Petaka Demonstrasi


Petaka Demonstrasi

Vita berjongkok di sudut selnya, membayangkan kembali bagaimana ia bisa terdampar di tempat itu. Sel Vita berukuran dua kali tiga meter dan kosong kecuali sebuah matras dan dua buah ember yang
sudut yang lain. Ember itu satu penuh dengan air satu lagi kosong. Vita sama sekali tidak bisa membayangkan harus minum dari ember itu. Lantai
sel
itu sebenarnya ditutupi oleh tikar pandan, tapi tikar
itu sudah
robek-robek dan sesekali seekor tikus menjengukkan
kepalanya keluar.
Vita ditangkap tiga hari yang lalu ketika ia sedang
berdemonstrasi
di
kotanya. Tentara menyeretnya dari kerumunan mahasiswa
lain yang
sedang berlarian ke sana kemari. Dan kabarnya ia akan
segera diadili
di penjara itu karena satu dan lain hal. Segala protes
dari Vita
sama
sekali tidak berguna ketika ia diseret masuk ke dalam
mobil dan
dipindahkan ke sebuah penjara lain yang terletak di
pinggir kota.
Ketika pertama kali Vita masuk ke dalam penjara itu ia
langsung
diperiksa oleh sekelompok orang yang disebut dokter
penjara. Ia
ditelanjangi, kemaluannya diperiksa, seluruh tubuhnya
diraba-raba
dan
diremas-remas oleh dua orang laki-laki itu. Masih dalam
keadaan
telanjang bulat Vita digiring melewati barisan penjaga
yang menatap
tubuhnya, masuk ke dalam kamar ganti di mana ia mendapat
selembar
baju untuk menutupi tubuhnya. Kemeja itu lusuh dan
kasar, dan semua
kancingnya sudah hilang kecuali yang kedua dari atas.
Dan ia juga
mendapat sepasang sandal jepit sebagai seragam
penjaranya. Kemudian
seorang sipir yang beringas menggiring Vita menuju
selnya. Sepanjang
jalan, Vita melewati sel-sel lain yang berisi wanita-
wanita
sebayanya. Ketika ia melewati mereka, semua mata
mengalihkan
pandangannya dari Vita. Tapi ketika ia lewat di depan
sel pria,
semuanya bersuit dan berteriak. Mereka berteriak 'Barang
baru tuh!'
'Sayang, lo perawan kan?' 'Sipirnya seneng tuh!' Vita
bergidik
mendengar kata-kata kotor yang baru saja ia dengar dan
takut
membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Ketika
Vita tiba di
sebuah sel yang kosong, Sipir membuka pintu sel dan
tanpa berkata ia
mengacungkan tangannya menyuruh Vita masuk. Ketika pintu
itu
menutup,
Vita seperti mendengar suara paling keras seumur
hidupnya yang
langsung diikuti dengan kesunyian. Dan sekarang Vita
duduk sendirian
dan mulai menggigil ketakutan. Walaupun selama ini Vita
selalu dapat
tegar dalam situasi apapun, tapi sekarang ia benar-benar
merasa
putus
asa.

Nama lengkapnya adalah Vita Anggraeni. Umurnya 24 tahun,
dan
sebagian
besar mahasiswa mengatakan Vita adalah gadis yang
cantik, pintar
sekaligus berani. Rambutnya hitam legam terurai hingga
bahu. Buah
dadanya berukuran sedang dan kenyal hingga mampu
mengacung tegak
walaupun ia tidak mengenakan BH. Perut Vita rata,
pinggulnya bulat,
pinggangnya ramping. Dan sepasang kaki yang ramping
hasil fitness
dan
olah raga tampak mempercantik tubuhnya. Selama
perjalanan dari
kantor
polisi di kotanya hingga penjara ini Vita masih dapat
melihat
jalan-jalan yang dilaluinya. Penjara ini benar-benar
terpencil, ia
sendiri tidak mengetahui ada penjara di tempat seperti
ini. Dan
ketika ia melihat jarak yang ditempuh ternyata jarak
penjara itu
dengan batas kotanya saja sudah lima puluh kilometer
lebih dan lagi
penjara itu terletak di tengah hutan.

