Vyonne : the end
of pasar malam but the new begining master
Hi sorry atas keterlambatan
cerita ini... karena banyak sekali tugas yang menumpuk sehingga harus di
postpone untuk sementara waktu... terima kasih juga kepada para pembaca yang
telah memberikan dukungan, kritik maupun saran yang sangat berguna untukku..
semoga keterlambatan saya kali ini dapat terobati oleh kelanjutan ceritaku yang
ketiga ini, selamat menikmati...
Waktupun bergulir, setelah pergumulanku yang mempermalukan dan merendahkanku beberapa saat yang lalu, membuat para anak anak berandalan itu semakin ketagihan melakukan eksperimen – eksperimen yang aneh kepadaku, tentu saja setelah mereka minta persetujuan dari si Prambo untuk “meminjam akuâ€, aku disuruh oleh mereka untuk membawa sebuah tas yang berisi air seni mereka yang masing – masing di bungkus plastik, totalnya ada lebih dari 20 bungkus plastik bening, karena ada yang membawa 2 bungkus air seninya, air seni dalam plastik tersebut dibungkus agak gembung, dan dimasukan semua ke dalam sebuah tas, dan aku harus selalu memapahnya, tas ini menyerupai ransel, tetapi terbuat hanya dari kain yang memiliki tali pada kedua sisinya yang berguna untuk menutup tas dan di papah, yang biasa sering digunakan anak SMU untuk mengisi tas pelajaran mereka.
Bahkan pada saat aku tidurpun mereka menyuruhku tetap memapah tas ransel tersebut, sehingga beberapa bungkus sempat bocor dan membasahi ranjang tidur dan tubuhku, aku menjadi terjaga setiap malam, sempat aku berpikir untuk tidak memapah tas ransel tersebut, tetapi kamera di kamar tidurku membuatku menjadi terintimidasi setiap harinya selama 24 jam non stop. Semua akses ke arah dimana aku melakukan aktivitas terdapat kamera, seperti kamar mandi, kamar fitness, kolam renang dan mobilku, layaknya reality show, hanya saja ini mengumbar privasiku sekali.
Kemudian pada saat aku sedang menstruasi, aku diharuskan menemui Prambo untuk memohon pembalut, tetapi apa yang ia berikan jauh dari dugaanku, ia memberikanku sebuah roti, yah roti makanan, roti yang berbentuk lonjong seperti hotdog yang kemudian dimasukan ke dalam vaginaku, untuk menahan laju darah yang keluar, jadi aku harus berusaha menahan agar vaginaku tak terlalu mengeluarkan darah yang banyak, tapi tentu saja hal itu tidak mungkin dilakukan, aku hanya dapat berdoa berharap darah mensku tak terlalu banyak.
Dan hari ini, Prambo akan mengajakku ke suatu tempat yang belum kuketahui, aku hanya diberitahu agar aku bersiap siap pukul 8 pagi, ia akan menjemputku. Ia juga menyuruhku memakai baju yang dibelikan olehnya, baju tersebut berupa gaun terusan yang backless (punggung terbuka), dengan potongan bawahan yang cukup rendah dan bila aku membungkuk sedikit saja pasti akan terlihat kemaluanku karena aku tidak diperkenankan memakai pakaian dalam, atasannya hanya berupa helaian kain yang menutupi kedua dadaku yang diikatkan pada leher belakangku. Baju halter backless berwarna perak seperti yang dipakai oleh artis artis Hollywood sewaktu ke ajang pemilihan Oscar.
Setelah aku bersiap siap, maka tepat pukul 8 mobil sudah sampai di depan rumahku, aku membukakan pintu untuknya, “pagi Vy, gimana, udah makan blum?â€sapanya ramah, “hm udah kokâ€jawabku singkat, “oh kalo gitu uda siap donk? Nih makan dulu pil ini, biar ga mabok di jalanâ€ia memberikan sebuah pil berwarna pink, mungkin antimo atau sejenisnya. “Aku ga mabok mobil kok, simpen aja buat entar†aku memang tidak mabok mobil. “Perjalanan kita jauh, gua ga mau liat lu muntah pake baju bagus gini, apalagi lu keliatan cakep banget, cocok banget kan baju yang gua beliin?â€sambil memuji ia kembali menyodorkan pil itu, akhirnya dengan terpaksa aku minum juga, aku pikir tidak ada salahnya aku meminumnya sekedar untuk berjaga – jaga.
Akhirnya setelah berbasa basi kami keluar menuju mobil, alangkah terkejutnya aku ternyata yang ia kendarai bukan mobil mewah, dan itu cukup membuatku keheranan, karena sangat kontras sekali dengan baju yang diberikan untukku, mobilnya berupa mobil van keluarga tak berhidung, mungkin merk zebra kali ya, bila tidak salah. Berwarna merah dan pada bagian bawah mobil sudah karatan dan bolong bolong, yang paling parah adalah mobil tersebut tidak ber-AC, di Jakarta yang sumpek gerah dan panas terik bila tidak ber-AC rasanya umurpun bisa berkurang, mobil ini seperti mobil angkot saja. “Wuihhh Pram, kok ga ada AC sih? Panassss banget nihâ€Kataku yang mulai ga tahan dengan situsi yang sangat panas ini, apalagi bajuku terbuat dari bahan yang menambah panas. “Mau dingin? Buka baju luh aja!!!â€kata Prambo dengan santainya, aku kemudian diam seribu bahasa.
Keringat membasahi tubuhku, aku benar – benar merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini, aku tidak lagi berkonsentrasi pada jalan yang kutempuh, sedangkan Prambo yang juga kepanasan menyetir sambil menyengir kepadaku, aku langsung membuang mukaku, mengacuhkannya. Walaupun kaca jendela dibuka tetap saja terasa panas, apalagi bila di pemberhentian lampu merah, banyak sekali pedangan asongan yang menawarkan permen, rokok dan lain sebagainya sambil menatapku lama lama, aku merasa sangat risih sekali dengan keadaan tersebut, “non, mau beli koran ga? Ada Nova, Cek dan ricek, ama asian plus nih yang baruâ€tawar pedangang asongan tersebut. “Hm nggak, makasih yaâ€tolakku dengan senyum yang dibuat buat, kepalaku terasa sakit, aku merasa sedikit ngantuk.
“Oi Mas!!! Nih cewe mah doyannya ditidurin!!! Ama yang gituan mah ga napsu hahahaâ€teriak Prambo tiba – tiba yang membuatku terkejut sekaligus ingin menampar mukanya. “Oh gitu toh, kalo di pegang gini mau ga?†sambil berkata seperti itu sang pedagang asongan langsung menyelipkan tangannya ke balik gaunku melalui belahan dadaku (baju halter backless ini bagian belahan dada sampai pusar (bagian tengahnya) tidak tertutup kain, jadi bagian tertutup adalah dari belakang leher turun melalui kedua payudaraku kemudian bersambung ke pinggangku membentuk rok mini) dan di sisihkan bajuku yang menutupi dada kananku ke samping kanan, sehingga buah dadaku menyembul keluar sambil diremas olehnya. “Bangsat, kurang ajar!!!!†teriakku aku sangat marah sambil kutepis tangannya, kudorong keluar jendela.
Pertengkaranku dengan pedangan asongan itu menjadi tontonan orang sekitar, tapi setelah kuperhatikan tidak ada mobil lain di daerah perkampungan tersebut, walaupun ada lampu merah, aku jadi bingung entah berada dimana aku saat ini, aku terbengong melihat sekumpulan pengemis, mereka terkekeh kekeh melihatku, (badanku saat ini sudah sebagian keluar dari jendela). “Non teteknya bagus, putih banget, cakep kaya orangnya.†kata salah satu pedagang koran lainnya, aku tersadar rupanya aku belum membetulkan letak bajuku dengan benar, sehingga payudara kananku terlihat oleh mereka semua. Langsung saja aku buru buru membetulkan letak bajuku sambil masuk lagi kedalam mobil. “Ayo cepetan jalan deh, ga mau lama lama di... eh...†ajakku ke Prambo tapi ternyata Prambo yang harusnya menyetir di sampingku tidak ada batang hidungnya.
Tiba – tiba ia meraih tanganku dari belakang diangkat keatas kepalaku dan diikat erat, “Pram ... apa – apaan ini? Pram ...†kemudian tali tersebut disambung ke pengangan pintu paling belakang, badanku diikat oleh seseorang lagi sehingga menempel pada kursi mobil, sehingga aku tidak sempat memberontak, kemudian kedua kakiku di lipat keatas, diikat dan disambung pada pegangan pintu tengah untuk bagian kiri, sedang bagian kanan disambung pada pegangan stir mobil.
“Nah saudara saudara aku mau makan dulu, nih cewe biar jadi hak kalian itung itung kompensasi BBM lah hahahahaâ€kata Prambo yang membuka tali baju pada bagian belakang leherku sehingga penutup payudara tersebut jatuh ke arah kedua sisi kiri dan kananku, kemudian kain tersebut ditarik keatas sehingga bagian bawah yang berupa rok mini tersebut semakin tersingkap ke atas, memperlihatkan bulu - bulu kemaluanku. “Wouuuuuuu muantapppp!!!â€sorak mereka kegirangan, “Nih cewe uda ga pake beha nggak pake cangcut juga ya hahahhahaâ€kata salah seorang dari mereka yang bertubuh tambun.
“Eh non, name luh siape? Abang pimpinan disini, name abang, Poniman, temen temen gue panggil gue Ronnie, ade juge nyang suka panggil abang, Pak Tambun, nah sekarang giliran loe sebutin nama loe deh, yang lengkap yeeâ€kata pria bertubuh tambun tersebut, kuperkirakan mungkin berat tubuhnya ada 90 an kg lebih, selain perutnya yang buncit aneh, wajahnya juga seperti anjing bull dogg, kedua pipinya turun seolah olah hampir melebihi mulutnya, tubuhnya hitam kelam, tidak menggunakan baju atasan, sehingga bulu ketiaknya yang sangat panjang dan lebat, keluar dari sisi sisi lengannya yang sangat besar.
“Nama... saya vy.. Vyonne pakâ€kataku, kali ini rasa kantuk benar-benar menjalar pada tubuhku, padahal dalam keadaan begini tidak seharusnya aku mengantuk, lalu aku teringat pada pil pemberian Prambo, tampaknya pil tersebut adalah pil tidur, “Oh Fion cakep juga nama luh, hmm gini aja deh gua suruh anak anak lepasin tali lu ini, tapi tar lu puasin anak anak yah... nurut ama kita kita ya... oke?â€tawar pak Tambun, aku berpikir mungkin lebih baik memang ia melepas taliku, agar aku juga dapat beristirahat, aku sangat lelah sekali, tubuhku terasa lemas sekali, mataku terasa berkunang kunang, maka kusetujui saja permintaannya tersebut.
Aku berusaha membelalakan mataku, tapi sangat sulit sekali, untunglah tanganku sudah tidak terikat pada tali tersebut, mereka menyeretku pada sebuah rumah kayu yang bobrok, tampaknya toilet dan segala macam ruangan menyatu disana, karena kulihat seseorang dari mereka sedang buang air kecil di salah satu lubang pembuangan air, mereka menancapkan sebuah pipa pada lubang kayu tersebut, kemudian mereka menempelkan suatu tadah di atasnya agar air seninya tidak berantakan ke sisi sisi lantai, tadah tersebut berbentuk sebuah corong besar, sebesar mangkuk soup yang besar, terbuat dari plastik bening transparan seperti botol air mineral.
Kemudian orang yang sehabis buang air kecil tersebut mendekatiku, ia mendekatkan penis tersebut ke wajahku. “Isep bersihin kulit kulit kepalanya†perintah dia lagi, aku sangat jijik sekali melihat penisnya tersebut, apalagi di ujung penisnya itu ada tetesan tetesan air seni yang belum dibersihkan, “AYOHHH CEPETANNN!!! Ntar Asinnya udah ilang!!!!†bentak dia yang membuat jantungku terasa akan copot, apalagi dengan keadaan ngantuk seperti ini.
Aku memajukan wajahku mendekati penisnya yang agak bau itu, kuperhatikan terdapat guratan guratan otot yang jelas sekali, penisnya hitam kelam sama seperti orangnya, aku menyentuh bagian pahanya, kokoh sekali, mungkin orang ini adalah seorang kuli bangunan. Perbedaan warna kulit yang sangat kontras sekali, antara hitam kelam dengan putih mulus tak ada cacat sangat terlihat jelas.
Aku mulai mengulum penisnya tersebut, terasa sekali air seni yang masih menempel pada ujung kulit penisnya tersebut, aku merasakan lidahku sedikit panas dan rasa sepat asin merambat pada syaraf syaraf lidahku, aku merasa aku akan muntah pada saat itu juga, perasaan yang kurang menyenangkan ini tampaknya dirasakan sang pemilik penis, ia melihat ke arahku tersenyum lebar “Gimana non? Gimana rasa kencing gue? Enak ga?†ejeknya dengan penuh suka cita. Aku hanya bisa memaksakan senyumku yang dibuat-buat.
Aku kembali melakukan aktifitasku, mengulum dengan membayangkan sesuatu yang nikmat bergairah, aku lancarkan beberapa gayaku, seperti memutar mutar penisnya dalam mulutku, memainkan liurku pada penisnya, dan memaju-mundurkan kepalaku hingga penis tersebut seluruhnya masuk ke dalam mulutku, dimana aku sangat kesulitan bernafas, tapi entah mengapa aku selalu menyukai sensasi tersebut.
“Ah, yak hebat banget non, wuohhh woh enak banget!!!†teriak orang tersebut.
“Sur, udahan belon? Gua jadi terangsang banget nih†kata temannya, yang bengong melihat adegan ini.
Dan tak berapa lama kemudian, keluarlah sperma orang yang dipanggil Sur tersebut – mungkin namanya Surya, Surto atau apalah aku tidak begitu menghiraukannya – sambil perlahan mengeluarkan penisnya dari mulutku. “Jangan telan dulu non, tunjukin ke orang – orang disini sperma yang ada dimulut kamu, ke kamera jugaâ€perintah si Sur ini.
