itu? Pertanyaan ini kusimpan dibenakku... 3)
== Perawatan ==
Bibiku dalam hal perawatan kecantikan sangatlah baik. Walau orangnya sederhana kalau tidak mau dikatakan sebagai orang miskin, dia menjaga penampilan secantik mungkin.
Kadang bila ada rejeki dia akan menggunakan lulur sebelum mandi untuk menjaga warna kulitnya, biasanya aku yang disuruh membeli "mangir" rentengan (dibungkus plastik) di toko jamu di ujung gang.
Untuk mencuci rambut, aku dititipi agar saat pulang sekolah sekalian membeli merang (batang padi; biasanya digunakan untuk mencat atau melabur tembok, kadang untuk sarang ayam untuk bertelur atau mengeram), kemudian aku bakar, arangnya aku kumpulin dan akan dibawa bibi saat akan mandi.
Begitu juga dengan daun sirih, seminggu sekali aku memetik daun sirih sekantong plastik penuh untuk persedian selama satu minggu, yang tumbuh liar di sekat sekolahku. Aku tidak tahu digunakan untuk apa, setahuku bibi tidak "nyirih", yang aku perhatikan dia sering merebus dan membawa rebusannya ke kamar mandi.
Ada kegiatan perawatan yang dia sendiri tidak bisa melakukannya, hingga minta bantuan orang lain, biasanya anaknya yang disuruh tetapi anaknya lebih banyak menolak daripada menuruti kemauan ibunya, jadilah aku pilihan terakhir.
Kegiatan tersebut adalah mencabuti bulu ketiaknya, biasa dilakukan saat menjelang sore sebelum mandi. Sambil tiduran terlentang dan mengangkat tangannya aku mencabuti bulu ketiaknya hingga bersih di sisi kanan dan kiri, aku tidur telungkup di sisinya sambil memegang jepitan untuk menjepit bulu sementara tanganku satunya menarik kulit di sekitar ketiaknya agar bulu ketiaknya "nongol", aku cabutin semua bulu ketiaknya mulai yang kasar keriting sampai yang lurus halus, mulai dari yang panjang hingga yang pendek, atau yang kemarin kecabut nggak sampai akarnya dan sekarang mulai panjang dan sudah bisa dijangkau oleh penjepit.
Biasanya saat mencabuti buku tersebut, bibi tidur ayam, matanya merem, nafasnya teratur, bulu matanyapun benar-benar istirahat layaknya orang tidur tetapi aku tahu kalau dia tidak tidur, mungkin dia merasa sakit-sakit-nikmat saat bulu ketiaknya aku cabutin yang terkadang aku usap guna melihat bulu-bulu yang tersisa.
Proses cabut-mencabut tersebut tak jauh dari bongkahan payudara yang tak sanggup ditutupi oleh branya, membuat pemandangan yang sangat indah, selain itu aroma ketiaknya khas sekali, terkadang membuatku agak mabuk juga. Saking mabuknya, aku kadang menjepit bulu ketiak terlalu dalam hingga kulit ketiaknya kejepit dan keangkat.
"Aduh Bud!!, yang dijepit bulunya, jangan kulitnya, sakit Bud!!" kata bibi.
Coba kalau ada orang lewat denger, pasti ngeres pikirannya.
Pemandangan payudara, ditambah dengan bulu ketiaknya, serta aromanya, kadang membuatku gelisah diwaktu malam, seperti ada kenikmatan tersendiri.
== Perbaikan ==
Saat Paman pulang membawa video tape, wah baru beli nih pikirku, eh ternyata pinjem sama temennya. Aku sudah seneng banget bakalan dapat hiburan baru.
Kenyataannya, hanya paman dan bibi saja yang menonton, itupun larut malam saat aku dan anaknya sudah tidur. Aku nggak tahu film apa yang sedang mereka tonton, karena aku sudah di suruh tidur sebelum Dunia Dalam Berita, padahal aku sudah siap begadang dengan tidur tadi siang untuk menonton film kesukaanku Hawaii Five O.