Lamunan Vita terputus ketika sebuah piring seng berisi
makanan
didorong masuk ke dalam selnya lewat jeruji. Ia tiba-
tiba tersadar
bahwa dirinya belum makan dalam waktu 24 jam ini,
semenjak ia
dipindahkan dari kantor polisi ke penjara ini. Ketika
mengambil
piring itu, Vita melihat makanannya hanya nasi kering
dan sebuah
tempe goreng. Tapi karena perutnya yang tiba-tiba terasa
begitu
lapar
Vita langsung menghabiskan makanan itu dan kemudian ia
dengan
terpaksa meminum air di ember tadi untuk menghilangkan
rasa hausnya.

Tengah malam ketika Vita tertidur ditutupi oleh selembar
selimut,
seorang penjaga masuk ke dalam selnya. Sambil menarik
selimut yang
menutupi tubuh Vita, penjaga itu lalu menarik dan
menyeret Vita
keluar dari selnya. Vita berjalan sambil sesekali
didorong-dorong
oleh penjaga itu menyusuri gang demi gang sampai
akhirnya ia sampai
di sebuah tanah lapang yang dikelilingi tembok tinggi.
Di tengah
lapangan itu sudah berdiri lima orang pejaga lain dan
seorang
tahanan
wanita. Gadis itu tampak cantik sekali walaupun di
sekelilingnya
nyaris gelap, hanya ada beberapa api unggun yang
menerangi tempat
itu. Vita dengan tangan dilipat ke belakang oleh penjaga
yang
pertama
tadi didorong terus hingga ia berdiri dengan jarak hanya
beberapa
meter dari gadis tadi.

"Buka baju!"

Perintah itu bagaikan tamparan keras di wajah Vita. Vita
ragu-ragu
dan kaget setengah mati mendengar perintah tadi. Vita
melihat gadis
di depannya sudah membuka kancing bajunya. Sebuah
pukulan mendarat
di
pundak Vita membuatnya terdorong maju.

"Gue bilang buka baju!"

Masih termangu tak percaya Vita melepaskan satu-satunya
kancing yang
ada di bajunya dan melepaskan baju itu hingga dengan
sendirinya
terjatuh di kedua kaki Vita. Vita sudah menyadari apa
yang akan
terjadi pada dirinya. Ia akan diperkosa oleh keenam
penjaga itu. Ia
pernah membaca berita tentang tindakan aparat keamanan
yang tidak
senonoh kepada tahanan wanita, tapi waktu itu ia tidak
percaya. Tapi
sekarang Vita sudah berdiri telanjang ditatap dengan
penuh nafsu
oleh
para penjaga itu. Vita sendiri masih perawan, ia dan
pacarnya belum
pernah berhubungan lebih jauh dari sekedar petting, dan
sekarang
Vita
berdiri gemetar berusaha menutupi tubuhnya yang
telanjang bulat
dengan tangannya. Gadis di depan Vita juga sudah
telanjang bulat,
dan
Vita melihat tubuhnya yang sempurna, jauh lebih terawat
dari pada
dirinya. Gadis terlihat lebih tegar dan kuat dari pada
Vita, ia
berdiri tak bergerak di tengah para penjaga dan matanya
tidak
menyiratkan rasa takut.

Penjaga yang membawa Vita berdiri di tengah mereka.

"Malam ini kita punya program latihan buat kamu semua.
Kamu berdua
harus melawan satu sama lain sampai salah satu dari
kalian tidak
bisa
bangun lagi. Yang menang boleh balik ke selnya. Yang
kalah musti
menghibur kita di sini. Kalau kalian tidak serius,
kalian berdua
akan
kena hukuman masing-masing tiga puluh kali pecutan.
Jelas?!"