Maka akupun menunjukan dengan membuka mulutku kearah teman-temannya. “Hmmm hehehe, doyan peju yah luh?†kata salah seorang dari mereka yang memiliki kulit paling hitam dengan wajah yang jauh dari tampan dan berperut besar wlaupun dia tidak gemuk, hanya berperut buncit. “Ayoh, non sekarang mainin peju itu, dikenyam kenyam dengan gigi kamu.†timpal salah satunya lagi yang kelihatannya sudah berumur dan memakai kacamata tebal seperti orang tak waras, dan akupun memainkan sperma tersebut, dengan mengigit gigit seolah berusaha mengunyah sperma tersebut dan merapatkan gigiku kemudian mendorong sperma tersebut dari dalam mulutku ke arah keluar walau tidak sampai menetes pada bibirku, kemudian dihisap masuk lagi dan mengulanginya lagi seolah aku ingin memuaskan mata mereka melihatku memainkan sperma di mulutku ini.
“Oke, sekarang peju itu udah bole non telen, tapi ingat itu ga gratis, non harus bayar, soalnya peju gua asli mantap, dan gurih, jadi nanti bonnya bayar belakangan, sekarang non cicipin peju mereka satu persatu, nanti tinggal hitungan satu orang 500ribu. Tenang ini uda termasuk bonus masukin kontol kontol kita ke memek ama lobang pantat non kok hehehe ga terlalu mahal kan? Lagian non bisa puas deh,â€kata Sur yang langsung membuatku bergidik mendengarnya, tapi toh kutelan juga spermanya, dan ini membuatku sadar ternyata Prambo sudah menaruh cek giroku pada tas pestaku, untuk alasan ini, walau dalam hatiku membatin, “haruskah aku membayar mereka untuk kepuasan yang diperoleh mereka? Haruskah aku membayar mereka untuk mengerjai aku? Haruskah aku membayar mereka agar aku dijadikan budak seks mereka? Haruskah aku membayar mereka dengan menelan sperma mereka? 500ribu setiap orang? Dan kuperkirakan ada sekitar 20 an orang dan itu berarti 10 juta?â€.
“Hehe ayoh ayoh jangan malu malu non†kata pak Tambun. “Nih pake ini di leher non, biar ga rugiâ€ia menambahkan sambil mengalungkan aku sebuah tempat tadah yang berasal dari tempat dimana aku melihat mereka gunakan untuk menampung air seni agar tidak berceceran dilantai dan agar pas masuk ke dalam lubang pembuangan air. Rupanya tadah tersebut dapat dibuka sehingga kepalaku dapat masuk kedalam, dan kelihatannya memang sebenarnya di desain sebagai salah satu mainan seks.
Jadi sekarang kepalaku seolah masuk kedalam sebuah mangkok besar dari bawah, sehingga bila diperhatikan dari atas, kepalaku seolah berada dalam mangkuk tersebut dan badanku berada dibawahnya, rambutku juga ikut masuk ke dalam mangkok tersebut, mangkok yang sangat besar, transparan dan berbau pesing, dan sekarang dengan kepalaku berada didalamnya dan leherku begitu pas dengan lubang yang ada pada dasar mangkok serta salah satu sisi mangkok yang berada dibelakang kepalaku sekarang dan tadinya dibuka untuk memasukan kepalaku sekarang sudah ditutup kembali. Jadilah aku seperti seorang astronot dengan helmnya yang bedanya bila seorang astronot helmnya bulat menutupi wajahnya, sedangkan aku hanya setengah lingkaran seperti mangkok dan tentu saja tidak tertutup.
Sekarang setelah perlengkapan di kepalaku selesai, maka pak Tambun selaku pimpinan mereka merebahkan dirinya pada kasur yang kelihatannya sudah berumur karena terdapat beberapa kerusakan di sana sini. Dan tentu saja itu bukan kasur yang ada kayunya hanya kasur yang ditergeletakan di lantai. Dan setelah aku sadar ternyata efek obat tidur yang diberikan Prambo sudah tidak berfungsi lagi, aku merasa sudah agak sadar, dan juga baru sadar ternyata yang merekam adalah Prambo.
Aku sendiri sekarang ini merasa lebih nyaman bila pakaianku dibuka semua, karena sudah tanggung bagian dada sudah terbuka dan terusannya ke bawah juga sudah tersingkap ke atas dan menggantung di pinggangku. Maka aku memberanikan diri berbicara “Pram, buka aja deh bajunya biar ga kotorâ€. “Hahahaha, ga papa, tapi kalo bisa jangan kotor, pake aja, awas kalo kotor. Gua ga mau tanggung pas ntar ke tempat yang lain baju luh udah banyak pejunya heheheâ€kata Prambo dengan pandangan mengejek dan merendahkan.
“Uda pake aja non, yuk kesini, ke atasnya papa Tambun sini, papa Tambun mau jilatin dulu biar enakâ€kata pak Tambun sok bijaksana sambil menunjuk vaginaku. Kemudian akupun berjalan kearahnya mengangkangi wajahnya dan menempelkan kemaluanku sendiri ke mulutnya sambil direkam oleh Prambo. Lidahnya menyapu bibir vaginaku, yang kemudian menyeruak masuk membuatku kegelian “Mmmpphhh... hmph...â€desahku tak tertahankan, aku memang sudah ingin mengeluarkan sejak mengoral Sur dan memainkan spermanya di mulutku ini. Tiba-tiba pak Tambun menghentikan aktifitasnya, dan aku yang sudah tanggung terus menggesekan vaginaku di wajahnya. “Kenapa non? Enak? Kalo enak bilang donk, jerit aja, biar semua disini juga suka,†kata pak Tambun, “dan kalo mau lanjut ayoh ngomong donk, gimana ngomongnya sama papa Tambun?â€
“Papa Tambun.... Vy mau dijilatin, please....†kataku yang sudah kepalang tanggung sudah sejauh ini menjadi budak mereka, jadi tanggung saja terbuka sekalian. “Kurang... kurang, harus lebih memelas lagi Vy, dan coba kasi imbalan dana donk,†kata Prambo menimpali. Aku melirik ke arah Prambo yang masi terus merekam sembari tangannya mengisyaratkan “uang†kepadaku.
Aku mengerti apa maunya, maka aku mencoba sekali lagi “Papa Tambun .... vy mau dijilatin vaginanya pleaseeee vy tambahin 100rb per orang deh...â€kataku memelas, ia tidak bergeming, hanya menatapku sambil tersenyum, seyuman yang mengisyaratkan kira-kira “masa Cuma segitu penambahannyaâ€, “200ribu pak Tambun please....â€kataku memelas. Ia kembali tersenyum, senyum yang kali ini cukup menjijikan dan diikuti tawa dari para anak buahnya, yang terdiri dari para pengemis jalanan yang suka membawa kain lap ato bulu pembersih mobil (kemocheng), pengamen, dan pengemis yang kekurangan salah satu anggota tubuhnya. “350 ribu tidak kurang dari itu, oke? Dan tentu saja nanti akan banyak bonus untuk kamu hehehe...â€katanya yang kemudian langsung menjilati vaginaku setelah melihatku menganggukan kepala, pasrah.
“AAhh.... MMppphhhâ€erangku penuh nikmat, bukan pertama kalinya tentu saja aku dijadikan tontonan orang banyak, dan selalu aku diam diam menikmati perlakuan ini. Dan tidak berapa lama kemudian aku merasakan sensasi yang begitu kuat sekali terdorong dari dalam organ organ tubuhku, tulang tulangku terasa sangat lemas, rasanya seluruh organ dalam tubuhku ingin ikut keluar bersama cairan kewanitaanku.â€AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH.......... ...â€teriakku, diikuti tubuhku yang terlonjak seperti kejang kejang, menandakan orgasmeku yang pertama.
Rasanya aku tidak ingin berpindah posisi lagi, aku sangat lemas, tapi tentu saja itu tidak mungkin, “hm Vy, sekarang Vy masukin pelan pelan burung bapak ke sarang yang banyak bulu itu yaâ€katanya.
“I...iya p-pakâ€
“Yak bagus bagus, ah enak banget bener disituâ€
“Oh....hmm...mmmppphhâ€
Aku mulai mengoyangkan tubuhku naik turun, perlahan kulihat samping sampingku mulai mengocok barangnya masing masing tanpa berbusana, dan satu persatu mulai mendekatiku, “ah Vy tolong dikocok pake tangan kamuâ€kata pria bertubuh paling hitam dan berbuncit serta ceking itu.
“Parno, jangan serobot gitu donk!! Hehe non abang punya minta diisepin ya, name abang Sukro†katanya kepada pria bertubuh paling hitam yang ternyata bernama Parno dan kemudian kepadaku.
Aku mengikuti kemauan mereka, sambil terus mengoyangkan tubuhku di atas pak Tambun, aku merasakan aku akan orgasme sebentar lagi, tapi aku tidak merasakan pak Tambun mau orgasme.
“Ahhh pak Tambun.... ahh...†erangku dalam detik detik mencapai puncak, tiba – tiba aku mendapat semprotan sperma di wajahku milik Parno. “Wuiiihh enakkk ooohhh ...â€teriak Parno, disusul oleh Sukro di wajahku juga, dan semprotan mereka berdua saja tidak kurang dari 7 semprotan kental, mengenai hidungku, bibirku mataku dan rambutku yang jatuh di dasar mangkok.
“MMMMppphhhh OOOhhhhhh ... “ teriakku mencapai orgasme, tapi pak Tambun belum mencapai orgasme, tubuhnya mengkilap oleh keringatnya, begitu pula tubuhku, aku merasakan keringat di tubuhku menetes mengenai badan pak Tambun, sementara ia terus meremas remas kedua payudaraku.
“Uoooohhh ... “teriak salah satu pengemis sambil menyemprotkan spermanya di wajahku, disusul pengemis tak berlengan, dan kemudian pengamen. Wajahku penuh dengan sperma, aku dapat menghirup aroma sperma tersebut, sebagian banyak juga yang berceceran di mangkok, apalagi aku menggenjotkan tubuhku di atas pak Tambun seperti sedang menaiki kuda rodeo, sehingga sperma di wajahku juga jatuh di mangkok, dan memang dengan adanya mangkok ini sperma tidak berjatuhan di lantai.
Mukaku sudah mengkilap dengan sperma tersebut, mataku juga agak kesulitan melihat, aku cukup kelelahan, kali pak Tambun yang menggenjot dari bawah, serangan sperma di wajahku tidak berhenti, lalu kemudian kulihat Sur mendekatiku, ia memberikanku sebuah sedotan, “nih minum sperma yang ada di mangkok itu pake ini.â€
Aku yang sudah kepalang basah hanya menurutinya aku menempelkan bibirku pada ujung atas sedotan tersebut, sementara Sur mengarahkan ujung sedotan satunya lagi pada gumpalan sperma yang menyatu.
Aku mulai menghisap sperma tersebut, rasanya tidak dapat kugambarkan karena banyak sekali rasa, pahit asam asin dan bermacam macam rasa lainnya lagi, sementara sperma dari mereka tidak kunjung reda, ada yang tidak menyemprotkan ke wajahku, tapi langsung ke mangkok tersebut sehingga mangkok tersebut penuh dengan sperma.
“Hmmm huuooo huooo ahhhhâ€teriak pak Tambun sekarang dengan keras menhujam hujamkan penisnya ke vaginaku, dan aku yang sudah mau mencapai orgasmeku juga tidak kalah mengoyangkan tubuhku, menggesek tubuhku, mencari titik titik nikmat. “AAAAHHHHHh†teriakkan orgasme kami berbarengan.
Tubuhku sungguh sangat lemas sekali, pak Tambun juga kelihatannya begitu, tetapi ia tidak mengeluarkan penisnya, ia istirahat disana sambil melihatku disuguhi sperma oleh anak anak buahnya, sperma sperma tersebut seakan tidak ada habisnya.
Kemudian pak Tambun mengeluarkan penisnya juga, yang sekarang digantikan oleh Prambo, sambil terus menerima sperma sperma, aku melayani Prambo, “Vy hebat banget luh, asli, ini yang gua damba dambakan!!â€kata Prambo.
Prambo masih terus menggenjot tubuhku sementara kamera berpindah ke tangan Sur, tampaknya sperma anak buah pak Tambun sudah habis, dan Prambo yang mungkin sudah tegang daritadi tidak lama menggenjot tubuhku, ia tidak seperti biasanya langsung mencabut penisnya, ke arah wajahku, “buka mulutnya yang lebar Vy†perintahnya.
Akupun menbuka mulutku selebar mungkin, sehingga sedotanku jatuh dari mulutku, aku keluarkan lidahku, sementara Prambo mengocok penisnya sendiri, sampai akhirnya spermanya muncrat memenuhi mulutku, banyak sekali, tapi tidak ada yang tumpah, aku membentuk lidahku menyerupai sendok, sehingga sperma tersebut tertampung semua di lidahku. “ohhh oohh “eranngnya sangat puas sambil terus mengurut sampai sperma sperma terakhir.
Kamera disyut mendekati mulutku, memperlihatkan sperma Prambo, lalu kemudian aku menelannya, “ok ok sekarang ayo abisin sperma yang di mangkok pake sedotan.â€perintah Prambo. Agak geli dan mulas juga perutku menelan segumpalan sperma sperma dari kumpulan para pengemis ini. Banyak sekali sperma yang tersisa pada mangkok toilet ini, aku menghisapnya dengan sedotan dan rasanya tidak pernah habis.
“Bagus... bagus... teruss iya hmmm gitu ..... eh non jangan langsung ditelen kali ini kumpulin dulu tuh peju di mulut loe ampe gue bilang stop yeeâ€kata Sukro yang baru kuperhatikan ternyata kakinya terdapat semacam benjolan hitam keputihan bengkak yang terdapat pada mata kakinya, mungkin penyakit diabetes, langsung saja hatiku mecelos, ternyata sperma yang kuminum ini salah satunya adalah hasil produksinya, sperma orang yang punya penyakit diabetes.
Tapi apa dayaku, aku mengikuti kemauan orang ini, kukumpulkan sperma yang kuhisap dengan sedotan pada mangkok toilet yang bertenger di sekeliling kepalaku ini, aku bagaikan orang yang memakai kerah baju yang sangat besar, dan kerah tersebut adalah sebuah mangkok yang mengelilingi kepalaku dan aku dengan sedotan di mulut menghisap sperma dari mangkok ini.
“Teruss teruss terusss....â€sorak mereka berbarengan, “ayo kamu bisa!!!!†teriak salah seorang dari mereka, yang tidak kuperhatikan siapa itu.
