BUJANGAN TING-TINGKU YANG HILANG

BUJANGAN TING-TINGKU YANG HILANG..


Kisah ini dimulai sewaktu aku berumur sekitar 17 Th.
Waktu itu Aku masih sekolah di SMA kelas 1, di sebuah Sekolah Negeri di Sebuah kota. Aku tinggal di sebuah kampung
yang agak jauh dari kota (pinggiran kota ). Dimana kampungku itu masih sunyi dan jarak antara rumah satu dengan yang
laennya masih agak berjauhan. Dalam masa itu aku mempunyai seorang pacar yang sangat aku cintai yang rumahnya
tidak jauh dari rumahku. Gadisnya cantik , berkulit putih dan menjadi idola dikampungku. Namun sayng sekali saudara-
saudara lelakinya kurang mendukung hubungan cinta kami, dan akhirnya kami harus terpisah jauh. Dia dibawa ke Jakarta
oleh Tantenya supaya jauh dari kehidupanku…
Apa hendak dikata, dalam kepedihan dan kesendirianku , tidak bisa berbuat banyak, hanya dapat berdoa dan cuma dapat
berkirim surat tiap bulannya tanpa bisa bertemu dengannya.
Begitulah hidupku kulalui tiap harinya, sampai sekolahpun aku lalui dengan malas-malasan tanpa semangat, kadang ngga
masuk sekolah, kadang berangkat sekolah namun ngga sampai ke tempat sekolahan.
Biasanya kalo sudah males sekolah, aku pagi-pagi sudah berangkat dari rumah, tapi beberapa puluh meter dari rumahku
Aku nongkrong di warung kecil milik Mba Rom, tetanggaku juga yang tiap harinya aku sering nongkrong di situ bersama
teman-teman. Ngga tahu kenapa setiap aku maen diwarungnya, aku merasa lebih tenang dan kerinduanku terhadap pacarku
sedikit terobati.. Mungkin karena Mba Rom itulah penyebabnya. Dia sudah bersuami, tapi belum dikaruniai seorang anak-pun, sampai-sampai saking penginnya punya anak dia sengaja momong anak tetangganya. Suaminya sering keluar kota
untuk berdagang motor-motor second, selalu pulang malam, kadang ngga pulang.
Sebagai anak muda yang masih belum tahu kehidupan orang dewasa, kadang-kadang rasa penasaranku pada perempuan
menggebu-gebu. Apalagi tiap hari melihat Mba Rom di warungnya, sering aku mencuri-curi pandang melihat kemolekan
tubuhnya. Kulitnya yang putih, tubuhnya yang kecil mungil tapi padet berisi sehingga membikin gairah kemudaanku se-
makin tak tertahankan lagi. Sebagai perempuan dewasa, tampaknya Mba Rom juga bisa membaca gelagat kelaki-lakianku.
Dia juga mulai memberi respon positif kepadaku, dengan mulai memperhatikanku dari hal-hal yg kecil, masalah makan,
masalah rokok dll. Yang semua itu semakin mendekatkan diriku kepadanya. Hingga pada suatu hari, disuatu siang yang
lupa tanggalnya. Habis sekolah aku menyempatkan nonkrong di warung sempitnya…
Sampai di sana warung sepi..tanpa ada pembeli..hanya dia sendiri bersama anak momongannya yang masih kecil…..
“ Kemana si Akang Mba?” tanyaku. “ Lagi ke kota’ jawabnya sambil tersenyum. “Masuklah sini” kata dia lagi.
Akupun kemudian masuk ke warungnya yang sempit, yang pastinya jadi duduk bersebelahan. Dengan sedikit berdebar
Aku duduk disampingnya dan tentu saja bersentuhan, karena sempitnya warung/atau kios tersebut. Agak lama kami ngob-
rol aku sudah mulai merasa gerah kerana hanya berdua di ruangan sempit tersebut. Akhirnya aku memutuskan untuk
keluar dari warung itu......”Mau kemana” tanyanya. “Aku keluar ajalah, habis sempit sich” kataku. Padahal karena merasa
ngga enak kalo ada orang yang mau beli diwarungnya.
“ Ya udah ,kalo sempit dipangku aja sini” katanya sambil tersenyum.
Deg-serr, degup jantungku mendengar dia berkata begitu. “ Bener nih” kataku pula. “ Ntar ada orang loh”.
Dalam hatiku bertanya-tanya, bener ngga yach, apa Cuma guyon belaka. Ah masa bodho-lah, sambil lewatin dia pura-
pura mau keluar, aku langsung jatuhin pantatku ke pangkuannya yang empuk, dengan modal nekat kalo dia marah ya udah
gua ngga bakal maen ke warungnya dia lagi. Tapi apa yang kubayangkan laen kenyataannya. Begitu aku jatuhkan pan-
tatku ke pangkuannya, tangannya langsung memeluk pinggangku, sehingga jantungku makin berdegup kencang.