Pagi hari saat paman berangkat kerja, video tape tidak dibawa, ternyata ada kerusakan. Aku tahu saat sarapan paman dan bibi saling bercakap-cakap masalah video tape. Ternyata filmnya punya temannya bibi, sementara video tape-nya punya temannya paman. Nah kaset videonya nyangkut di dalam video tape.
Bibi pergi ke pasar, sementara anak wanitanya ke sekolah, aku sendiri masuk siang. Rasa ingin tahuku tergerak untuk melihat film apa sih yang nyangkut di dalam?
Dengan bermodalkan keberanian dan obeng, aku mencoba membuka tutup atas video tape. Ternyata kasetnya nyangkut di salah satu rollerpembawa pita, setelah aku tarik dan melepasnya, semuanya kembali berfungsi.
Aku mencoba untuk menekan tombol "Play" kemudian aku hidupkan televisi, lho koq masih gambar semut berantem. Aku periksa kabel, sudah tersambung. Ada tombol "test signal" coba aku tekan, koq masih gambar semut. Aku coba mencari gelombang dengan memutar bagian "tuner"-nya, dan akhir bertemu dengan gambar bersih "hitam-putih" di layar, segera aku matikan tombol "test signal", lho koq masih semut berantem, tetapi semutnya agak lain, agak hitam.
Aku keluarkan kasetnya, pantes, sudah mau habis gulungannya, segera aku masukkan kembali dan menekan tombol "rewind", begitu selesai aku tekan tombol "Play".
Tampilah film dengan judul "Sex World", oh ternyata ini film porno, isinya beberapa ras manusia melakukan hubungan seks, mulai dari warga Amerika, Afrika, Australia, Asia dan Eropa.
Setelah nonton sampai habis, tak lupa aku kembalikan posisi seperti semula kecuali nyangkutnya kaset menjadi tidak tersangkut.
Saat bibi pulang; ternyata dia membawa kenalannya untuk memperbaiki video-tape.
"Bu, ini nggak apa-apa koq videonya. Ini bisa keluar kasetnya!" kata temannya, belum tahu dia.
Sejak saat itu gambar-gambar tadi selalu menghantui diriku, dan aku mulai mengalami mimpi basah, hidupku telah berubah.
Hanya yang dalam benakku, kemaluan pria khan buat kencing, mengapa koq dimasukkan ke dalam kemaluan wanita, apa si wanita nggak takut kalau nanti dikencingi oleh si pria?
Khan kotor alat buat kencing koq dimasukin ke dalam tubuh, lewat mulut dan kamluannya!.
== Kloset ==
Setelah lulus SLTA, aku kerja di pabrik dan keluar dari rumah paman dan bibi, aku kost di suatu rumah petak. Rumah ini ada di bantaran sungai yang tidak terlalu lebar berkisar 5 meter, sungai ini tidak "wangi" seperti sungai yang ada di perkotaan yang alirannya ogah-ogahan.
Tanah di seberang sungai agak lebih tinggi dari tanah di tempat kosku, tetapi tempat kosku masih tetap lebih tinggi dari permukaan air sungai, hanya kalau sungai meluap maka tempat tinggalku akan kebanjiran.
Airnya cukup deras mengalir dari kiri ke kanan bila dilihat dari depan rumahku, agak ke kiri tepat di depan rumahku ada tempat pemandian umum (bukan MCK umum), wanitanya kalau mandi menggunakan kain (berkemben). Agak ke kanan (tepat di depan rumahku) ada "toilet" umum, yang berbentuk ruang kecil yang hanya dikelilingi oleh plastik berwarna gelap, setinggi leher orang dewasa yang sedang jongkok.
Aku tidak pernah memilih kondisi seperti ini, akan tetapi bila aku sedang duduk malas di ruang tidur yang juga menjadi ruang tamuku di waktu menjelang sore atau pagi menjelang siang, aku perhatikan bila ada wanita yang akan membuang hajat, ada pemandangan yang tidak layak untuk ditinggalkan.