“MMMpppphhhhhâ€erangku tak tertahankan, menampung sperma yang ada dimulutku, sehingga mulutku sudah gembung di kedua pipi ini, kurasakan lendir lendir lengket memenuhi rongga mulutku, rasanya berbusa busa, aku hanya bisa memejamkan mataku, berusaha untuk tidak terlalu memikirkan rasanya dan berharap mereka belang stop.
“STOOPPPPâ€akhirnya kudengar kata itu dari mulut salah seorang dari mereka yang kuduga mungkin adalah Sukro, so kaki diabetes tapi aku tak peduli siapapun itu. “Coba perlihatkan ke kamera Vyâ€perintah Prambo lagi.
Kubuka mulutku, saking penuhnya sperma itu tumpah di sela sela mulutku, cukup banyak, jatuh pada mangkok yang dipasangkan di kepalaku ini, “hehehe, kebanyakan ya Vy? Sekarang kumur kumur, kunyah kunyah, kocok kocok dengan lidah kamuâ€kata Prambo, kuikuti kemauan anehnya itu, dengan kumur kumur kunyah kunyah dan memutar mutar sperma itu dengan lidahku seperti orang sedang mengocok telur untuk didadar.
Aku sendiri bingung kenapa aku bisa menuruti segala perintah mereka, mungkin aku sudah mulai terbiasa dengan permainan prambo sehingga sekarang aku sepenuhnya percaya kepadanya, menjadi budak seksnya, mungkin juga memang aku nya sendiri yang menjadi gila akan permainan mereka.
“Yak uda bole telennn Vy... jangan keterusan loe, emang enak minum ama mainin sperma, tapi kita masi punya banyak permainan, toh lu uda bayar kita kita kan..?â€Kata pak Tambun, “nah sekarang lu minum deh tuh semua sperma yang ada di mangkok, Sur lepasin tuh mangkok, jadi dia bisa minum langsung dari mangkok itu!â€.
Sur yang mendapat perintah dari pak Tambun langsung melepaskan mangkok jamban ini dari leherku, kemudian menyerahkannya padaku, “nih, minum ampe bersih, eh ... tunggu dulu, coba lu endus pelan pelan terusss baru endus yang dalam aroma sperma itu, baru setelah itu kamu minumâ€perintah si Sur.
“Hhhhh....mmpp....hhh...mmmpphhâ€suara nafas hidungku menghirup aroma sperma yang pada awalnya ada rasa busuk. asam. dan menggelikan itu, tapi kemudian aku mulai terbiasa oleh aromanya, dan aroma ini membuatku sangat terangsang. Aku meminum sperma itu dari mangkok jamban seperti sedang minum sop dari mangkok besar.
“Sekarang coba bikin balon dari sperma sperma kita, heheheâ€kata Parno, si hitam ceking buncit. Dengan mengatupkan kedua bibir dan membuka perlahan sehingga sperma tersebut menempel pada kedua bibirku dan kemudian perlahan meniupnya seperti orang main ludah, tapi sperma ternyata dapat membuat gelembung di bibir yang agak besar, kemudian baru sperma tersebut kutelan kembali.
Ternyata perlakuan mereka terhadapku, membuat sebagian dari mereka bangkit lagi gairahnya sehingga aku kembali digarap habis habisan, kali ini mereka tidak hanya mengocok penis mereka tapi benar benar bersetubuh denganku, aku ditarik oleh Sur, yang mengarahkan penisnya pada anusku, “ahhh jangan ...aku dah ga kuatt, tolong.... pleaseeeeâ€ibaku, “ga ada cerita lu ga kuat, emang gue pikirin lu kuat apa nggak, yang penting kita kuat apa nggak, tuh yang lain aja banyak juga yang ga kuat, nih kita yang kuat malah ga lu hargai, bangsat lu orang kaya, mau bikin mubajir ya duit luh!!!â€bentak Sur.
“Habislah akuâ€batinku meronta, aku diperkosa habis habisan, anusku, vaginaku rasanya bengkak bengkak dikerjai mereka, temasuk pak Tambun, Sur, Parno dan 5 orang lainnya yang tidak kuketahui namanya.
Kemudian setelah mereka menyemprotkan spermanya di vagina dan anusku, aku ditarik oleh pak Tambun, “adu duh sakit.... mau diapaiin lagi pakk?â€aku rasanya ingin menangis, menahan perih di vaginaku, dan tanganku yang ditarik ke arah halaman belakang tempat tinggal mereka.
Di halaman belakang itu bajuku dilucuti semua, kemudian mereka mengarahkan penisnya ke arah wajahku semua, dan... “Seerrrrr.....†mereka mengencingi diriku, “Auuucccppp ammpppmmphjj uunnn pakkk....blehhhh h,,,,mmmmmmâ€kataku sepatah patah karena air seni tersebut masuk kemulutku.
Mereka melakukan 3 per 3 orang, bergantian, lalu Prambo menanyaiku di sela sela mereka mengencingiku, “kamu suka Vy? Ini kan yang lu impi impikan dari dulu? JAWABBBBBâ€teriak Prambo, “a...aku... hmm...â€aku tidak dapat meneruskan kata kataku, karena aku tidak pernah ingin dikencingi, tapi bila aku jawab tidak, pasti akan ada hukuman lain menantiku, maka “ii...iya...huffffblepppâ€kataku.
Sebagian air seni mereka melewati kerongkonganku, rasanya sepat, asin dan sangat tidak enak, dan sekarang sperma di wajahku sedikit demi sedikit terkikis oleh air seni, walaupun tidak bersih sepenuhnya, sekarang ini malah wajahku jadi belepotan oleh air seni dan sperma dicampur jadi satu.
Akhirnya prosesi pengencingan diriku selesai setelah semua orang mendapat bagian, “oh iya lupa disini ga ada kamar mandi buat bersihiin badan loe nih, terpaksa lu musti melanjutkan perjalanan lu kaya gitu aja heheheâ€kata Sur. “Hah? Ga ada wc? Jadi... gimana?â€aku mulai kebingungan dan sedikit dongkol [ada perbuatan mereka ini.
“Ya uda tenang aja, sekarang lu tulis cek buat mereka deh, sebagai permohonan maaf mereka, mereka ntar nyusul kita ke puncakâ€kata Prambo, langsung kusadari rupanya ini daerah menuju puncak.
Setelah kutulis cek untuk mereka Rp 25 jt, dan mereka kegirangan, aku pun kembali mengenakan bajuku dengan wajah penuh bau pesing dan sperma, dan menuju mobil butut Prambo dan melanjutkan perjalanan.
Selama perjalan ini aku diam saja, tidak banyak bicara, aku merasa sangat terhina, tidak terasa aku meneteskan air mata, aku merasa sangat sangat kotor sekali, dan apalagi seharusnya masa suburku belum lewat, aku juga takut hamil, dan aku tidak tahu apalagi kejutan yang menunggu ku dipenantian terakhir, dengan selembar lagi cek kosong.
Sampailah aku pada sebuah gerbang villa yang besar, villa yang cukup mewah, dengan ukiran ukiran yang bagus dan tertata rapi, seorang satpam membukakan pintu, satpam bertubuh besar yang rasanya kukenal, tapi karena hari sudah malam tidak terlalu jelas, lalu aku menyadari bahwa dia adalah Prabawa, rupanya ia disini, ia cengegesan melihatku, aku acuhkan dia dengan menundukan kepalaku.
Mungkin ini villa milik Prambo, tapi aku tidak yakin benar dia mau mengunakan rumahnya untuk sesuatu perbuatan yang akan membuat dia bertanggung jawab.
Mobil telah masuk garasi, pintu gerbang telah ditutup dan saat kami turun dari mobil menuju pintu masuk villa, tiba tiba “BLAKKKK†ada yang membukakan pintu dari dalam keras sekali, sampai aku terkejut, tapi yang membuatku lebih terkejut lagi yang membuka pintu adalah seorang gadis yang sangat cantik sekali, wajahnya hampir mirip dengan Agnes Monica, bedanya Agnes lebih kurus dan kurang berisi, sedangkan gadis ini terlihat begitu ceria, dengan wajah berseri dan tubuh berisi, tetapi bukan kelebihan berat badan, ideal sekali, dengan kulit putih bersih, sexy sekali dengan pakaian tank top hijau mudanya, keturunan chinese dan umur sekitar 23 sepantaran denganku dan cantik kata yang tepat melukiskan gadis ini.
“Hiii... ohh ini Vy ini ya?â€sapanya, “eh... i iyaâ€jawabku kebingungan karena masih melamun melihat sosok gadis, karena sudah sekian lama aku tidak melihat sesuatu yang indah, selalu yang buruk, kasar, dan tidak sopan. Sekilas aku sempat berpikir lesbiankah aku? Tapi tentu saja aku bukan tipe seperti itu, aku hanya mengagumi wajah dan postur tubuhnya saja yang ideal, kuperkirakan 167 cm dan mungkin berat 52 kg, dengan wajah didandani soft sekali. Mungkin ukuran branya 34c lebih besar dari aku.
“Hmm kenalin nih, nama gue Idhaâ€katanya sambil memberikan tangan, aku yang merasa diriku kotor agak risih juga, tapi aku mengulurkan juga tanganku “Vyonne, panggil Vy ajaâ€kataku sambil senyum. “Jee gue ga disambuttt nih???? Mentang mentang nih cewe gue bawa buat dana lu, dia doank yang disambut!!!â€kata Prambo cengegesan dan dibalas pelototan tajam Idha kepadanya, dalam hatiku bertanya “Mungkin ga sih yang dibilang Prambo barusan? Apa gua ga salah denger? Cewe sebaik ini? Kalaupun dia minta sih tetep akan kukasih, mengingat daripada harus kasi uang ke para begundal begundal bajingan tadiâ€
“Ayo silakan masuk, hm... oh ya Vy, mau mandi dulu? Abis kayaknya kamu kecapean banget ya? Abis ngapaiiinn sihhh...?â€ajaknya seraya diakhiri kata kata manja, “oh ya makasih banget, iya pengenn mandi banget nih, tadi abis ... hmm...abis... kepanasan dd..di mobilâ€kataku untuk menghilangkan kesan telah bergumul dengan 20an pria tuna susila.
“Oh abis kepanasan di mobil butut itu? Iya nih sih Pram kok bawanya mobil butut gitu sih? Pantesan dia kepanasan, rese juga lu Pram...â€
“Eh tuh mobil ada sejarahnya, semua orang pengen punya mobil kaya gitu kali, jangan ngeremehin donk!â€potong Prambo.
“Hehe, sejarah nyulik gadis gadis? Eh ya tapi Vy, kalo lu cuma keringetan di mobil kok lu bau pesing ya? N rada bau sperma juga ya? Emang keringet lu baunya gini ya?â€katanya entah memang sudah tau keadaanku atau belum, aku hanya bisa tersenyum kecil menjawabnya, “ya uda mandi dulu gih sono... tuh kamar mandi gue ada di lantai 2 yang bagian kiri sonoanâ€. “Thanks...â€kataku tanpa mau berlama lama dengan keadaanku yang sudah kotor ini.
Maka akupun pergi ke kamar mandi yang ditunjukannya, cukup besar juga kamar mandinya, kurang lebih hampir sama dengan yang dirumahku, kulihat ada handuk bekas pakainya, maka setelah aku berendam membersihkan tubuhku dari kotoran kotoran yang menempel pada badanku, kugunakan handuk tersebut untuk mengeringkan tubuhku, handuknya masih benar benar basah, mungkin ia habis mandi, dan harum.
Setelah selesai mandi aku kembali ke bawah, ternyata ia sudah menyiapkan kopi susu hangat dan nasi goreng, aku sangat merasa dihargai, aku serasa kembali ke rumahku, ia melihatku lalu “Oh hi Vy, uda siap mandinya? Yuk makan dulu nih, gua yang masak nih, cobain deh†aku melihat Prambo dan Prabawa juga berada di meja yang sama sedang mencicipi makanannya, maka aku pun turun kebawah “Wah... makasih bangett ya, hmmm wangiii bangett... makasih ya.. laper bangett nihhâ€kataku tanpa basa basi lagi.
“Hehe non Vy uda lame kite ga ketemu ya... makin montok aja tuh badan... nih lu musti banyak belajar ama Idha biar umurnya Cuma 20, tapi dia lebih berpengalamen dibanding loeâ€kata Prabawa yang sedari tadi diam saja, tapi yang membuatku terkejut adalah ternyata Idha baru berumur 20 tahun dan dia sudah sedewasa ini. “Hehe kaget ya? Gua baru umur 20? Umur mah ga masalah yang penting pengalaman Vy, ntar deh gua ajarin banyak, tapi lu musti nurut ama gua oke?†sambung Idha.
Aku yang sudah diperlakukan baik sejauh ini oleh Idha yang ternyata umur nya dibawahku hanya dapat mengangguk saja sambil melanjutkan makan, setelah selesai makan malam, Prabawa mendekatiku, dengan mulutnya yang masih berminyak, ia menciumku yang juga belum sempat cuci mulut, “Mmmpphhh....hmmm....â€nafasku tertahan oleh ciumannya yang liar, ia mengaduk adukan lidahnya pada mulutku, liurku dan liurnya bercampur aduk menjadi satu menetes netes di sela sela bibirku, sampai di atas bibirku juga mengkilap oleh liur kami berdua, sementara kulihat Idha sedang memperhatikan kami, wajahnya yang semakin lama dilihat semakin mirip dengan Agnes Monica ini, dan semakin cantik, bahkan jauh lebih cantik dari Agnes ini, membuatku ingin menunjukan bahwa akulah yang lebih berpengalaman darinya.
Ciumanku yang saling berbalas pada Prabawa kubuat semakin hot saja, Prabawa mulai meremas remas dadaku dari balik baju gaun yang kukenakan dari pagi, aku yang memang tidak mengenakan pakaian dalam langsung merasakan tangannya yang besar tersebut, walaupun aku tau Prabawa adalah tipe pemilik penis yang tidak terlalu besar, tapi aku rasa itu justru membuatku lebih tenang karena mengingat pergumulanku yang melelahkan sekali tadi dari pagi sampai sore hari.
Lalu ia melepas bajuku, ia menjilati puting susuku, “heh, enak ga Vy?†kata Prabawa, “i..iya enak...â€kataku, aku yang memang lebih suka bermain sex dengan 4 sekawan ini(Prambo, Prabawa, Kirno dan pak Suryo), berpikir untuk tidak terlalu munafik, memang enak sekali jilatannya, “waduhh... Vy... asal lu tahu gua ini paling ga suka bangsa lain, tapi semenjak gua ngentot ama luh, gua jadi sayang banget ama yang namanya orang cina hahahaha!!!!â€kata Prabawa yang memang rasialis sekali.