Dalam beberapa waktu aku ngga bisa berbuat apa2, hanya bisa merasakan gemetarnya tubuhku kian bertambah. Tam-
bah lagi di bibirnya dia menempel di punggungku dan kurasakan hangat dengusannya dibajuku, serta ada daging lembut
yang menempel dan menekan-nekan punggungku. Untuk beberapa saat aku hanya diam, maklum aku belum pernah me-
rasakan hal yang luar biasa seperti ini. Aku mulai memberanikan memegang kedua tangannya, dan mulai meremas-re-
masnya, dan kemaluankupun udah mulai panas dan membengkak memenuhi celanaku…Kemudian kucoba melepaskan
kedua tangannya dan kubalikan badanku serta kubungkukan wajahku mendekatkan bibirkan dengan mulutnya yang
mungil dan merekah indah. Kulumat bibirnya sampai dia gelagapan dan susah bernapas….seperti orang kemasukan
setan aja…..” Sabar dong Dik, aku ngga bisa napas nih” katanya sambil tersengal-sengal.
“ Udah ngaceng yach “ katanya lagi sambil berdesah ditelingaku.
Sementara tangan kirinya meremas kemaluanku yang masih terbungkus celana, sehingga makin manambah birahi
yang makin memuncak. Merasakan enaknya remasan tangannya dikontolku, membuat aku merem-melek ngga kuat
menahan birahi. Tapi tiba-tiba ia menghentikan kegiatannya itu ditengah napsuku yang bergejolak…
“ Kenapa Mba Rom” tanyaku heran sambil nafasku yang memburu.
“ Ntar malem aja, takut ada orang “ katanya sambil mencium bibirku sekali lagi.
“ Ntar sore Si Akang mau pergi keluar kota, jam tujuh kesini aja yach?.. Dengan berat ditengah-tengah birahiku yang
membara, aku mengangguk. “ Udah sono maen dulu” katanya sambil mendorong tubuhku keluar dari warungnya.
Akupun kemudian pulang dengan masih membawa berbagai perasaan yang tak menentu.
Perasaan bersalah terhadap pacarku, karena aku telah menghianati cintanya. Perasaan birahi yang tak menentu yang
belum pernah terbayangkan enaknya, yang selama ini hanya dalam angan-angan seorang bujangan. Bagaimana rasa-
sanya bila bersetubuh dengan seorang wanita..

Sorepun segera menjelang. Sekitar jam 7 malem aku datang ke warungnya seperti yang dijanjikan.
Dengan berselendangkan kain sarung seperti biasanya aku duduk didepan warungnya, beberapa orang masih ada yang berbelanja rokok dan makanan. Dari dalam warung dia memandangku sambil tersenyum penuh arti dan bibirnya
mengucap tanpa suara..” Tunggu sebentar yach..” Akupun mengangguk tanda aku mengerti gerak bibirnya.
Pembeli terakhir sudah dilayanin. Dia segera memberi tanda padaku untuk masuk…
Akupun segera masuk ke warungnya dengan sedikit takut..
Begitu aku masuk, Mba Rom segera mendekatiku dan berbisik, “ Tunggu di balakang Warung yach?”
Aku segera keluar dan menuju belakang warung dibawah pohon-pohon yang remang-remang disinari lampu dari
arah warung. Aku menunggu dengan berdebar-debar. Beberapa saat kemudian aku lihat bayangan tubuhnya keluar
dari pintu belakng warung menuju ke arahku. Begitu sampai, dia memegang tanganku dan dan mengandengnya ke
tempat yang lebih jauh dari warung. Di bawah pohon rambutan kami berhenti dan kami langsung berpelukan dengan
berbagai macam perasaan. Setelah berciuman cukup lama dia memegangi kemaluanku yang masih didalam celana sambil berbisik.” Masukin yuk “…” He..eh” sahutku sambil meremas payudaranya yang kecil tapi kenyal buanget itu.
Selanjutnya tangannya yang putih mungil itu merogoh celanaku dan meremas-remas kontolku sambil bibirnya yang mungil
itu menciumi bibirku. ..” Kok kontolmu gede banget sich “ katanya setengah berbisik. “ Masa sich” kataku pula.