Vita shock sekali mendengar perkataan itu sambil melihat
gadis di
depannya menganggukkan kepala. Sementara Vita masih
berdiri karena
terkejut, gadis di depannya sudah mendekat dan
melayangkan pukulan
ke
perut Vita sekuat tenaga. Nafas Vita terhentak keluar
ketika ia
tersungkur jatuh berlutut sambil memegangi perutnya.
Kemudian Vita
melihat kaki gadis itu terangkat dan mengayun kemudian
menghantam
dagunya, membuat kepala Vita tersentak ke belakang dan
tubuh Vita
terjengkang ke belakang, tergeletak di atas tanah
setengah sadar.
Vita mendengar para penjaga bersorak-sorak ketika ia
berguling ke
atas perutnya dan berusaha bangun dengan susah payah.
Vita kemudian
merasakan tubuh gadis itu menyergapnya dari belakang dan
melingkarkan
tangannya ke leher Vita membuatnya susah bernafas.
Dengan satu
usahanya yang terakhir Vita mendorong tubuh gadis itu
agar ia lepas
dari tubuhnya. Sekarang mereka berdua berdiri berhadapan
satu sama
lain. Gadis itu lalu langsung mendekat lagi sambil
mengayunkan
tinjunya, dan kembali menghajar Vita tepat di dagunya.
Pandangan
Vita
berkunang-kunang berusah keras menjaga keseimbangannya.
Sebuah
pukulan kembali mendarat di perut Vita membuat ia jatuh
terjengkang
lagi. Gadis itu langsung menindihnya dan terus
mengayunkan pukulan
ke
wajah Vita sampai Vita hampir tak sadarkan diri. Vita
masih bisa
merasakan penjaga menarik gadis itu dari atas tubuhnya
sementara ia
sendiri terbaring tak berdaya. Setelah itu gelap.

Vita tidak mengetahui berapa lama ia tak sadarkan diri.
Ia tersadar
lagi setelah penjaga menyiramkan seember air ke wajahnya
membuat
Vita
bangun terduduk dan tersedak. Keenam penjaga itu berdiri
mengelilingi
Vita. Gadis tadi sudah tidak kelihatan. Ketika Vita
melihat wajah
penjaga-penjaga itu, ia melihat wajah yang penuh nafsu
dengan lidah
yang menjilati bibir mereka. Vita tersadar bahwa
kekalahannya tadi
hanya merupakan awal dari mimpi buruknya malam ini.

Dua orang penjaga memegangi tangan Vita dan menyeretnya
kembali ke
bangunan utama. Setengah dipapah setengah diseret Vita
dibawa masuk
ke kamar mandi pria. Dengan tubuh penuh keringat dan
lumpur Vita
didorong di bawah shower dan air sedingin es langsung
menyembur
membuat Vita berjongkok sambil menggigil di depan
penjaga tadi.
Seorang penjaga memasang sebuah borgol di tangan Vita dan
mengaitkannya ke sebuah pipa di tembok. Vita menatap
dengan panik
ketika keenam laki-laki itu mulai melepaskan pakaian
mereka. Ketika
mereka telah telanjang bulat dua orang penjaga memegangi
kaki Vita
dan membuka lebar-lebar. Vita meronta-ronta tapi tak
berdaya.
Penjaga
yang lain mulai meremas dan menarik buah dada Vita
sementara yang
satu lagi meraba paha Vita setelah itu memasukan jarinya
ke vagina
Vita. Vita mengerang dan menangis ketika tangan-tangan
mereka terus
merabai tubuhnya tanpa henti.