Aku tidak perduli dengan ocehannya, aku berusaha menikmati saat saat ini saja, kulihat Prambo mulai menciumi Idha, mesra sekali, mereka bagaikan sepasang kekasih yang perbedaan kulitnya kontras sekali, Prambo yang kadang dapat berlaku gentleman dan kadang sangat bajingan ini, benar benar menikmati berciuman dengan Idha.
Sementara aku dan Prabawa sudah berlanjut dengan posisi 69, aku lancarkan oral seksku pada penisnya yang tidak terlalu besar ini, tapi tiba tiba aku teringat kekasihku, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya, walaupun dia belum mengetahui kenyataan bahwa aku sudah pernah dipakai puluhan orang, maka sebelum ia mengetahuinya aku menjaga jarak dengannya, aku katakan padanya bahwa untuk sementara waktu kita akan jalan di jalan masing masing dulu, dengan alasan karier, padahal aku masih sangat mencintainya.
“OIII JANGAN BENGONG!!! Gile luh?! Mikirin apaan luh? Tuh kontol di mulut luh, diemut!!!†teriak Prabawa sehingga membuyarkan lamunanku dan juga jantungku hampir copot, “Ah i...iya sorry sorryâ€sahutku, aku kembali mengoral penisnya, lalu kemudian kulihat Prambo sudah memasukan penisnya pada vagina Idha, terdengar suara desahan yang sangat merangsang, lalu kulihat Prambo merekam wajah Idha dengan handycam yang berbeda, pintar sekali Idha memainkan mimik mukanya, seolah ia adalah seorang profisionalisme artis porno Jepang, lalu aku kembali ke penis yang harus kuurus ini, setelah memberikan oral service, aku mulai menduduki penisnya, “eh eh seperti biasa, lu tau donk, gua sukanya pantat lu, bukan memek luh heheh, masukin ke pantat lu sonoâ€kata Prabawa dengan muka menjijikan, seolah ia adalah pembeli pelacur terkenal.
Maka dengan rasa enggan aku memasukan penisnya yang mini ke anusku, walupun memiliki diameter yang besar, jadi agak sulit juga memasukan penisnya ke anusku, maka aku beri sedikit liurku sebagai pelumas, “A,..Ahh..hhhâ€erangku saat penisnya sedikit demi sedikit mulai memasuki lubang anusku sampai amblas.
Aku mulai menggerakan tubuhku naik turun naik turun, dan si empunya penis, nampak sangat keenakan, “oohhh ahh Vy gila... enak bangett ahhh hmmmm... pantat cina emang aduhai enaknya....errgghhh aaahhâ€erang Prabawa terus terusan. Aku juga mendengar Idha dan Prambo teriak bersamaan saat Prambo mengeluarkan penisnya dan mengeluarkannya di perut Idha, aku cukup kaget juga Prambo tidak berejakulasi di dalam rahim Idha, yang kudengar hanya nafas kedua insan yang puas mencapai puncak kenikmatan.
Sedangkan Prabawa tampaknya juga akan mulai berejakulasi di dalam anusku, dan tiba tiba ada suara bel, sehingga aku menghentikan aktifitasku walaupun aku masih menduduki penis Prabawa yang masih berada dalam anusku, Idha berdiri dengan agak malas, “aduhh... siapa sihhh??â€katanya seraya mengambil baju tangtop hijau mudanya dan rok mini jeansnya yang dipakai tadi waktu membukakan pintu, bedanya sekarang ia tidak mengenakan bra dan celana dalamnya, langsung menuju pintu, melihat melalui jendela.
Aku yang was was menanti, apakah aku harus berpakaian atau melanjutkan percintaanku dengan Prabawa hanya dapat melihat dengan pandangan cemas ke arah pintu dan wajah Idha yang mulai menampakan wajah senyuman, dan ternyata Prabawa yang melihat Idha tersenyum tanda masalah beres pun langsung menggerakan pantatnya keatas sehingga penisnya kembali menghujam anusku, kemudian ia meremas remas dadaku, aku yang diremas lansung ikuti permainan Prabawa, sambil sesekali melihat Idha membukakan pintu, untuk menuju pintu pagar depan dan tak berapa lama kemudian setelah pintu masuk villa dibuka ternyata....
“Wah wah wah baru main tadi pagi sekarang uda main lagi gile bener ck ck ck, napsu banget seh lohhhâ€ujar pak Tambun di depan pintu yang dibelakangnya serombongan anak buahnya yang tadi pagi memperkosaku, hatiku langsung mencelos, habislah aku, tubuhku langsung lemas tak bertenaga, Prabawa tau hal itu, ia hanya cengegesan sambil terus mengenjot diriku, “Hoi pak Tambun tunggu bentar lagi nih ya, tanggung heheheâ€ujar Prabawa.
“Ga pa pa ga papa anak buah gue juga uda pada ngocor 2 kali ama nih cewe, hehehe... pake dulu aja, hahaha kita itu cowo, kalo uda ketemu cewe mau marinir kek mau preman kek, bisa jadi berteman, apalagi kalo cewenya juga doyan di entot kaya giniâ€ujar pak Tambun, aku yang mendengar itu rsanya bergolak suhu tubuhnya, apa maksudnya sih dia ngomong gitu, itu sama sekali tidak etis dibicarakan, sambil menahan kesal di dadaku, aku kembali menggenjot Prabawa dengan bersemangat.
“Adu duh pelan pelan Vy... nyantai aja donk heheheâ€kata Prabawa yang tampaknya menahan sakit dan nikmat, diikuti tawa anak buah pak Tambun. “Gimana pak Tambun, ga susah kan ke sini, heheheâ€tanya Prambo, “oh nggak nggak yang namanya ada cewe cakep buat digarap lautan bergaram juga gua tebas sekali malamâ€uajr pak Tambun cengegesan. Aku sendiri tidak tau puisi atau sajak apaan yang dibilang pak Tambun, lautan bergaram ditebas sekali malam? Tampaknya bukan hanya aku yang kebingungan, Prambo sendiri pun mengerutkan dahinya, tapi toh dia tak mempermasalahkan ucapan temannya itu.
“AHHHHHHHHHHH....huoohhhâ€teriak Prabawa diikuti semprotannya di anusku, setelah ia menyelesaikan semprotan terakhirnya, ia menolehkan kepalanya pada pak Tambun, “udah nih...heh heh hohâ€dengus capainya dia. Pak Tambun yang mendengar Prabawa langsung menyuruh anak buahnya menarikku, ke ruang tamu yang cukup lega, “eh eh semua main di kamar gua aja dehâ€kata Idha memberi saran, “setujuhhhhhhh .......â€teriak mereka.
Tampaknya bukan hanya aku saja yang akan digarap malam ini, tampaknya Idha juga akan digumuli mereka, baguslah dalam hatiku, setidaknya ada partner, walaupun sebetulnya ga tega juga aku pada Idha yang baik terhadapku, kemudian kami beramai ramai ke kamar Idha.
“BRAKKKKK...â€pintu kamar langsung dibuka dengan tidak sabarannya mereka, mereka langsung melucuti baju mereka masing masing, “TONO, lu main ama gua deh, Udin juga ama guaâ€tawar Idha, rupanya Idha sudah sering bermain bersama mereka, “Ok deh siip bosssâ€ujar Tono, dan diikuti celingak celinguknya Udin, lalu Sur yang memang tadi pagi sudah kukenal dengan penisnya yang berair seni mendekatiku, kira kira masing masing dari kami dikerubuti 10 begundal tuna susila, Prabawa yang memegang handycam sekarang, juga Prambo memegang handycam Idha, sedangkan pak Tambun hanya duduk mengamati.
“Auuchh gila...â€teriakku saat salah satu dari mereka memeras payudaraku dengan agak keras, lalu Parno menjilati kemaluanku yang sudah basah, dan sekarang mulutku dijejali penis Brutus yang tidak memiliki lengan, dan Sukro si kaki diabetes tampaknya mengincar anusku, kakinya yang korengan dan bengkak itu digesek gesekan ke wajahku, aku jadi jijik juga, tapi aku hanya memejamkan mataku saja.
Samar samar kudengar desahan Idha yang sedang digarap habis habisan juga oleh mereka, mereka benar benar kasar dan brutal, tapi dapat kulihat mereka cukup lembut memperlakukan Idha, entah ada apa dengan Idha, mereka tampaknya tidak terlalu berani, dan agak segan terhadapnya, sehingga pelampiasan mereka menjadi terhadapku, tubuh putih mulusku diremas remas dengan tangan tangan hitam kotor mereka dengan gemas sekali, “Haahaahhaha kita pestaa... pestaaaaaâ€teriak salah seorang dari mereka, Sur memasukan penisnya ke kemaluanku dan Sukro ke anusku sementara Brutus ke mulutku, bergantian mereka memperkosaku, tidak jauh beda denganku Idha juga diperlakukan sama, digilir bergantian hanya saja jauh lebih lembut dan pengertian.
Aku kehabisan nafas, mereka ada yang tidak kuat lansung menyemprotkan spermanya ke wajahku dan wajah Idha, lalu tiba tiba Idha mendekati wajahku, ia membersihkan wajahku dari sperma dengan hisapan mulutnya, kemudian kulihat ia berkumur kumur dengan sperma tersebut, lalu tangannya menekan mulutku hingga terbuka, lalu ia membuang sperma itu beserta ludah ludahnya ke mulutku, seraya menciumku.
Beberapa dari mereka kembali menyemprotkan sperma ke arah wajahku, sehingga wajahku penuh dengan sperma, pak Tambun juga sudah tidak tahan ia memerkosa anusku, di ganti oleh Prabawa dan kemudian Prambo, lalu sperma yang meleleh dari anusku ditampung oleh mereka dan aku disuruh meminumnya. Kemudian Idha istirahat sebentar tapi tidak lama.
Ia lalu lanjut disetubuhi, sambil berkata “gitu Vy, lu harus telen semua sperma disini hahaha..ho..â€kata Idha seraya ngos ngosan. Seseorang tampaknya berejakulasi di anusnya lalu diganti seseorang lagi, dan berejakulasi juga di anusnya, lalu ia mendekatiku lagi, ia mengangkangiku, “Buka mulut lu Vyâ€katanya yang dituruti olehku, kubuka mulutku selebar lebarnya menerima sperma hangat dari lubang anusnya, serasa tak ada habis habisnya, kami bercinta sampai pagi menjelang. Sehingga tulang tulang kami terasa mau patah, sperma sperma ditubuhku kembali dibersihkan dengan mulutnya dan kali ini kemaluanku dibuka lebar, ia meludahkan sperma yang banyak itu ke lubang vaginaku.
“Haha tenang aja Vy, kalo gua prinsipnya ga mau V gue dimasukin sperma, tapi punya lo harus hehehe, tenang aja kalo loh hamil, ntar lu tanggung pake duit bokap lo, dan enaknya lo ga bakalan tau siapa bokap nih anak, karna banyak banget sperma yang dimakan ama vagina lo ini hahaha...â€kata Idha yang membuatku seperti tersetrum listrik, aku malah terangsang pada kata katanya itu, dan aku yang takut hamil dengan setiap kali minum pil anti hamil menjadi enggan untuk minum pil tersebut, aku jadi ingin dihamili oleh manusia manusia tuna susila ini.
Lalu setiap mereka selesai bersetubuh dengan Idha mereka menyemprotkan maninya ke wajahku sampai penuh sekali, “Vy... ayo ngomong terima ka...sih ke mereka, seti..ap.. me..reka se...lesai sem...pro..tiin wajah... luhh..â€kata Idha, “terima kasih..â€kataku setelah mereka selesai menyemprotkan maninya ke mulutku dan ke wajahku, beberapa mengalir masuk ke dalam hidungku, aku aku hanya mampu megap megap, dan selama mereka menyetubuhiku, sambil menunggu sperma yang jatuh ke wajahku aku harus mengucapkan “simbiosis mutualisme...simbiosis mutualisme...simbiosis mutualisme†yang artinya hubungan saling menguntungkan lalu saat penis orang yang bersenggama dengan Idha mengeluarkan di mulutku, “terima kasih...â€kataku lagi dan itu terus berulang ulang sampai selesai.
Setelah selesai Idha menyuruh Sukro melap sperma di wajahku dengan kakinya dan aku harus membersihkan kakinya dari sperma dengan mulutku sampai bersih, seraya mengucapkan “maaf merepotkan, terima kasih ya...â€kataku.
Lalu Idha juga menyuruhku memberikan cek kepada mereka sekali lagi sebesar 25 juta lagi, jadi total pengeluaranku 50 juta untuk para begundal itu, tapi untuk cek kedua ini aku sangat rela memberikannya karena dituntun oleh Idha.
Kami lalu tidur sampai siang, dan pada siang harinya saat aku bangun tampaknya para begundal itu sudah pulang, kulihat hanya ada Idha dan Prambo serta Prabawa, “Pagi Vy, makan indomie yukâ€tawar Idha. Aku menganggukan kepala dengan agak lelah, lalu aku cuci muka membersihkan diri, mandi, dan berias menggunakan alat rias Idha, lalu turun kebawah, kulihat Idha baru saja memasak indomie untukku.
“Abis makan indomie ini kita shoping yang banyakkkk.... dan Vy yang bayarinnn aku... oke?â€kata Idha,dan aku hanya menganggukan kepala, karena kemarin ia benar benar telah membantuku mencapai tidak kurang dari 10 kali orgasme, ia begitu liar nakal dan dirty sekali permainannya.
Lalu pada saat aku ingin memakan indomie ini, ia mengangkang pada indomieku, sambil tersenyum “Indomienya belum pake kuahkan? Ini ada air panas alami†seraya berkata begitu ia mengencingi indomieku, sehingga sekarang makananku adalah indomie air seni Idha. Tapi aku tidak merasa jijik sekalipun, aku merasa sangat terangsang dikerjai bidadari ini. Walaupun aku bukan seorang lesbian, aku benar benar menikmati perlakuannya padaku. Maka aku hanya tersenyum sambil melanjutkan makan indomie pemberiannya.
Dan setelah selesai makan, Prambo dan Prabawa pulang, lalu Idha yang mengantarku turun ke kota, sesampainya di kota, kami belanja habis habisan, ia sangat borosss sekali, ia benar benar seperti mau menguras hartaku saja. Lalu ia juga meminta nomor telepone ayahku dan kekasihku, aku tidak tahu apa rencana selanjutnya.