Pemandangan seorang wanita yang mengangkat daster atau rok atau apalah penutup auratnya, kemudian melorotkan celana dalamnya, diikuti dengan menyibakkan penutup yang jatuh di bagian belakang pantatnya, hingga tampak bongkahan pantatnya yang putih; terkadang karena aku lebih rendah dari "toilet" umum itu, aku dapat melihat "monyong"nya anus mereka saat mengeluarkan kotoran.
Karena kaca depanku menggunakan kaca tidak tembus pandang; apalagi bila tidak ada cahaya dalam kamarku, otomatis kaca tempat tinggalku bisa menjadi cermin bila dilihat dari luar, sehingga aktifitasku melihat orang nangkring di pinggir sungai tak diketahui orang lain.
Kenikmatan ini, terkadang tanpa diperintah membuat kemaluanku mengeras; apalagi bila mengingat saat bibiku yang masuk ke kamar mandi untuk buang hajat sementara aku masih mandi.
Akhirnya segera kuselesaikan dengan memasturbasi, sambil melihat orang di atas sana membuang hajatnya.
Seperti ada kenikmatan tersendiri, nikmatnya melihat wanita menurunkan celana dalamnya, nikmatnya melihat wanita saat akan jongkok (nungging) hingga bentuk pinggulnya terlihat begitu indah, nikmatnya melihat kejutan-kejutan lubang anus. Ahkh, susah dikatakan, pokoknya nikmat!
Hanya sebatas melihat, sudah nikmat!
== Jemuran ==
Di samping kosku, ada jemuran. Entah bagaimana, bila aku melihat jemuran, sepertinya dalam otakku ada semacam "cache memory" yang menyodorkan ingatan akan peristiwa mencuci celana dalam bibiku dan anaknya.
Aku perhatikan, ada beberapa celana dalam yang seperti itu kotornya, ada juga sih yang bersih.
Kadang aku amati bentuk-bentuk celana itu. Kalau lumayan besar; dalam benakku, bungkusnya sebesar itu bagaimana isinya? Ada juga yang kecil, apa nggak sempit memakainya?
Jemuran yang menarik ada di rumah tingkat di sebelahku, dia menjemur di lantai atas, celana dalamnya warna-warni dan penuh dengan bordiran. Suatu saat aku pulang kerja ada celana dalam wanita di depan pintu kosku, warnanya ungu, dengan penuh bordiran, bagian belakangnya hanya sebuah kain kecil mungkin hampir mirip sebuah tali.
Bagian depan yang berbordir tidak ada yang tertutup kain, jadi agak transparan, di sisi lubang untuk ke dua kaki ada semacam renda-renda. Bagian dasarnya otomatis nggak ada bercak, khan hanya kain kecil selebar 1 cm dan mirip tali, apa nggak kejepit? Apa nggak risih ada tali dilepitan pantat?.
Segera aku bawa pulang, mungkin jemuran sebelah yang jatuh tertiup angin. Setelah masuk dalam rumah, tanpa sadar aku mencium celana dalam itu, hemmhh, wangi.
Ke esokan harinya aku ingin tahu siapa yang kos di lantai atas itu, ternyata seorang gadis cantik dan seksi, ngakunya kerja di toko, akhirnya aku tahu kalau dia kerja di area "hitam".
Celana dalam tersebut tidak aku kembalikan, tetapi aku simpan, bahkan pernah "menemaniku" saat masturbasi sambil melihat wanita yang sedang "nangkring" di depan rumahku. Bila malam saat "horny" kadang celana tersebut juga menemaniku sambil kuciumi, dan membayangkan pemiliknya sambil masturbasi.
Anehnya aku tidak merasakan apa-apa bila melihat celana dalam yang dipajang di toko atau pasar, apa mungkin karena itu baru dan belum pernah dipakai?
Sudah bukan hanya melihat, tetapi sudah merasakan walau kemasannya terlebih dahulu! Lebih Nikmat!!
== Gedek ==
Aku nggak tahu apa namanya dalam "bahasa", tetapi bentuknya adalah anyaman bambu, kamar di tempat kosku ada beberapa kamar dan aku terletak ke dua paling kanan, sementara yang paling kanan adalah sepasang suami istri.