Kemudian seorang penjaga berdiri di hadapan Vita,
penisnya sudah
tegang dan keras ketika ia tersenyum menyeringai pada
Vita. Sambil
meraih pinggul Vita dengan kedua tangannya, ia
mengangkat tubuh Vita
sedikit dari atas lantai sementara ia sendiri menekuk
kakinya
mengarahkan penisnya ke belahan vagina Vita. Dengan satu
dorongan
keras penis itu merobek masuk ke vagina Vita. Tubuh Vita
terasa
tersobek-sobek terutama vaginanya ketika penis itu masuk
ke dalam
vaginanya yang kering dan sempit. Vita menjerit-jerit
keras hanya
untuk menerima satu tamparan di wajahnya yang membuat
Vita hampir
tak
sadarkan diri. Batang penis yang bergerak keluar masuk
vagina Vita
terasa seperti besi panas yang membuat nafas Vita
terputus-putus.
Untuk meredam teriakan Vita seorang penjaga memasukan
segumpal kain
ke dalam mulut Vita. Sekarang yang keluar dari mulut
Vita hanya
erangan tak jelas setiap kali penjaga yang sedang
memperkosanya
bergerak masuk. Setelah beberapa lama, Vita merasakan
tubuh penjaga
itu mengejang dan erangan nikmat keluar dari mulutnya.
Sperma
laki-laki itu menyembur masuk sebanyak-banyaknya ke
dalam vagina
Vita. Sambil terengah-engah ia menarik penisnya yang
berlumur sperma
dan darah perawan Vita keluar dari tubuh Vita.

Sebelum sempat menarik nafas lagi, penjaga yang lain
yang mengambil
giliran selanjutnya dan dengan kasar ia juga mendorong
penisnya
masuk
ke vagina Vita yang meneteskan darah bercampur sperma.
Rasa sakit
itu
sekarang sudah berkurang tapi tetap menyakitkan
sementara penjaga
tadi tanpa peduli terus mendorong dan menarik penisnya.
Vita
memejamkan matanya berharap ia dapat mengurangi rasa
sakit dan malu
yang menyerang seluruh tubuhnya. Penjaga yang lain
mendekat dan
kembali meremas dan menarik buah dada serta puting susu
Vita hingga
nyeri. Suara yang dapat didengar Vita selain erangannya
sendiri
hanya
suara pinggul penjaga itu yang menumbuk pantatnya ketika
ia
mendorong
penisnya keluar masuk kemaluan Vita.

Ketika penjaga kedua selesai, Vita sudah bersiap untuk
penjaga yang
ketiga. Tapi dengan mata terbelalak kaget dan ngeri Vita
merasakan
sepasang tangan membalikkan tubuhnya kemudian membuka
belahan
vaginanya. Vita menjerit tapi tak ada suara yang keluar
selain
erangan. Vita sempat merasakan kepala penis penjaga itu
menempel di
liang anusnya sebelum seluruh rasa sakit kembali
menyerang sekujur
tubuh Vita. Vita tidak pernah merasakan rasa nyeri yang
tak
tertahankan seperti ini sebelumnya. Penjaga itu bergerak
dengan
brutal merobek-robek liang anus Vita, hingga ia pingsan
kesakitan.
Sesaat kemudian Vita kembali tersadar dan ia merasa
gumpalan kain
yang ada di mulutnya ditarik keluar. Tetapi setelah itu
seorang
penjaga langsung memasukkan penisnya ke dalam mulut Vita
sambil
menarik kepala Vita ke belakang. Vita tersedak dan
terbatuk ketika
penis yang keras itu memotong aliran udaranya membuat ia
tidak bisa
bernafas. Penis di anus Vita masih terus bergerak keluar
masuk
dengan
kera sementara mulut Vita juga dimasukin oleh penis yang
lain. Buah
dada Vita terus disakiti oleh tangan keempat penjaga
yang lain.
Tubuh
Vita bergerak maju mundur seirama dengan gerakan penis
yang keluar
masuk di anus dan mulutnya.

Perkosaan itu berlanjut terus, hingga keenam penjaga itu
mendapat
giliran sedikitnya dua kali memperkosa Vita. Vita
sekarang
tergeletak
tak bergerak di lantai kamar mandi, dengan sperma
mengalir keluar
dari vagina dan mulutnya. Tubuh Vita kesakitan seperti
baru saja
dipukuli selama berhari-hari. Ia mengerang lirih ketika
dua orang
menarik tangannya berdiri dan melemparkan baju
penjaranya.

Tak berdaya berjalan sendiri, mereka menyeret tubuh Vita
ke selnya
dan melemparkannya masuk ke dalam. Dari celah kecil di
atasnya Vita
dapat melihat sinar matahari pagi mulai memancar. Ia
merangkak
menuju
ember berisi air dan dengan sekuat tenaga berusaha
membersihkan
dirinya. Kemudian ia kembali merangkak menuju matrasnya
dan
tersungkur tidur.