The end of pasar malam, and the new begining of slave...
Waktupun bergulir, setelah pergumulanku yang mempermalukan dan merendahkanku beberapa saat yang lalu, membuat para anak anak berandalan itu semakin ketagihan melakukan eksperimen – eksperimen yang aneh kepadaku, tentu saja setelah mereka minta persetujuan dari si Prambo untuk “meminjam akuâ€, aku disuruh oleh mereka untuk membawa sebuah tas yang berisi air seni mereka yang masing – masing di bungkus plastik, totalnya ada lebih dari 20 bungkus plastik bening, karena ada yang membawa 2 bungkus air seninya, air seni dalam plastik tersebut dibungkus agak gembung, dan dimasukan semua ke dalam sebuah tas, dan aku harus selalu memapahnya, tas ini menyerupai ransel, tetapi terbuat hanya dari kain yang memiliki tali pada kedua sisinya yang berguna untuk menutup tas dan di papah, yang biasa sering digunakan anak SMU untuk mengisi tas pelajaran mereka.
Bahkan pada saat aku tidurpun mereka menyuruhku tetap memapah tas ransel tersebut, sehingga beberapa bungkus sempat bocor dan membasahi ranjang tidur dan tubuhku, aku menjadi terjaga setiap malam, sempat aku berpikir untuk tidak memapah tas ransel tersebut, tetapi kamera di kamar tidurku membuatku menjadi terintimidasi setiap harinya selama 24 jam non stop. Semua akses ke arah dimana aku melakukan aktivitas terdapat kamera, seperti kamar mandi, kamar fitness, kolam renang dan mobilku, layaknya reality show, hanya saja ini mengumbar privasiku sekali.
Kemudian pada saat aku sedang menstruasi, aku diharuskan menemui Prambo untuk memohon pembalut, tetapi apa yang ia berikan jauh dari dugaanku, ia memberikanku sebuah roti, yah roti makanan, roti yang berbentuk lonjong seperti hotdog yang kemudian dimasukan ke dalam vaginaku, untuk menahan laju darah yang keluar, jadi aku harus berusaha menahan agar vaginaku tak terlalu mengeluarkan darah yang banyak, tapi tentu saja hal itu tidak mungkin dilakukan, aku hanya dapat berdoa berharap darah mensku tak terlalu banyak.
Dan hari ini, Prambo akan mengajakku ke suatu tempat yang belum kuketahui, aku hanya diberitahu agar aku bersiap siap pukul 8 pagi, ia akan menjemputku. Ia juga menyuruhku memakai baju yang dibelikan olehnya, baju tersebut berupa gaun terusan yang backless (punggung terbuka), dengan potongan bawahan yang cukup rendah dan bila aku membungkuk sedikit saja pasti akan terlihat kemaluanku karena aku tidak diperkenankan memakai pakaian dalam, atasannya hanya berupa helaian kain yang menutupi kedua dadaku yang diikatkan pada leher belakangku. Baju halter backless berwarna perak seperti yang dipakai oleh artis artis Hollywood sewaktu ke ajang pemilihan Oscar.
Setelah aku bersiap siap, maka tepat pukul 8 mobil sudah sampai di depan rumahku, aku membukakan pintu untuknya, “pagi Vy, gimana, udah makan blum?â€sapanya ramah, “hm udah kokâ€jawabku singkat, “oh kalo gitu uda siap donk? Nih makan dulu pil ini, biar ga mabok di jalanâ€ia memberikan sebuah pil berwarna pink, mungkin antimo atau sejenisnya. “Aku ga mabok mobil kok, simpen aja buat entar†aku memang tidak mabok mobil. “Perjalanan kita jauh, gua ga mau liat lu muntah pake baju bagus gini, apalagi lu keliatan cakep banget, cocok banget kan baju yang gua beliin?â€sambil memuji ia kembali menyodorkan pil itu, akhirnya dengan terpaksa aku minum juga, aku pikir tidak ada salahnya aku meminumnya sekedar untuk berjaga – jaga.
Akhirnya setelah berbasa basi kami keluar menuju mobil, alangkah terkejutnya aku ternyata yang ia kendarai bukan mobil mewah, dan itu cukup membuatku keheranan, karena sangat kontras sekali dengan baju yang diberikan untukku, mobilnya berupa mobil van keluarga tak berhidung, mungkin merk zebra kali ya, bila tidak salah. Berwarna merah dan pada bagian bawah mobil sudah karatan dan bolong bolong, yang paling parah adalah mobil tersebut tidak ber-AC, di Jakarta yang sumpek gerah dan panas terik bila tidak ber-AC rasanya umurpun bisa berkurang, mobil ini seperti mobil angkot saja. “Wuihhh Pram, kok ga ada AC sih? Panassss banget nihâ€Kataku yang mulai ga tahan dengan situsi yang sangat panas ini, apalagi bajuku terbuat dari bahan yang menambah panas. “Mau dingin? Buka baju luh aja!!!â€kata Prambo dengan santainya, aku kemudian diam seribu bahasa.
Keringat membasahi tubuhku, aku benar – benar merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini, aku tidak lagi berkonsentrasi pada jalan yang kutempuh, sedangkan Prambo yang juga kepanasan menyetir sambil menyengir kepadaku, aku langsung membuang mukaku, mengacuhkannya. Walaupun kaca jendela dibuka tetap saja terasa panas, apalagi bila di pemberhentian lampu merah, banyak sekali pedangan asongan yang menawarkan permen, rokok dan lain sebagainya sambil menatapku lama lama, aku merasa sangat risih sekali dengan keadaan tersebut, “non, mau beli koran ga? Ada Nova, Cek dan ricek, ama asian plus nih yang baruâ€tawar pedangang asongan tersebut. “Hm nggak, makasih yaâ€tolakku dengan senyum yang dibuat buat, kepalaku terasa sakit, aku merasa sedikit ngantuk.
“Oi Mas!!! Nih cewe mah doyannya ditidurin!!! Ama yang gituan mah ga napsu hahahaâ€teriak Prambo tiba – tiba yang membuatku terkejut sekaligus ingin menampar mukanya. “Oh gitu toh, kalo di pegang gini mau ga?†sambil berkata seperti itu sang pedagang asongan langsung menyelipkan tangannya ke balik gaunku melalui belahan dadaku (baju halter backless ini bagian belahan dada sampai pusar (bagian tengahnya) tidak tertutup kain, jadi bagian tertutup adalah dari belakang leher turun melalui kedua payudaraku kemudian bersambung ke pinggangku membentuk rok mini) dan di sisihkan bajuku yang menutupi dada kananku ke samping kanan, sehingga buah dadaku menyembul keluar sambil diremas olehnya. “Bangsat, kurang ajar!!!!†teriakku aku sangat marah sambil kutepis tangannya, kudorong keluar jendela.
Pertengkaranku dengan pedangan asongan itu menjadi tontonan orang sekitar, tapi setelah kuperhatikan tidak ada mobil lain di daerah perkampungan tersebut, walaupun ada lampu merah, aku jadi bingung entah berada dimana aku saat ini, aku terbengong melihat sekumpulan pengemis, mereka terkekeh kekeh melihatku, (badanku saat ini sudah sebagian keluar dari jendela). “Non teteknya bagus, putih banget, cakep kaya orangnya.†kata salah satu pedagang koran lainnya, aku tersadar rupanya aku belum membetulkan letak bajuku dengan benar, sehingga payudara kananku terlihat oleh mereka semua. Langsung saja aku buru buru membetulkan letak bajuku sambil masuk lagi kedalam mobil. “Ayo cepetan jalan deh, ga mau lama lama di... eh...†ajakku ke Prambo tapi ternyata Prambo yang harusnya menyetir di sampingku tidak ada batang hidungnya.
Tiba – tiba ia meraih tanganku dari belakang diangkat keatas kepalaku dan diikat erat, “Pram ... apa – apaan ini? Pram ...†kemudian tali tersebut disambung ke pengangan pintu paling belakang, badanku diikat oleh seseorang lagi sehingga menempel pada kursi mobil, sehingga aku tidak sempat memberontak, kemudian kedua kakiku di lipat keatas, diikat dan disambung pada pegangan pintu tengah untuk bagian kiri, sedang bagian kanan disambung pada pegangan stir mobil.
“Nah saudara saudara aku mau makan dulu, nih cewe biar jadi hak kalian itung itung kompensasi BBM lah hahahahaâ€kata Prambo yang membuka tali baju pada bagian belakang leherku sehingga penutup payudara tersebut jatuh ke arah kedua sisi kiri dan kananku, kemudian kain tersebut ditarik keatas sehingga bagian bawah yang berupa rok mini tersebut semakin tersingkap ke atas, memperlihatkan bulu - bulu kemaluanku. “Wouuuuuuu muantapppp!!!â€sorak mereka kegirangan, “Nih cewe uda ga pake beha nggak pake cangcut juga ya hahahhahaâ€kata salah seorang dari mereka yang bertubuh tambun.
“Eh non, name luh siape? Abang pimpinan disini, name abang, Poniman, temen temen gue panggil gue Ronnie, ade juge nyang suka panggil abang, Pak Tambun, nah sekarang giliran loe sebutin nama loe deh, yang lengkap yeeâ€kata pria bertubuh tambun tersebut, kuperkirakan mungkin berat tubuhnya ada 90 an kg lebih, selain perutnya yang buncit aneh, wajahnya juga seperti anjing bull dogg, kedua pipinya turun seolah olah hampir melebihi mulutnya, tubuhnya hitam kelam, tidak menggunakan baju atasan, sehingga bulu ketiaknya yang sangat panjang dan lebat, keluar dari sisi sisi lengannya yang sangat besar.
“Nama... saya vy.. Vyonne pakâ€kataku, kali ini rasa kantuk benar-benar menjalar pada tubuhku, padahal dalam keadaan begini tidak seharusnya aku mengantuk, lalu aku teringat pada pil pemberian Prambo, tampaknya pil tersebut adalah pil tidur, “Oh Fion cakep juga nama luh, hmm gini aja deh gua suruh anak anak lepasin tali lu ini, tapi tar lu puasin anak anak yah... nurut ama kita kita ya... oke?â€tawar pak Tambun, aku berpikir mungkin lebih baik memang ia melepas taliku, agar aku juga dapat beristirahat, aku sangat lelah sekali, tubuhku terasa lemas sekali, mataku terasa berkunang kunang, maka kusetujui saja permintaannya tersebut.
Aku berusaha membelalakan mataku, tapi sangat sulit sekali, untunglah tanganku sudah tidak terikat pada tali tersebut, mereka menyeretku pada sebuah rumah kayu yang bobrok, tampaknya toilet dan segala macam ruangan menyatu disana, karena kulihat seseorang dari mereka sedang buang air kecil di salah satu lubang pembuangan air, mereka menancapkan sebuah pipa pada lubang kayu tersebut, kemudian mereka menempelkan suatu tadah di atasnya agar air seninya tidak berantakan ke sisi sisi lantai, tadah tersebut berbentuk sebuah corong besar, sebesar mangkuk soup yang besar, terbuat dari plastik bening transparan seperti botol air mineral.
Kemudian orang yang sehabis buang air kecil tersebut mendekatiku, ia mendekatkan penis tersebut ke wajahku. “Isep bersihin kulit kulit kepalanya†perintah dia lagi, aku sangat jijik sekali melihat penisnya tersebut, apalagi di ujung penisnya itu ada tetesan tetesan air seni yang belum dibersihkan, “AYOHHH CEPETANNN!!! Ntar Asinnya udah ilang!!!!†bentak dia yang membuat jantungku terasa akan copot, apalagi dengan keadaan ngantuk seperti ini.
Aku memajukan wajahku mendekati penisnya yang agak bau itu, kuperhatikan terdapat guratan guratan otot yang jelas sekali, penisnya hitam kelam sama seperti orangnya, aku menyentuh bagian pahanya, kokoh sekali, mungkin orang ini adalah seorang kuli bangunan. Perbedaan warna kulit yang sangat kontras sekali, antara hitam kelam dengan putih mulus tak ada cacat sangat terlihat jelas.
Aku mulai mengulum penisnya tersebut, terasa sekali air seni yang masih menempel pada ujung kulit penisnya tersebut, aku merasakan lidahku sedikit panas dan rasa sepat asin merambat pada syaraf syaraf lidahku, aku merasa aku akan muntah pada saat itu juga, perasaan yang kurang menyenangkan ini tampaknya dirasakan sang pemilik penis, ia melihat ke arahku tersenyum lebar “Gimana non? Gimana rasa kencing gue? Enak ga?†ejeknya dengan penuh suka cita. Aku hanya bisa memaksakan senyumku yang dibuat-buat.
Aku kembali melakukan aktifitasku, mengulum dengan membayangkan sesuatu yang nikmat bergairah, aku lancarkan beberapa gayaku, seperti memutar mutar penisnya dalam mulutku, memainkan liurku pada penisnya, dan memaju-mundurkan kepalaku hingga penis tersebut seluruhnya masuk ke dalam mulutku, dimana aku sangat kesulitan bernafas, tapi entah mengapa aku selalu menyukai sensasi tersebut.
“Ah, yak hebat banget non, wuohhh woh enak banget!!!†teriak orang tersebut.
“Sur, udahan belon? Gua jadi terangsang banget nih†kata temannya, yang bengong melihat adegan ini.
Dan tak berapa lama kemudian, keluarlah sperma orang yang dipanggil Sur tersebut – mungkin namanya Surya, Surto atau apalah aku tidak begitu menghiraukannya – sambil perlahan mengeluarkan penisnya dari mulutku. “Jangan telan dulu non, tunjukin ke orang – orang disini sperma yang ada dimulut kamu, ke kamera jugaâ€perintah si Sur ini.
Maka akupun menunjukan dengan membuka mulutku kearah teman-temannya. “Hmmm hehehe, doyan peju yah luh?†kata salah seorang dari mereka yang memiliki kulit paling hitam dengan wajah yang jauh dari tampan dan berperut besar wlaupun dia tidak gemuk, hanya berperut buncit. “Ayoh, non sekarang mainin peju itu, dikenyam kenyam dengan gigi kamu.†timpal salah satunya lagi yang kelihatannya sudah berumur dan memakai kacamata tebal seperti orang tak waras, dan akupun memainkan sperma tersebut, dengan mengigit gigit seolah berusaha mengunyah sperma tersebut dan merapatkan gigiku kemudian mendorong sperma tersebut dari dalam mulutku ke arah keluar walau tidak sampai menetes pada bibirku, kemudian dihisap masuk lagi dan mengulanginya lagi seolah aku ingin memuaskan mata mereka melihatku memainkan sperma di mulutku ini.