“ Bukannya Si Akang punyanya lebih besar” kataku pula setengah heran. Aku kurang percaya kalo suaminya barangnya
kecil, masalahnya badannya tegap dan besar, emang sedikit gemuk sich..tapi…
Ah masa bodo,…aku juga ngga begitu memikirkan, yang penting aku bisa merasakan kenikmatan yang belum pernah
Kurasakan selama ini. Setelah sekian lama berpagutan,berciuman dan saling meremas, dia memelorotkan celanaku ser-
ta mengeluarkan kontolku dari celanaku. Kemudian Mba Rom membuka celana dalam pinknya lalu mengangkat se-
belah pahanya agar aku bisa lebih mudah memasukan kontolku ke memeknya. Sambil menciumi bibirnya, sebelah ta-
nganku memenelusuri selangkangannya yang diselimuti bulu-bulu halus, kemudian aku mengelus-elus
gundukan di selangkangannya itu sambil tangan satunya mengangkat sebelah paha Mba Rom. Aku belum pernah meme-
gang memek selama ini, jadi aku masih mencari-cari lobang memeknya yang terselip di bawah.
tapi Mba Rom pun tahu, segera tangan satunya ikut membimbingku mencari lobang memeknya, serta memasukan jari
tengahku ke dalamnya. Terasa hangat, becek dan berdenyut-denyut lobang memeknya itu sehingga membuat kontolku
semakin tegang dan keras disamping tangan dia yang mungil itu terus-menerus meremas batang kemaluanku itu.
“ Ayo dong..dimasukin” katanya sambil menarik kontolku mendekati lubang kemaluannya.
Aku pun mulai menggerakan pinggangku agar kontolku bisa masuk ke memeknya. Pertama agak susah memang karena
posisinya berdiri, sementara tanganku yang satu memeluk tubuhnya agar tidak jatuh, sementara yang satunya lagi meme-
gangi dan mengangkat pahanya.. Terasa nikmat sekali begitu kontolku masuk ke memeknya yang kecil dan sempit itu.
Memeknya yang sudah berlendir dan hangat terasa nikmat sampai kepalaku, Cuma sayangnya kontolku tidak bisa masuk semua karena susah sekali memasukannya sambil berdiri. Berkali-kali kontolku lepas dan berkali-kali pula tangannya
memasukan kontolku kembali.
“ Kok lepas terus sich “ katanya…
“ Habis susah sich” kataku pula.
“ Yuk pindah aja jangan disini “ katanya sabil menggigit telingaku. “ Ayuk “ kataku sambil mencabut kemaluanku dari
memeknya. Kami kemudian berjalan bergandengan sambil membawa celana kamu yang sudah terlepas sewaktu kami
bergulat tadi. Di bawah pohoin kenanga besar kami berhenti. Kebetulan disitu tempatnya agak lapang tanpa ada rerum-
putan, karena biasanya kalo siang sering ada orang lewat disitu. “ Di sini aja yach “ katanya sambil menggelar kain
panjang yang sedari tadi melilit ditubuhnya. Dia segera merebahkan tubuhnya dan telentang dihadapnku sementara
aku masih berdiri terpaku menatap kedua pahanya yang mengangkang dan menantang. Di antara remang-remang dan
gelapnya malam masih terlihat pahanya yang begitu putih dan mulus yang bisa menjatuhkan iman seorang laki-laki.
“ Ayo cepetan sini , kok malah bengong” bisik dia.
Akupun segera berjongkok didepan selangkangannya sementara kedua tanganku memegang menyingkapkan kedua
pahanya agar aku bisa lebih mudah memasukan kontolku ke lubang vaginanya. Seperti tadipun aku masih kesulitan
memasukan penisku menuju liang vaginanya, untung Mba Rom cepet tanggap. Tangannyapun lagi menuntun penisku
dan menariknya agar masuk ke dalam lobang memeknya. Aku begitu bernapsu dan langsung kuhentakkan penisku
menusuk selangkangannya. “ Ouch..pelan-pelan dong sakit..kontolmu khan gede banget..ngga kaya punya si Akang”
Emang sich, memeknya dia masih sempit sekali, atau karena postur tubuhnya yang kecil mungil? Ah tahu-lah…
Aku terus menghentak-hentakan pinggangku dan menghunjam-hunjamkan kemaluanku ke dalam vaginanya.
Sementara Mba Rom terus mengaduh-aduh, mendesah-desah lirih yang membuat napsuku semakin berkobar..baga-
kan singa yang lapar…Setelah sekian lama Mba Rom menjerit lirih serta kedua pahanya menjepit pinggangku dan
bibirnya menggigit leherku,..menggeram dan….
“ Ach.uuch..aku udah keluar”..Dia memelukku erat-erat seperti ngga mau melepas lagi..