Hari-hari selanjutnya merupaka neraka bagi Vita dan itu
terus
berulang. Setiap pagi ia ditarik keluar dari sel jam
lima pagi
kemudian bersama tahanan yang lain mereka naik ke sebuah
truk yang
membawa mereka ke sebuah tanah lapang yang tandus. Di
situ mereka
harus mencangkul tanah lapang itu untuk diolah menjadi
lahan
perkebunan. Di tengah hari mereka diijinkan beristirahat
selama
setengah jam. Dan ketika matahari mulai tenggelam mereka
baru
kembali
ke penjara.

Dan pada malam hari di hari-hari tertentu sekelompok
penjaga akan
menyeretnya keluar dan memperkosanya bergantian hingga
hari
menjelang
pagi. Dan jika Vita terlihat kelelahan pada siang
harinya maka
komandan penjara akan mengikat Vita di tengah lapangan
dan memecuti
tubuhnya disaksikan oleh para tahanan yang lain.

Setelah sebulan berlalu, dan ketika Vita sedang berkerja
dengan giat
demi menghindarkan dirinya dari hukuman komandan
sekelompok tahanan
wanita yang berkuasa di situ menyeret tubuhnya ke dalam
kamar mandi.
Di situ mereka memukuli Vita karena dianggap mencari
muka dengan
bekerja dengan rajin. Mereka juga menyiksa Vita dengan
memasukkan
batang besi dan sebuah tongkat ke dalam anus dan vagina
Vita.

Satu bulan kemudian Vita kembali diseret keluar dari
selnya dan
dibawa mendekati sel tahanan pria. Dua orang penjaga
memegangi
tangannya dan menyeretnya agar masuk ke dalam sel
tahanan yang penuh
dengan tahanan pria.

"Malam ini kamu musti menghibur mereka!"

"Jangan! JANGAAAANNN! Jangan masukkan saya ke sana!"
Vita memohon
dan
menjerit minta tolong. Tahanan pria sudah mulai
berkerumun sambil
merabai bagian bawah tubuhnya. Jeritan Vita tak didengar
sama sekali
oleh penjaga itu yang terus membuka kunci pintu sel itu
dan
mendorong
tubuh Vita masuk ke dalam sel yang lebih luas. Vita
berusaha menjauh
dari tahanan pria itu sambil akhirnya terdesak hingga
jeruji sel
itu.
Sebuah tangan meraih bahu Vita dan menariknya hingga
terjatuh ke
lantai. Tangan-tangan lain meraih kaki Vita dan
membukanya. Dan
ketika Vita membuka mulutnya untuk menjerit sebuah penis
langsung
masuk ke dalam mulutnya sementara sebuah penis lain
masuk ke dalam
vaginanya.

Vita harus dirawat selama tiga hari di rumah sakit
penjara setelah
semalam bersama tahanan pria itu. Tubuh Vita harus
diseret keluar
dari sel di pagi harinya dan Vita hanya merintih "
..lagilagilagilagilagilagilagiĆ¢€¦"

Sebelum Vita pingsan malam harinya, Vita masih bisa
mengingat tiga
orang laki-laki sekaligus menikmati tubuhnya dan ia
menjerit dengan
sisa-sisa tenaganya dengan penis masuk di dalam
mulutnya. Dan ketika
ia sedang terbaring di rumah sakit Vita mengingat kembali
pengalamannya di dalam sel pria itu. Dan ia ingat betapa
ia sendiri
mencapai orgasme setelah beberapa orang memperkosanya.
Setelah
beberapa orang lagi ia kembali mengalami orgasme berkali-
kali hingga
ia pingsan kelelahan. Dan ia sendiri tidak mengerti
mengapa itu
semua
terjadi pada dirinya.