“Oke, sekarang peju itu udah bole non telen, tapi ingat itu ga gratis, non harus bayar, soalnya peju gua asli mantap, dan gurih, jadi nanti bonnya bayar belakangan, sekarang non cicipin peju mereka satu persatu, nanti tinggal hitungan satu orang 500ribu. Tenang ini uda termasuk bonus masukin kontol kontol kita ke memek ama lobang pantat non kok hehehe ga terlalu mahal kan? Lagian non bisa puas deh,â€kata Sur yang langsung membuatku bergidik mendengarnya, tapi toh kutelan juga spermanya, dan ini membuatku sadar ternyata Prambo sudah menaruh cek giroku pada tas pestaku, untuk alasan ini, walau dalam hatiku membatin, “haruskah aku membayar mereka untuk kepuasan yang diperoleh mereka? Haruskah aku membayar mereka untuk mengerjai aku? Haruskah aku membayar mereka agar aku dijadikan budak seks mereka? Haruskah aku membayar mereka dengan menelan sperma mereka? 500ribu setiap orang? Dan kuperkirakan ada sekitar 20 an orang dan itu berarti 10 juta?â€.
“Hehe ayoh ayoh jangan malu malu non†kata pak Tambun. “Nih pake ini di leher non, biar ga rugiâ€ia menambahkan sambil mengalungkan aku sebuah tempat tadah yang berasal dari tempat dimana aku melihat mereka gunakan untuk menampung air seni agar tidak berceceran dilantai dan agar pas masuk ke dalam lubang pembuangan air. Rupanya tadah tersebut dapat dibuka sehingga kepalaku dapat masuk kedalam, dan kelihatannya memang sebenarnya di desain sebagai salah satu mainan seks.
Jadi sekarang kepalaku seolah masuk kedalam sebuah mangkok besar dari bawah, sehingga bila diperhatikan dari atas, kepalaku seolah berada dalam mangkuk tersebut dan badanku berada dibawahnya, rambutku juga ikut masuk ke dalam mangkok tersebut, mangkok yang sangat besar, transparan dan berbau pesing, dan sekarang dengan kepalaku berada didalamnya dan leherku begitu pas dengan lubang yang ada pada dasar mangkok serta salah satu sisi mangkok yang berada dibelakang kepalaku sekarang dan tadinya dibuka untuk memasukan kepalaku sekarang sudah ditutup kembali. Jadilah aku seperti seorang astronot dengan helmnya yang bedanya bila seorang astronot helmnya bulat menutupi wajahnya, sedangkan aku hanya setengah lingkaran seperti mangkok dan tentu saja tidak tertutup.
Sekarang setelah perlengkapan di kepalaku selesai, maka pak Tambun selaku pimpinan mereka merebahkan dirinya pada kasur yang kelihatannya sudah berumur karena terdapat beberapa kerusakan di sana sini. Dan tentu saja itu bukan kasur yang ada kayunya hanya kasur yang ditergeletakan di lantai. Dan setelah aku sadar ternyata efek obat tidur yang diberikan Prambo sudah tidak berfungsi lagi, aku merasa sudah agak sadar, dan juga baru sadar ternyata yang merekam adalah Prambo.
Aku sendiri sekarang ini merasa lebih nyaman bila pakaianku dibuka semua, karena sudah tanggung bagian dada sudah terbuka dan terusannya ke bawah juga sudah tersingkap ke atas dan menggantung di pinggangku. Maka aku memberanikan diri berbicara “Pram, buka aja deh bajunya biar ga kotorâ€. “Hahahaha, ga papa, tapi kalo bisa jangan kotor, pake aja, awas kalo kotor. Gua ga mau tanggung pas ntar ke tempat yang lain baju luh udah banyak pejunya heheheâ€kata Prambo dengan pandangan mengejek dan merendahkan.
“Uda pake aja non, yuk kesini, ke atasnya papa Tambun sini, papa Tambun mau jilatin dulu biar enakâ€kata pak Tambun sok bijaksana sambil menunjuk vaginaku. Kemudian akupun berjalan kearahnya mengangkangi wajahnya dan menempelkan kemaluanku sendiri ke mulutnya sambil direkam oleh Prambo. Lidahnya menyapu bibir vaginaku, yang kemudian menyeruak masuk membuatku kegelian “Mmmpphhh... hmph...â€desahku tak tertahankan, aku memang sudah ingin mengeluarkan sejak mengoral Sur dan memainkan spermanya di mulutku ini. Tiba-tiba pak Tambun menghentikan aktifitasnya, dan aku yang sudah tanggung terus menggesekan vaginaku di wajahnya. “Kenapa non? Enak? Kalo enak bilang donk, jerit aja, biar semua disini juga suka,†kata pak Tambun, “dan kalo mau lanjut ayoh ngomong donk, gimana ngomongnya sama papa Tambun?â€
“Papa Tambun.... Vy mau dijilatin, please....†kataku yang sudah kepalang tanggung sudah sejauh ini menjadi budak mereka, jadi tanggung saja terbuka sekalian. “Kurang... kurang, harus lebih memelas lagi Vy, dan coba kasi imbalan dana donk,†kata Prambo menimpali. Aku melirik ke arah Prambo yang masi terus merekam sembari tangannya mengisyaratkan “uang†kepadaku.
Aku mengerti apa maunya, maka aku mencoba sekali lagi “Papa Tambun .... vy mau dijilatin vaginanya pleaseeee vy tambahin 100rb per orang deh...â€kataku memelas, ia tidak bergeming, hanya menatapku sambil tersenyum, seyuman yang mengisyaratkan kira-kira “masa Cuma segitu penambahannyaâ€, “200ribu pak Tambun please....â€kataku memelas. Ia kembali tersenyum, senyum yang kali ini cukup menjijikan dan diikuti tawa dari para anak buahnya, yang terdiri dari para pengemis jalanan yang suka membawa kain lap ato bulu pembersih mobil (kemocheng), pengamen, dan pengemis yang kekurangan salah satu anggota tubuhnya. “350 ribu tidak kurang dari itu, oke? Dan tentu saja nanti akan banyak bonus untuk kamu hehehe...â€katanya yang kemudian langsung menjilati vaginaku setelah melihatku menganggukan kepala, pasrah.
“AAhh.... MMppphhhâ€erangku penuh nikmat, bukan pertama kalinya tentu saja aku dijadikan tontonan orang banyak, dan selalu aku diam diam menikmati perlakuan ini. Dan tidak berapa lama kemudian aku merasakan sensasi yang begitu kuat sekali terdorong dari dalam organ organ tubuhku, tulang tulangku terasa sangat lemas, rasanya seluruh organ dalam tubuhku ingin ikut keluar bersama cairan kewanitaanku.â€AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH.......... ...â€teriakku, diikuti tubuhku yang terlonjak seperti kejang kejang, menandakan orgasmeku yang pertama.
Rasanya aku tidak ingin berpindah posisi lagi, aku sangat lemas, tapi tentu saja itu tidak mungkin, “hm Vy, sekarang Vy masukin pelan pelan burung bapak ke sarang yang banyak bulu itu yaâ€katanya.
“I...iya p-pakâ€
“Yak bagus bagus, ah enak banget bener disituâ€
“Oh....hmm...mmmppphhâ€
Aku mulai mengoyangkan tubuhku naik turun, perlahan kulihat samping sampingku mulai mengocok barangnya masing masing tanpa berbusana, dan satu persatu mulai mendekatiku, “ah Vy tolong dikocok pake tangan kamuâ€kata pria bertubuh paling hitam dan berbuncit serta ceking itu.
“Parno, jangan serobot gitu donk!! Hehe non abang punya minta diisepin ya, name abang Sukro†katanya kepada pria bertubuh paling hitam yang ternyata bernama Parno dan kemudian kepadaku.
Aku mengikuti kemauan mereka, sambil terus mengoyangkan tubuhku di atas pak Tambun, aku merasakan aku akan orgasme sebentar lagi, tapi aku tidak merasakan pak Tambun mau orgasme.
“Ahhh pak Tambun.... ahh...†erangku dalam detik detik mencapai puncak, tiba – tiba aku mendapat semprotan sperma di wajahku milik Parno. “Wuiiihh enakkk ooohhh ...â€teriak Parno, disusul oleh Sukro di wajahku juga, dan semprotan mereka berdua saja tidak kurang dari 7 semprotan kental, mengenai hidungku, bibirku mataku dan rambutku yang jatuh di dasar mangkok.
“MMMMppphhhh OOOhhhhhh ... “ teriakku mencapai orgasme, tapi pak Tambun belum mencapai orgasme, tubuhnya mengkilap oleh keringatnya, begitu pula tubuhku, aku merasakan keringat di tubuhku menetes mengenai badan pak Tambun, sementara ia terus meremas remas kedua payudaraku.
“Uoooohhh ... “teriak salah satu pengemis sambil menyemprotkan spermanya di wajahku, disusul pengemis tak berlengan, dan kemudian pengamen. Wajahku penuh dengan sperma, aku dapat menghirup aroma sperma tersebut, sebagian banyak juga yang berceceran di mangkok, apalagi aku menggenjotkan tubuhku di atas pak Tambun seperti sedang menaiki kuda rodeo, sehingga sperma di wajahku juga jatuh di mangkok, dan memang dengan adanya mangkok ini sperma tidak berjatuhan di lantai.
Mukaku sudah mengkilap dengan sperma tersebut, mataku juga agak kesulitan melihat, aku cukup kelelahan, kali pak Tambun yang menggenjot dari bawah, serangan sperma di wajahku tidak berhenti, lalu kemudian kulihat Sur mendekatiku, ia memberikanku sebuah sedotan, “nih minum sperma yang ada di mangkok itu pake ini.â€
Aku yang sudah kepalang basah hanya menurutinya aku menempelkan bibirku pada ujung atas sedotan tersebut, sementara Sur mengarahkan ujung sedotan satunya lagi pada gumpalan sperma yang menyatu.
Aku mulai menghisap sperma tersebut, rasanya tidak dapat kugambarkan karena banyak sekali rasa, pahit asam asin dan bermacam macam rasa lainnya lagi, sementara sperma dari mereka tidak kunjung reda, ada yang tidak menyemprotkan ke wajahku, tapi langsung ke mangkok tersebut sehingga mangkok tersebut penuh dengan sperma.
“Hmmm huuooo huooo ahhhhâ€teriak pak Tambun sekarang dengan keras menhujam hujamkan penisnya ke vaginaku, dan aku yang sudah mau mencapai orgasmeku juga tidak kalah mengoyangkan tubuhku, menggesek tubuhku, mencari titik titik nikmat. “AAAAHHHHHh†teriakkan orgasme kami berbarengan.
Tubuhku sungguh sangat lemas sekali, pak Tambun juga kelihatannya begitu, tetapi ia tidak mengeluarkan penisnya, ia istirahat disana sambil melihatku disuguhi sperma oleh anak anak buahnya, sperma sperma tersebut seakan tidak ada habisnya.
Kemudian pak Tambun mengeluarkan penisnya juga, yang sekarang digantikan oleh Prambo, sambil terus menerima sperma sperma, aku melayani Prambo, “Vy hebat banget luh, asli, ini yang gua damba dambakan!!â€kata Prambo.
Prambo masih terus menggenjot tubuhku sementara kamera berpindah ke tangan Sur, tampaknya sperma anak buah pak Tambun sudah habis, dan Prambo yang mungkin sudah tegang daritadi tidak lama menggenjot tubuhku, ia tidak seperti biasanya langsung mencabut penisnya, ke arah wajahku, “buka mulutnya yang lebar Vy†perintahnya.
Akupun menbuka mulutku selebar mungkin, sehingga sedotanku jatuh dari mulutku, aku keluarkan lidahku, sementara Prambo mengocok penisnya sendiri, sampai akhirnya spermanya muncrat memenuhi mulutku, banyak sekali, tapi tidak ada yang tumpah, aku membentuk lidahku menyerupai sendok, sehingga sperma tersebut tertampung semua di lidahku. “ohhh oohh “eranngnya sangat puas sambil terus mengurut sampai sperma sperma terakhir.
Kamera disyut mendekati mulutku, memperlihatkan sperma Prambo, lalu kemudian aku menelannya, “ok ok sekarang ayo abisin sperma yang di mangkok pake sedotan.â€perintah Prambo. Agak geli dan mulas juga perutku menelan segumpalan sperma sperma dari kumpulan para pengemis ini. Banyak sekali sperma yang tersisa pada mangkok toilet ini, aku menghisapnya dengan sedotan dan rasanya tidak pernah habis.
“Bagus... bagus... teruss iya hmmm gitu ..... eh non jangan langsung ditelen kali ini kumpulin dulu tuh peju di mulut loe ampe gue bilang stop yeeâ€kata Sukro yang baru kuperhatikan ternyata kakinya terdapat semacam benjolan hitam keputihan bengkak yang terdapat pada mata kakinya, mungkin penyakit diabetes, langsung saja hatiku mecelos, ternyata sperma yang kuminum ini salah satunya adalah hasil produksinya, sperma orang yang punya penyakit diabetes.
Tapi apa dayaku, aku mengikuti kemauan orang ini, kukumpulkan sperma yang kuhisap dengan sedotan pada mangkok toilet yang bertenger di sekeliling kepalaku ini, aku bagaikan orang yang memakai kerah baju yang sangat besar, dan kerah tersebut adalah sebuah mangkok yang mengelilingi kepalaku dan aku dengan sedotan di mulut menghisap sperma dari mangkok ini.
“Teruss teruss terusss....â€sorak mereka berbarengan, “ayo kamu bisa!!!!†teriak salah seorang dari mereka, yang tidak kuperhatikan siapa itu.
“MMMpppphhhhhâ€erangku tak tertahankan, menampung sperma yang ada dimulutku, sehingga mulutku sudah gembung di kedua pipi ini, kurasakan lendir lendir lengket memenuhi rongga mulutku, rasanya berbusa busa, aku hanya bisa memejamkan mataku, berusaha untuk tidak terlalu memikirkan rasanya dan berharap mereka belang stop.