Karena takut diintip maka gedek tadi ditempeli dengan koran dan dicat dengan kapur agar kelihatan rapi dan bersih. Akupun nggak mau kalah, juga melakukan hal yang sama dengan mereka. Aku menempelkan koran dan mencatnya.
Akan tetapi yang namanya suara erangan dari ruang sebelah kadang mengusik tidurku di malam hari, yang kadang lebih keras dari gemercik suara air sungai di depan rumah.
Apa sih yang mereka lakukan? Gaya apakah yang mereka pakai? Rasa ingin tahu mendorong aku untuk mengintip mereka, tetapi bagai mana caranya?
Syarat utama untuk mengintip adalah nekat, ke dua jangan nafas, batuk atau bersin, terakhir berani malu bila ketahuan.
Hanya dengan memberi ludah pada ujung jarum, aku menusuk di gedek yang aku perkirakan ada anyamannya yang tidak rapat. Kegiatan ini aku lakukan tentunya saat mereka berdua keluar, selain itu lubangnyapun tidak terlalu besar; bila kebesaran namanya bukan ngintip dong, ngelihat itu mah!
Malam harinya pas mereka akan melakukan aktifitas, listrik mati, yah gagal deh. Dasar manusia nggak kurang akal, kalau nafsu sudah datang segala cara akan ditempuh. Mereka menggunakan PLN (Perusahaan Lilin Negara); perhatikan deh setiap bungkus lilin pasti ada pesan keluarga berencana, kenapa ayo? mau tahu jawabannya, kita tanya Galileo ntar hari Minggu.
Lilinnya di letakkan agak jauh dari tempat tidur; tidak jauh dari lubang yang aku buat, sementara mereka melakukan "kegiatan" ada di dekat dinding seberang tempat aku mengintip.
Pemandangan yang luar biasa, apalagi bayangan mereka di dinding, ehk ehhkk, mirip dengan wayang kulit xxx; ini juga sebetulnya ada kulitnya!
"terus kang, sediluk meneh, ehhk, terus" erang si mbak.
Sambil melihat, mendengar desahannya, aku juga menciumi celana dalam ungu yang aku simpan, tak lama akupun melakukan masturbasi.
Sudah ada kemajuan saat ini bukan hanya melihat, dan merasakan kemasannya saja, tetapi sudah mulai mendengar! Nikmatnya sudah berlebihan!!!
== Aplikasi ==
Setelah cukup modal aku menikah; bagaimanapun juga aku bukan tipe "mokondo" (MOdal KOn*** DOang).
Kali ini bukan hanya melihat, merasakan kemasannya, dan mendengar, tetapi sudah menikmati! Nikmat tiada tara !!!!
Kalau dulu hanya sebatas mencium kemasannya, saat ini aku gemes banget kalau ngelihat, langsung ingin mencium isinya.
Aku lebih senang bila wanita menggunakan pakaian minim, ketimbang telanjang bulat, begitu juga dalam melakukan hubungan seks, jarang melakukan telanjang bulat. Karena hubungan seks tidak harus "terpejam", tidak harus "melihat" dalam terang. Bahkan melakukan tanpa melepas celana dalamnya, lantas? Aku melubangi celananya agar kemaluanku dapat masuk dan menerobos kemaluannya. **)
Kadang aku akan menabraknya seperti banteng yang digoda dengan kain merah; walau bantengnya buta warna, bila istriku melepas celana dalamnya di depanku, atau bila dia membungkuk membelakangiku walau dia memakai pakaian lengkap, karena sebagus apapun atau sejelek apapun yang dia kenakan itu hanyalah kemasan, sementara isinya tidak pernah berubah dan aku sudah hapal bentuknya, mulai dari tahi lalatnya hingga lubang-lubangnya.
Gaya yang sering kami lakukan kebanyakan "doggy style", bukan karena wajahnya tidak cantik, tetapi aku bener-bener tergila-gila dengan yang namanya pinggul wanita, kadang dia di atas dan membelakangiku sehingga aku bisa melihat pinggul dan lubang anusnya, jadi ingat kos-kosanku yang dipinggir kali.
Waraskah aku?
SEKIAN