Suatu hari Vita dan seorang tahanan lainnya Lia. Lia
juga mahasiswi
yang diciduk dari Bandung karena demonstrasi. Lia baru
masuk sekitar
1 bulan yang lalu, dan juga sudah habis-habisan dikerjai
oleh para
penjaga penjara. Vita dan Lia bekerja di bidang tanah
yang lain.
Hari
itu amat sangat panas. Vita dengan segera telah terengah-
engah
kehausan. Menjelang tengah hari Vita mendengar Lia
berbisik
kepadanya.

"Vita, Vita.." ia memanggil dengan suara lirih. Vita
mengangkat
kepalanya dan melihat mata Lia membesar.

"Apa?" tanya Vita.

"Lihat! Para penjaganya nggak ada!"

Vita memperhatikan sekelilingnya dan ia terkejut
ternyata Lia benar.
Tidak ada seorangpun penjaga yang terlihat. Ia memandang
kembali
pada
Lia dan langsung dapat menebak pikirannya. Mereka akan
berusaha
melarikan diri.

Lia langsung melemparkan cangkulnya dan berlari masuk ke
dalam
hutan.
Vita juga langsung menyusul di belakangnya. Akar-akar
yang
bergantungan menghalangi pandangan Vita, tapi ia masih
bisa melihat
Lia yang berlari di depannya, entah menuju ke mana yang
penting
menjauhi neraka di belakang mereka.

Setelah beberapa saat nafas Vita makin berat dan
terputus-putus.
Semakin masuk ke dalam hutan, semakin sulit berlari
dengan cepat.
Sebuah dahan mengayun dan memukul pipi Vita hingga
berdarah. Makin
lama, pakaian yang dikenakan mereka berdua semakin
terkoyak-koyak
karena tersangkut dahan dan akar. Sekarang mereka hanya
mengenakan
serpihan kain yang sama sekali tidak menutupi tubuh
mereka, Vita
dapat melihat bahu Lia yang tersayat dahan dan memerah
sementara ia
terus berlari.

Akhirnya, karena letih dan kehabisan nafas mereka berdua
jatuh
tersungkur di bawah pohon yang besar. Selama beberapa
menit mereka
hanya bisa terengah-engah menarik nafas sementara
keringat membanjir
keluar dari sekujur tubuh mereka.

Lia berbaring terlentang, dan buah dadanya yang
mengacung bergerak
naik turun berirama dengan nafasnya yang tersengal-
sengal.

"Kita berhasil!" kata Lia dengan senyum penuh
kemenangan. Wajahnya
lebih berseri, walaupun ada darah yang menetes dari dahi
dan
pipinya.

"Semoga kamu benar." Kata Vita tenang. "Kita masih harus
keluar dari
hutan ini dan mencari jalan kembali ke kota. Aku sendiri
nggak tau
kita ada di mana. Kamu tau?"

Saat itulah terdengar gonggongan anjing.

Mereka langsung berdiri dan berlari lagi, mereka berlari
tanpa
mengetahui arah mereka. Anjing-anjing itu terdengar
semakin dekat
dan
gonggongan mereka terdengar makin keras. Vita dapat
mendengar suara
teriakan penjaga-penjaga di sela gonggongan ajing itu,
dan itu
membuat ia makin ketakutan dan berlari makin cepat.
Hutan itu makin
gelap dan mereka sekarang sama sekali tidak tahu sedang
menuju ke
arah mana. Yang mereka inginkan hanya melepaskan diri
dari regu
pencari di belakang mereka.

Ketika mereka sampai di sebuah derah kecil yang terbuka
tiba-tiba
saja mereka sudah dihadang oleh sekelompok penjaga, dan
setiap
kelompok memegang rantai yang mengikat seekor anjing
doberman yang
besar dan hitam. Doberman itu menggonggong dan melonjak-
lonjak
berusaha mendekati Vita dan Lia tak terkendali. Salah
seorang dari
penjaga berteriak dan doberman tadi langsung diam dan
duduk di depan
masing-masing kelompok. Lia dan Vita langsung jatuh
berlutut
ketakutan. Usaha mereka untuk melarikan diri gagal total.

"Betul juga kata komandan!" kata salah seorang
penjaga. "Yang dua
ini
pasti berusaha lari!"