“STOOPPPPâ€akhirnya kudengar kata itu dari mulut salah seorang dari mereka yang kuduga mungkin adalah Sukro, so kaki diabetes tapi aku tak peduli siapapun itu. “Coba perlihatkan ke kamera Vyâ€perintah Prambo lagi.
Kubuka mulutku, saking penuhnya sperma itu tumpah di sela sela mulutku, cukup banyak, jatuh pada mangkok yang dipasangkan di kepalaku ini, “hehehe, kebanyakan ya Vy? Sekarang kumur kumur, kunyah kunyah, kocok kocok dengan lidah kamuâ€kata Prambo, kuikuti kemauan anehnya itu, dengan kumur kumur kunyah kunyah dan memutar mutar sperma itu dengan lidahku seperti orang sedang mengocok telur untuk didadar.
Aku sendiri bingung kenapa aku bisa menuruti segala perintah mereka, mungkin aku sudah mulai terbiasa dengan permainan prambo sehingga sekarang aku sepenuhnya percaya kepadanya, menjadi budak seksnya, mungkin juga memang aku nya sendiri yang menjadi gila akan permainan mereka.
“Yak uda bole telennn Vy... jangan keterusan loe, emang enak minum ama mainin sperma, tapi kita masi punya banyak permainan, toh lu uda bayar kita kita kan..?â€Kata pak Tambun, “nah sekarang lu minum deh tuh semua sperma yang ada di mangkok, Sur lepasin tuh mangkok, jadi dia bisa minum langsung dari mangkok itu!â€.
Sur yang mendapat perintah dari pak Tambun langsung melepaskan mangkok jamban ini dari leherku, kemudian menyerahkannya padaku, “nih, minum ampe bersih, eh ... tunggu dulu, coba lu endus pelan pelan terusss baru endus yang dalam aroma sperma itu, baru setelah itu kamu minumâ€perintah si Sur.
“Hhhhh....mmpp....hhh...mmmpphhâ€suara nafas hidungku menghirup aroma sperma yang pada awalnya ada rasa busuk. asam. dan menggelikan itu, tapi kemudian aku mulai terbiasa oleh aromanya, dan aroma ini membuatku sangat terangsang. Aku meminum sperma itu dari mangkok jamban seperti sedang minum sop dari mangkok besar.
“Sekarang coba bikin balon dari sperma sperma kita, heheheâ€kata Parno, si hitam ceking buncit. Dengan mengatupkan kedua bibir dan membuka perlahan sehingga sperma tersebut menempel pada kedua bibirku dan kemudian perlahan meniupnya seperti orang main ludah, tapi sperma ternyata dapat membuat gelembung di bibir yang agak besar, kemudian baru sperma tersebut kutelan kembali.
Ternyata perlakuan mereka terhadapku, membuat sebagian dari mereka bangkit lagi gairahnya sehingga aku kembali digarap habis habisan, kali ini mereka tidak hanya mengocok penis mereka tapi benar benar bersetubuh denganku, aku ditarik oleh Sur, yang mengarahkan penisnya pada anusku, “ahhh jangan ...aku dah ga kuatt, tolong.... pleaseeeeâ€ibaku, “ga ada cerita lu ga kuat, emang gue pikirin lu kuat apa nggak, yang penting kita kuat apa nggak, tuh yang lain aja banyak juga yang ga kuat, nih kita yang kuat malah ga lu hargai, bangsat lu orang kaya, mau bikin mubajir ya duit luh!!!â€bentak Sur.
“Habislah akuâ€batinku meronta, aku diperkosa habis habisan, anusku, vaginaku rasanya bengkak bengkak dikerjai mereka, temasuk pak Tambun, Sur, Parno dan 5 orang lainnya yang tidak kuketahui namanya.
Kemudian setelah mereka menyemprotkan spermanya di vagina dan anusku, aku ditarik oleh pak Tambun, “adu duh sakit.... mau diapaiin lagi pakk?â€aku rasanya ingin menangis, menahan perih di vaginaku, dan tanganku yang ditarik ke arah halaman belakang tempat tinggal mereka.
Di halaman belakang itu bajuku dilucuti semua, kemudian mereka mengarahkan penisnya ke arah wajahku semua, dan... “Seerrrrr.....†mereka mengencingi diriku, “Auuucccppp ammpppmmphjj uunnn pakkk....blehhhh h,,,,mmmmmmâ€kataku sepatah patah karena air seni tersebut masuk kemulutku.
Mereka melakukan 3 per 3 orang, bergantian, lalu Prambo menanyaiku di sela sela mereka mengencingiku, “kamu suka Vy? Ini kan yang lu impi impikan dari dulu? JAWABBBBBâ€teriak Prambo, “a...aku... hmm...â€aku tidak dapat meneruskan kata kataku, karena aku tidak pernah ingin dikencingi, tapi bila aku jawab tidak, pasti akan ada hukuman lain menantiku, maka “ii...iya...huffffblepppâ€kataku.
Sebagian air seni mereka melewati kerongkonganku, rasanya sepat, asin dan sangat tidak enak, dan sekarang sperma di wajahku sedikit demi sedikit terkikis oleh air seni, walaupun tidak bersih sepenuhnya, sekarang ini malah wajahku jadi belepotan oleh air seni dan sperma dicampur jadi satu.
Akhirnya prosesi pengencingan diriku selesai setelah semua orang mendapat bagian, “oh iya lupa disini ga ada kamar mandi buat bersihiin badan loe nih, terpaksa lu musti melanjutkan perjalanan lu kaya gitu aja heheheâ€kata Sur. “Hah? Ga ada wc? Jadi... gimana?â€aku mulai kebingungan dan sedikit dongkol [ada perbuatan mereka ini.
“Ya uda tenang aja, sekarang lu tulis cek buat mereka deh, sebagai permohonan maaf mereka, mereka ntar nyusul kita ke puncakâ€kata Prambo, langsung kusadari rupanya ini daerah menuju puncak.
Setelah kutulis cek untuk mereka Rp 25 jt, dan mereka kegirangan, aku pun kembali mengenakan bajuku dengan wajah penuh bau pesing dan sperma, dan menuju mobil butut Prambo dan melanjutkan perjalanan.
Selama perjalan ini aku diam saja, tidak banyak bicara, aku merasa sangat terhina, tidak terasa aku meneteskan air mata, aku merasa sangat sangat kotor sekali, dan apalagi seharusnya masa suburku belum lewat, aku juga takut hamil, dan aku tidak tahu apalagi kejutan yang menunggu ku dipenantian terakhir, dengan selembar lagi cek kosong.
Sampailah aku pada sebuah gerbang villa yang besar, villa yang cukup mewah, dengan ukiran ukiran yang bagus dan tertata rapi, seorang satpam membukakan pintu, satpam bertubuh besar yang rasanya kukenal, tapi karena hari sudah malam tidak terlalu jelas, lalu aku menyadari bahwa dia adalah Prabawa, rupanya ia disini, ia cengegesan melihatku, aku acuhkan dia dengan menundukan kepalaku.
Mungkin ini villa milik Prambo, tapi aku tidak yakin benar dia mau mengunakan rumahnya untuk sesuatu perbuatan yang akan membuat dia bertanggung jawab.
Mobil telah masuk garasi, pintu gerbang telah ditutup dan saat kami turun dari mobil menuju pintu masuk villa, tiba tiba “BLAKKKK†ada yang membukakan pintu dari dalam keras sekali, sampai aku terkejut, tapi yang membuatku lebih terkejut lagi yang membuka pintu adalah seorang gadis yang sangat cantik sekali, wajahnya hampir mirip dengan Agnes Monica, bedanya Agnes lebih kurus dan kurang berisi, sedangkan gadis ini terlihat begitu ceria, dengan wajah berseri dan tubuh berisi, tetapi bukan kelebihan berat badan, ideal sekali, dengan kulit putih bersih, sexy sekali dengan pakaian tank top hijau mudanya, keturunan chinese dan umur sekitar 23 sepantaran denganku dan cantik kata yang tepat melukiskan gadis ini.
“Hiii... ohh ini Vy ini ya?â€sapanya, “eh... i iyaâ€jawabku kebingungan karena masih melamun melihat sosok gadis, karena sudah sekian lama aku tidak melihat sesuatu yang indah, selalu yang buruk, kasar, dan tidak sopan. Sekilas aku sempat berpikir lesbiankah aku? Tapi tentu saja aku bukan tipe seperti itu, aku hanya mengagumi wajah dan postur tubuhnya saja yang ideal, kuperkirakan 167 cm dan mungkin berat 52 kg, dengan wajah didandani soft sekali. Mungkin ukuran branya 34c lebih besar dari aku.
“Hmm kenalin nih, nama gue Idhaâ€katanya sambil memberikan tangan, aku yang merasa diriku kotor agak risih juga, tapi aku mengulurkan juga tanganku “Vyonne, panggil Vy ajaâ€kataku sambil senyum. “Jee gue ga disambuttt nih???? Mentang mentang nih cewe gue bawa buat dana lu, dia doank yang disambut!!!â€kata Prambo cengegesan dan dibalas pelototan tajam Idha kepadanya, dalam hatiku bertanya “Mungkin ga sih yang dibilang Prambo barusan? Apa gua ga salah denger? Cewe sebaik ini? Kalaupun dia minta sih tetep akan kukasih, mengingat daripada harus kasi uang ke para begundal begundal bajingan tadiâ€
“Ayo silakan masuk, hm... oh ya Vy, mau mandi dulu? Abis kayaknya kamu kecapean banget ya? Abis ngapaiiinn sihhh...?â€ajaknya seraya diakhiri kata kata manja, “oh ya makasih banget, iya pengenn mandi banget nih, tadi abis ... hmm...abis... kepanasan dd..di mobilâ€kataku untuk menghilangkan kesan telah bergumul dengan 20an pria tuna susila.
“Oh abis kepanasan di mobil butut itu? Iya nih sih Pram kok bawanya mobil butut gitu sih? Pantesan dia kepanasan, rese juga lu Pram...â€
“Eh tuh mobil ada sejarahnya, semua orang pengen punya mobil kaya gitu kali, jangan ngeremehin donk!â€potong Prambo.
“Hehe, sejarah nyulik gadis gadis? Eh ya tapi Vy, kalo lu cuma keringetan di mobil kok lu bau pesing ya? N rada bau sperma juga ya? Emang keringet lu baunya gini ya?â€katanya entah memang sudah tau keadaanku atau belum, aku hanya bisa tersenyum kecil menjawabnya, “ya uda mandi dulu gih sono... tuh kamar mandi gue ada di lantai 2 yang bagian kiri sonoanâ€. “Thanks...â€kataku tanpa mau berlama lama dengan keadaanku yang sudah kotor ini.
Maka akupun pergi ke kamar mandi yang ditunjukannya, cukup besar juga kamar mandinya, kurang lebih hampir sama dengan yang dirumahku, kulihat ada handuk bekas pakainya, maka setelah aku berendam membersihkan tubuhku dari kotoran kotoran yang menempel pada badanku, kugunakan handuk tersebut untuk mengeringkan tubuhku, handuknya masih benar benar basah, mungkin ia habis mandi, dan harum.
Setelah selesai mandi aku kembali ke bawah, ternyata ia sudah menyiapkan kopi susu hangat dan nasi goreng, aku sangat merasa dihargai, aku serasa kembali ke rumahku, ia melihatku lalu “Oh hi Vy, uda siap mandinya? Yuk makan dulu nih, gua yang masak nih, cobain deh†aku melihat Prambo dan Prabawa juga berada di meja yang sama sedang mencicipi makanannya, maka aku pun turun kebawah “Wah... makasih bangett ya, hmmm wangiii bangett... makasih ya.. laper bangett nihhâ€kataku tanpa basa basi lagi.
“Hehe non Vy uda lame kite ga ketemu ya... makin montok aja tuh badan... nih lu musti banyak belajar ama Idha biar umurnya Cuma 20, tapi dia lebih berpengalamen dibanding loeâ€kata Prabawa yang sedari tadi diam saja, tapi yang membuatku terkejut adalah ternyata Idha baru berumur 20 tahun dan dia sudah sedewasa ini. “Hehe kaget ya? Gua baru umur 20? Umur mah ga masalah yang penting pengalaman Vy, ntar deh gua ajarin banyak, tapi lu musti nurut ama gua oke?†sambung Idha.
Aku yang sudah diperlakukan baik sejauh ini oleh Idha yang ternyata umur nya dibawahku hanya dapat mengangguk saja sambil melanjutkan makan, setelah selesai makan malam, Prabawa mendekatiku, dengan mulutnya yang masih berminyak, ia menciumku yang juga belum sempat cuci mulut, “Mmmpphhh....hmmm....â€nafasku tertahan oleh ciumannya yang liar, ia mengaduk adukan lidahnya pada mulutku, liurku dan liurnya bercampur aduk menjadi satu menetes netes di sela sela bibirku, sampai di atas bibirku juga mengkilap oleh liur kami berdua, sementara kulihat Idha sedang memperhatikan kami, wajahnya yang semakin lama dilihat semakin mirip dengan Agnes Monica ini, dan semakin cantik, bahkan jauh lebih cantik dari Agnes ini, membuatku ingin menunjukan bahwa akulah yang lebih berpengalaman darinya.
Ciumanku yang saling berbalas pada Prabawa kubuat semakin hot saja, Prabawa mulai meremas remas dadaku dari balik baju gaun yang kukenakan dari pagi, aku yang memang tidak mengenakan pakaian dalam langsung merasakan tangannya yang besar tersebut, walaupun aku tau Prabawa adalah tipe pemilik penis yang tidak terlalu besar, tapi aku rasa itu justru membuatku lebih tenang karena mengingat pergumulanku yang melelahkan sekali tadi dari pagi sampai sore hari.
Lalu ia melepas bajuku, ia menjilati puting susuku, “heh, enak ga Vy?†kata Prabawa, “i..iya enak...â€kataku, aku yang memang lebih suka bermain sex dengan 4 sekawan ini(Prambo, Prabawa, Kirno dan pak Suryo), berpikir untuk tidak terlalu munafik, memang enak sekali jilatannya, “waduhh... Vy... asal lu tahu gua ini paling ga suka bangsa lain, tapi semenjak gua ngentot ama luh, gua jadi sayang banget ama yang namanya orang cina hahahaha!!!!â€kata Prabawa yang memang rasialis sekali.