“ Kamu kuat banget sich,..barangmu gede…ngga kaya punya si Akang suma se ibu jari..” katanya sambil masih
terengah-engah. “ Masa sich, “ sahutku sambil mulai mengayun pantatku lagi menusukan penisku ke lubang memek-
nya yang udah banjir lender kenikmatan itu. Terasa lebih nikmat rasanya kontolku, terasa lebih hangat dan lembut
lobang memeknya setelah dia mencapai orgasmenya. Aku kemudian merebahkan badanku menutupi tubuhnya
yang putih mungil itu, menciumi bibirnya, sambil kedua tanganku meremas-remas payudaranya yang kenyal, semen-
tara kedua kakiku menggapit kedua kakinya yang telentang putih mulus, sementara juga penisku terus kuayun-ayun
menusuk-nusuk lubang vaginanya yang begitu nikmat, hangat dan berdenyut-denyut. Bibir kami berpagutan dan lidah
kami saling melilit sementara ludah dimulut kamu bergantian disemburkan kemulut kami masing-masing sehingga
menambah kenikmatan yang tiada tara ini. Satu jam mungkin telah berlalu, sementara kurasakan batang penisku
makin terasa hangat dan semakin enak yang main lama membuat semua tubuhku bergetar. Ku ayunkan batang ke-
maluanku makin cepat dan……
“ Achhhh..crt..crt.crt..crt…crt..” Air pejuhku terasa keluar begitu banyak. Di dalam lubang vaginnya…
Tubuhku tergeletak menindihi tubuhnya yang juga lemas dan basah karena keringat kami berdua.. Untuk beberapa
saat tubuh kami masih bertindihan sementara nafas kami ngos-ngosan seperti habis lari ribuan kilometer.
“ Yuk sudah yuk, ntar ada orang lewat sini loh “ kata Mba Rom lirih.
Aku kemudian mengangkat tubuhku yang menindihi tubuhnya.
Kami berdiri dan merapikan baju kami masin-masing. Kemudian kami berpelukan dan berciuman kembali seperti
Sepasang kekasih yang sudah lama tak bertemu. “Kapan-kapan lagi yach?” bisiknya.
Aku tak menyahut hanya tanganku saja yang masih meremas remas payudaranya.
Untuk beberapa lama kami masih bercumbu dan berpagutan…
“ Sudah ach..tar suamiku pulang lagi “…katanya lagi.
“ Ya udah..” kataku sambil melepas pelukanku.
Dia pun melangkah menjauhiku menuju ke warungnya meninggalkanku yang masih berdiri ditengah keremangan
malam.. Aku pulang ke rumah dengan langkah gontai…
Sampai di kamarku aku masih terduduk diam membayangkan apa yang barusan kualami itu. Sebuah pengalaman
yang tak mungkin kulupakan selama hidupku. Sebagian dari diriku menyesali kejadian ini, keperjakaanku yang se-
mestinya kuserahkan kepada pacarku yang sangat kucintai, harus hilang di malam itu …….
Tapi sebagian lagi dari diriku terus menginginkannya dan ingin mengulang kembali kenikmatan tersebut….
Hari berlalu…..
Keadaan kampung yang sepi dan jauhnya aku dari pacarku, membuat hubungan kami jadi berlanjut.
Kami sering melakukan hubungan sex itu setiap saat, setiap waktu dimana ada kesempatan kami tidak pernah
menyia-nyiakan kesempatan untuk berhubungan. Bahkan lebih sering daripada berhubungan badan dengan suaminya
sendiri. Sampai-sampai kepada suaminya sendiri Mba Rom enggan melakukannya. Kadang kami melakukannya
di tepi sumur deket warung, kadang diwarung kalo lagi sepi, kadang dikamarku. Kadang di tepi sungai kalo malam-
malam pura-pura ke sungai. Yang paling sering adalah di kamarku…Setiap waktu yang dijanjikan aku selalu mem-
buka jendela kamarku kalo malam hari. Dan dia akan masuk melalui jendela kamarku kalo suaminya sudah tidur….
Maklumlah..dikampungku masih sepi..tempat warung dia tidur bersama suaminya hanya selisih satu kebon yang
penuh dengan pohon dan gelap kalo malam hari…. Sehingga dia dengan aman bisa memasuki kamarku dan kami
bisa bersetubuh hampir 3 atau 4 hari sekali…
Hubungan kami sudah hampir mencapai 3 tahun..dan selama itu ngga bisa terbayangkan sudah berapa kali hubungan
kami terjadi. Perasaan kami hampir sudah ngga bisa terpisahkan,..walau diantara kami ada suami dan pacarku………
Sampai akhirnya aku lulus SMA dan harus mencari kerja ke Jakarta..dan hubungan inipun harus berakhir…karena
hidupku masih panjang dan ada seorang Gadis Cantik yang dengan setia menungguku….