"Ya benar, kita semua pasti dapet hadiah malem nanti!"
kata yang
lain. "Iket mereka lalu seret balik ke penjara."

"Tunggu!" kata penjaga yang tadi menenangkan
doberman. "Masa
anjing-anjing ini nggak dapet bagian. Mustinya mereka
dapet hadiah,
kan mereka yang nemuin cewek-cewek ini!"

Rasa mual langsung menyerang perut Vita, karena ia bisa
menebak
maksud penjaga itu. Sambil ditertawai oleh penjaga-
penjaga itu, Vita
dan Lia didorong hingga jatuh tersungkur di atas siku
dan lutut, dan
kaki-kaki mereka ditarik membuka lebar-lebar. Sementara
dua penjaga
memegangi tubuh Vita, penjaga yang ketiga menggiring
seekor doberman
mendekati tubuh Vita dari belakang. Vita dapat merasakan
hembusan
nafas ajing itu di pantatnya dan ia mendengar anjing itu
mendengus-dengus. Tubuh Vita mengejang ketika lidah
anjing itu
menjilati vaginanya yang mengirimkan sensasi ke seluruh
tubuhnya.
Dan
tiba-tiba kaki depan doberman itu menghujam ke
pinggulnya dan penis
binatang itu masuk ke dalam vagina Vita. Dengan perut
mual Vita
hanya
bisa diam tak bergerak ketika doberman itu mulai bergerak
memperkosanya dari belakang. Sementara penjaga-penjaga
itu mulai
tertawa lagi melihat adegan di depan mereka.

Perlahan tubuh Vita mulai bereaksi atas gerakan doberman
itu dan
tubuhnya mulai bergerak seirama dengan gerakan doberman.
Vagina Vita
perlahan mulai terangsang ketika gerakan Vita makin
berirama dengan
gerakan doberman di belakangnya. Tubuh Vita mulai
berkeringat lagi
dan nafasnya makin tersengal-sengal. Vita mulai
mengerang sembari
menelan ludah dan pandangannya mulai kabur. Tubuh Vita
mulai menuju
orgasme yang makin lama makin memuncak di sekujur
tubuhnya. Dan
ketika doberman itu melolong, Vita merasakan sperma
anjing memenuhi
vaginanya dan ia menjerit dan mengerang nikmat. Doberman
itu lalu
mundur dan seekor anjing lain menggantikan posisinya.
Kembali Vita
merasakan sebuah daging panas masuk ke dalam vaginanya
dan doberman
itu mulai menyetubuhinya. Dengan tubuh makin bergejolak
mendekati
orgasme Vita masih sempat melihat Lia yang ada di
seberangnya, ia
melihat Lia yang meronta-ronta karena seekor doberman
lain sedang
menyetubuhinya juga. Vita seperti sedang bermimpi
melihat itu semua,
yang nyata baginya hanyalah orgasme dalam tubuhnya yang
makin
mendekati puncak. Dan ketika doberman kedua menyemburkan
spermanya,
Vita menjerit dihantam gelombang orgasme yang kedua.
Vita tidak tahu
lagi berapa doberman lagi yang menyetubuhinya, tapi
ketika anjing
terakhir selesai, tubuh Vita langsung tersungkur
kelelahan. Dari
vagina Vita mengalir sperma anjing dan di pinggulnya
juga dilumuri
oleh sperma mereka. Vita terus berbaring tak bergerak
selama
beberapa
menit, terengah-engah dan gemetar ketika gelombang
orgasme yang
tersisa masih mengalir ke seluruh tubuhnya. Dengan mata
terkerjap-kerjap ia melihat ke arah Lia, dengan seekor
doberman di
depannya dan penis anjing itu di mulutnya, berusaha
mengulum dan
menjilati hingga akhirnya anjing itu menggeram dan
sperma menyembur
ke wajah Lia.