Aku tidak perduli dengan ocehannya, aku berusaha menikmati saat saat ini saja, kulihat Prambo mulai menciumi Idha, mesra sekali, mereka bagaikan sepasang kekasih yang perbedaan kulitnya kontras sekali, Prambo yang kadang dapat berlaku gentleman dan kadang sangat bajingan ini, benar benar menikmati berciuman dengan Idha.
Sementara aku dan Prabawa sudah berlanjut dengan posisi 69, aku lancarkan oral seksku pada penisnya yang tidak terlalu besar ini, tapi tiba tiba aku teringat kekasihku, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya, walaupun dia belum mengetahui kenyataan bahwa aku sudah pernah dipakai puluhan orang, maka sebelum ia mengetahuinya aku menjaga jarak dengannya, aku katakan padanya bahwa untuk sementara waktu kita akan jalan di jalan masing masing dulu, dengan alasan karier, padahal aku masih sangat mencintainya.
“OIII JANGAN BENGONG!!! Gile luh?! Mikirin apaan luh? Tuh kontol di mulut luh, diemut!!!†teriak Prabawa sehingga membuyarkan lamunanku dan juga jantungku hampir copot, “Ah i...iya sorry sorryâ€sahutku, aku kembali mengoral penisnya, lalu kemudian kulihat Prambo sudah memasukan penisnya pada vagina Idha, terdengar suara desahan yang sangat merangsang, lalu kulihat Prambo merekam wajah Idha dengan handycam yang berbeda, pintar sekali Idha memainkan mimik mukanya, seolah ia adalah seorang profisionalisme artis porno Jepang, lalu aku kembali ke penis yang harus kuurus ini, setelah memberikan oral service, aku mulai menduduki penisnya, “eh eh seperti biasa, lu tau donk, gua sukanya pantat lu, bukan memek luh heheh, masukin ke pantat lu sonoâ€kata Prabawa dengan muka menjijikan, seolah ia adalah pembeli pelacur terkenal.
Maka dengan rasa enggan aku memasukan penisnya yang mini ke anusku, walupun memiliki diameter yang besar, jadi agak sulit juga memasukan penisnya ke anusku, maka aku beri sedikit liurku sebagai pelumas, “A,..Ahh..hhhâ€erangku saat penisnya sedikit demi sedikit mulai memasuki lubang anusku sampai amblas.
Aku mulai menggerakan tubuhku naik turun naik turun, dan si empunya penis, nampak sangat keenakan, “oohhh ahh Vy gila... enak bangett ahhh hmmmm... pantat cina emang aduhai enaknya....errgghhh aaahhâ€erang Prabawa terus terusan. Aku juga mendengar Idha dan Prambo teriak bersamaan saat Prambo mengeluarkan penisnya dan mengeluarkannya di perut Idha, aku cukup kaget juga Prambo tidak berejakulasi di dalam rahim Idha, yang kudengar hanya nafas kedua insan yang puas mencapai puncak kenikmatan.
Sedangkan Prabawa tampaknya juga akan mulai berejakulasi di dalam anusku, dan tiba tiba ada suara bel, sehingga aku menghentikan aktifitasku walaupun aku masih menduduki penis Prabawa yang masih berada dalam anusku, Idha berdiri dengan agak malas, “aduhh... siapa sihhh??â€katanya seraya mengambil baju tangtop hijau mudanya dan rok mini jeansnya yang dipakai tadi waktu membukakan pintu, bedanya sekarang ia tidak mengenakan bra dan celana dalamnya, langsung menuju pintu, melihat melalui jendela.
Aku yang was was menanti, apakah aku harus berpakaian atau melanjutkan percintaanku dengan Prabawa hanya dapat melihat dengan pandangan cemas ke arah pintu dan wajah Idha yang mulai menampakan wajah senyuman, dan ternyata Prabawa yang melihat Idha tersenyum tanda masalah beres pun langsung menggerakan pantatnya keatas sehingga penisnya kembali menghujam anusku, kemudian ia meremas remas dadaku, aku yang diremas lansung ikuti permainan Prabawa, sambil sesekali melihat Idha membukakan pintu, untuk menuju pintu pagar depan dan tak berapa lama kemudian setelah pintu masuk villa dibuka ternyata....
“Wah wah wah baru main tadi pagi sekarang uda main lagi gile bener ck ck ck, napsu banget seh lohhhâ€ujar pak Tambun di depan pintu yang dibelakangnya serombongan anak buahnya yang tadi pagi memperkosaku, hatiku langsung mencelos, habislah aku, tubuhku langsung lemas tak bertenaga, Prabawa tau hal itu, ia hanya cengegesan sambil terus mengenjot diriku, “Hoi pak Tambun tunggu bentar lagi nih ya, tanggung heheheâ€ujar Prabawa.
“Ga pa pa ga papa anak buah gue juga uda pada ngocor 2 kali ama nih cewe, hehehe... pake dulu aja, hahaha kita itu cowo, kalo uda ketemu cewe mau marinir kek mau preman kek, bisa jadi berteman, apalagi kalo cewenya juga doyan di entot kaya giniâ€ujar pak Tambun, aku yang mendengar itu rsanya bergolak suhu tubuhnya, apa maksudnya sih dia ngomong gitu, itu sama sekali tidak etis dibicarakan, sambil menahan kesal di dadaku, aku kembali menggenjot Prabawa dengan bersemangat.
“Adu duh pelan pelan Vy... nyantai aja donk heheheâ€kata Prabawa yang tampaknya menahan sakit dan nikmat, diikuti tawa anak buah pak Tambun. “Gimana pak Tambun, ga susah kan ke sini, heheheâ€tanya Prambo, “oh nggak nggak yang namanya ada cewe cakep buat digarap lautan bergaram juga gua tebas sekali malamâ€uajr pak Tambun cengegesan. Aku sendiri tidak tau puisi atau sajak apaan yang dibilang pak Tambun, lautan bergaram ditebas sekali malam? Tampaknya bukan hanya aku yang kebingungan, Prambo sendiri pun mengerutkan dahinya, tapi toh dia tak mempermasalahkan ucapan temannya itu.
“AHHHHHHHHHHH....huoohhhâ€teriak Prabawa diikuti semprotannya di anusku, setelah ia menyelesaikan semprotan terakhirnya, ia menolehkan kepalanya pada pak Tambun, “udah nih...heh heh hohâ€dengus capainya dia. Pak Tambun yang mendengar Prabawa langsung menyuruh anak buahnya menarikku, ke ruang tamu yang cukup lega, “eh eh semua main di kamar gua aja dehâ€kata Idha memberi saran, “setujuhhhhhhh .......â€teriak mereka.
Tampaknya bukan hanya aku saja yang akan digarap malam ini, tampaknya Idha juga akan digumuli mereka, baguslah dalam hatiku, setidaknya ada partner, walaupun sebetulnya ga tega juga aku pada Idha yang baik terhadapku, kemudian kami beramai ramai ke kamar Idha.
“BRAKKKKK...â€pintu kamar langsung dibuka dengan tidak sabarannya mereka, mereka langsung melucuti baju mereka masing masing, “TONO, lu main ama gua deh, Udin juga ama guaâ€tawar Idha, rupanya Idha sudah sering bermain bersama mereka, “Ok deh siip bosssâ€ujar Tono, dan diikuti celingak celinguknya Udin, lalu Sur yang memang tadi pagi sudah kukenal dengan penisnya yang berair seni mendekatiku, kira kira masing masing dari kami dikerubuti 10 begundal tuna susila, Prabawa yang memegang handycam sekarang, juga Prambo memegang handycam Idha, sedangkan pak Tambun hanya duduk mengamati.
“Auuchh gila...â€teriakku saat salah satu dari mereka memeras payudaraku dengan agak keras, lalu Parno menjilati kemaluanku yang sudah basah, dan sekarang mulutku dijejali penis Brutus yang tidak memiliki lengan, dan Sukro si kaki diabetes tampaknya mengincar anusku, kakinya yang korengan dan bengkak itu digesek gesekan ke wajahku, aku jadi jijik juga, tapi aku hanya memejamkan mataku saja.
Samar samar kudengar desahan Idha yang sedang digarap habis habisan juga oleh mereka, mereka benar benar kasar dan brutal, tapi dapat kulihat mereka cukup lembut memperlakukan Idha, entah ada apa dengan Idha, mereka tampaknya tidak terlalu berani, dan agak segan terhadapnya, sehingga pelampiasan mereka menjadi terhadapku, tubuh putih mulusku diremas remas dengan tangan tangan hitam kotor mereka dengan gemas sekali, “Haahaahhaha kita pestaa... pestaaaaaâ€teriak salah seorang dari mereka, Sur memasukan penisnya ke kemaluanku dan Sukro ke anusku sementara Brutus ke mulutku, bergantian mereka memperkosaku, tidak jauh beda denganku Idha juga diperlakukan sama, digilir bergantian hanya saja jauh lebih lembut dan pengertian.
Aku kehabisan nafas, mereka ada yang tidak kuat lansung menyemprotkan spermanya ke wajahku dan wajah Idha, lalu tiba tiba Idha mendekati wajahku, ia membersihkan wajahku dari sperma dengan hisapan mulutnya, kemudian kulihat ia berkumur kumur dengan sperma tersebut, lalu tangannya menekan mulutku hingga terbuka, lalu ia membuang sperma itu beserta ludah ludahnya ke mulutku, seraya menciumku.
Beberapa dari mereka kembali menyemprotkan sperma ke arah wajahku, sehingga wajahku penuh dengan sperma, pak Tambun juga sudah tidak tahan ia memerkosa anusku, di ganti oleh Prabawa dan kemudian Prambo, lalu sperma yang meleleh dari anusku ditampung oleh mereka dan aku disuruh meminumnya. Kemudian Idha istirahat sebentar tapi tidak lama.
Ia lalu lanjut disetubuhi, sambil berkata “gitu Vy, lu harus telen semua sperma disini hahaha..ho..â€kata Idha seraya ngos ngosan. Seseorang tampaknya berejakulasi di anusnya lalu diganti seseorang lagi, dan berejakulasi juga di anusnya, lalu ia mendekatiku lagi, ia mengangkangiku, “Buka mulut lu Vyâ€katanya yang dituruti olehku, kubuka mulutku selebar lebarnya menerima sperma hangat dari lubang anusnya, serasa tak ada habis habisnya, kami bercinta sampai pagi menjelang. Sehingga tulang tulang kami terasa mau patah, sperma sperma ditubuhku kembali dibersihkan dengan mulutnya dan kali ini kemaluanku dibuka lebar, ia meludahkan sperma yang banyak itu ke lubang vaginaku.
“Haha tenang aja Vy, kalo gua prinsipnya ga mau V gue dimasukin sperma, tapi punya lo harus hehehe, tenang aja kalo loh hamil, ntar lu tanggung pake duit bokap lo, dan enaknya lo ga bakalan tau siapa bokap nih anak, karna banyak banget sperma yang dimakan ama vagina lo ini hahaha...â€kata Idha yang membuatku seperti tersetrum listrik, aku malah terangsang pada kata katanya itu, dan aku yang takut hamil dengan setiap kali minum pil anti hamil menjadi enggan untuk minum pil tersebut, aku jadi ingin dihamili oleh manusia manusia tuna susila ini.
Lalu setiap mereka selesai bersetubuh dengan Idha mereka menyemprotkan maninya ke wajahku sampai penuh sekali, “Vy... ayo ngomong terima ka...sih ke mereka, seti..ap.. me..reka se...lesai sem...pro..tiin wajah... luhh..â€kata Idha, “terima kasih..â€kataku setelah mereka selesai menyemprotkan maninya ke mulutku dan ke wajahku, beberapa mengalir masuk ke dalam hidungku, aku aku hanya mampu megap megap, dan selama mereka menyetubuhiku, sambil menunggu sperma yang jatuh ke wajahku aku harus mengucapkan “simbiosis mutualisme...simbiosis mutualisme...simbiosis mutualisme†yang artinya hubungan saling menguntungkan lalu saat penis orang yang bersenggama dengan Idha mengeluarkan di mulutku, “terima kasih...â€kataku lagi dan itu terus berulang ulang sampai selesai.
Setelah selesai Idha menyuruh Sukro melap sperma di wajahku dengan kakinya dan aku harus membersihkan kakinya dari sperma dengan mulutku sampai bersih, seraya mengucapkan “maaf merepotkan, terima kasih ya...â€kataku.
Lalu Idha juga menyuruhku memberikan cek kepada mereka sekali lagi sebesar 25 juta lagi, jadi total pengeluaranku 50 juta untuk para begundal itu, tapi untuk cek kedua ini aku sangat rela memberikannya karena dituntun oleh Idha.
Kami lalu tidur sampai siang, dan pada siang harinya saat aku bangun tampaknya para begundal itu sudah pulang, kulihat hanya ada Idha dan Prambo serta Prabawa, “Pagi Vy, makan indomie yukâ€tawar Idha. Aku menganggukan kepala dengan agak lelah, lalu aku cuci muka membersihkan diri, mandi, dan berias menggunakan alat rias Idha, lalu turun kebawah, kulihat Idha baru saja memasak indomie untukku.
“Abis makan indomie ini kita shoping yang banyakkkk.... dan Vy yang bayarinnn aku... oke?â€kata Idha,dan aku hanya menganggukan kepala, karena kemarin ia benar benar telah membantuku mencapai tidak kurang dari 10 kali orgasme, ia begitu liar nakal dan dirty sekali permainannya.
Lalu pada saat aku ingin memakan indomie ini, ia mengangkang pada indomieku, sambil tersenyum “Indomienya belum pake kuahkan? Ini ada air panas alami†seraya berkata begitu ia mengencingi indomieku, sehingga sekarang makananku adalah indomie air seni Idha. Tapi aku tidak merasa jijik sekalipun, aku merasa sangat terangsang dikerjai bidadari ini. Walaupun aku bukan seorang lesbian, aku benar benar menikmati perlakuannya padaku. Maka aku hanya tersenyum sambil melanjutkan makan indomie pemberiannya.
Dan setelah selesai makan, Prambo dan Prabawa pulang, lalu Idha yang mengantarku turun ke kota, sesampainya di kota, kami belanja habis habisan, ia sangat borosss sekali, ia benar benar seperti mau menguras hartaku saja. Lalu ia juga meminta nomor telepone ayahku dan kekasihku, aku tidak tahu apa rencana selanjutnya.
The end of pasar malam, and the new begining of slave...