Setelah itu seorang penjaga mendekat dan menarik kepala
Vita sambil
mendekatkan penisnya ke mulut Vita. Tanpa bisa berpikir
jernih lagi
Vita membuka mulutnya dan mulai mengulum dan menjilat
penis
laki-laki
itu. Vita terus mengulum sementara penis lain juga masuk
ke
vaginanya
dan mulai bergerak. Vita sudah tidak menyadari keadaan
sekelilingnya
lagi. Semuanya tampak kabur sampai akhirnya gelap gulita.

Vita mengulum penis yang besar itu dengan penuh nafsu,
lidahnya
menjilati batang penis hingga pangkalnya. Nafas Vita
tersentak
ketika
sebuah penis lain menghunjam ke anusnya. Vita sedang
dalam posisi
merangkak. Buah dada Vita mengayun-ayun ketika tubuhnya
mulai
bergerak didorong oleh gerakan penis di anusnya. Tubuh
Vita segera
berkeringat ketika Vita dengan sekuat tenaga membuat dua
orang itu
mencapai klimaks. Vita sendiri telah mengalami dua kali
orgasme
sepanjang hari itu, dan ia sadar dirinya masih akan
mengalami
orgasme
demi orgasme sebelum akhirnya ia kembali ke penjara lagi.

Sekarang Vita sudah menjadi pelacur bagi penjara itu. Ia
harus
melayani setiap orang yang sanggup dan mau membayar
tubuhnya.
Penjara
itu ternyata memiliki kegiatan pelacuran kelas tinggi.
Bisnisman
dari
manca negara yang pernah mendengar tentang penjara itu
kebanyakan
mengetahui tentang kegiatan terselubung itu, tak
terkecuali juga
pejabat-pejabat negara kelas tinggi yang kadang juga
menggunakan
tubuh Vita dan tubuh gadis lainnya yang sudah dipilih
sendiri oleh
komandan penjara.

Malam itu Vita harus melayani dua orang dari Inggris
yang sudah
membayar US$ 1.000 kepada komandan untuk dapat
menggunakan tubuhnya
selama delapan jam. Tiga minggu yang lalu Vita melayani
seorang
pangeran dari Brunei. Ia membayar US$ 2.000 agar ia
dapat memecuti
tubuh Vita yang menjerit dan mohon ampun, selama enam jam
berturut-turut. Vita tidak dapat bergerak selama enam
hari setelah
peristiwa itu.

Ketika Lia dan Vita diseret kembali dari usaha pelarian
mereka,
komandan telah mempersiapkan hukuman bagi mereka berdua.
Diperlihatkannya sebuah surat yang menyatakan mereka
telah ditembak
di tempat karena berusaha melarikan diri dan menyebabkan
huru-hara
di
penjara itu. Surat itu telah ditanda-tangani oleh
komandan dan para
pejabat tinggi ABRI lainnya. Sekarang sudah tidak ada
lagi orang
yang
menyangka bahwa mereka berdua masih hidup. Dan harapan
mereka untuk
dapat bebas dari tempat itu habis sudah.

Vita sendiri tidak tahu lagi bagaimana nasib Lia, tapi
ia sempat
mendengar Lia masih berusaha melarikan diri lagi dan
sampai sekarang
ia belum diketemukan atau mungkin telah dihabisi di
tempat oleh para
penjaga.

Pria yang ada di belakang Vita mulai bergerak makin
cepat dan nafas
mendengus-dengus. Vita bersiap-siap menerima semburan
sperma di
anusnya. Pria di depan Vita barus saja selesai
menyemburkan
spermanya
ke dalam mulut Vita dan langsung ditelan oleh Vita. Vita
kembali
mengalami orgasme yang ketiga, yang membuatnya menjerit
dengan penis
yang masih ada di mulutnya. Dalam orgasmenya, Vita masih
membayangkan
awal dari semua ini, ketika ia masih menjadi seorang
mahasiswi dan
mengikuti demo demi demo hingga akhirnya ia tertangkap
dan dibawa ke
sebuah penjara dan berakhir sebagai seorang pelacur
tanpa seorangpun
tahu bahwa sebenarnya ia masih hidup sampai sekarang.

Tak seorangpun tahu itu selain para pelanggan komandan
penjara.