Mbak Ambar yang genit

Mbak Ambar yang genit


Aku dua bersaudara dengan kakakku Abraham, sejak kedua orang tuaku meninggal aku ikut dengan kakakku di Bandung. Kakakku dan istrinya Mbak Ambar bekerja di sebuah bank yang cukup terkenal. Memang mereka belum dikaruniai anak sampai saat ini, jadi merekapun tidak keberatan aku tinggal di rumahnya.

Suatu sore Mbak Ambar pulang lebih dulu sampai dirumah, kebetulan aku pun tidak ada kuliah sore itu.
“Mbak.. tumben ko pulang cepet.? Tanyaku.
“Iya nih..Mbak lagi kurang sehat..?” kata Mbak Ambar kepadaku.
Akupun meneruskan kegiatanku membaca majalah politik kegemaranku, tiba-tiba Mbak Ambar sudah ada sebelahku mengintip kegiatanku.

“Lagi ngapain Ri..?” Mbak Ambar biasa memanggilku Ari.
“Anu Mbak…baca majalah nih..” seruku dengan nada kaget.
“Ri….,Mbak boleh minta tolong nggak sama kamu…” pintanya padaku.
“Tolongin apa Mbak…?” ungkapku heran.
“Kepala Mbak agak pusing dari tadi siang, tolong pijitin ya…!” pintanya padaku.

Mbak Ambar pun langsung duduk di kursi belajarku, akupun segera mengambil posisi berdiri dibelakangnya sambil mulai memijat dahi dan kepalanya.
“Iya disitu Ri….enak sekali rasanya..” ungkap Mbak Ambar kepadaku.
Kira-kira setengah jam aku memijat kepalanya, Mbak Ambar menarik tanganku sambil mengarahkannya kearah payudaranya. Aku kaget sakali akan ulahnya itu, sedikit agak kutahan tanganku menolak ajakannya itu.
“Ri… kamu kan udah kuliah, jadi wajar aja kalo Mbak menganggapmu bukan sebagai adik saja, tapi juga teman di rumah ini..” jelasnya padaku.
“Kamu nggak usah malu-malu…” katanya, sambil membimbingku ke bibir tempat tidurku. Dalam sekejap saja Mbak Ambar sudah menciumi aku dengan penuh gairah, walau aku agak sungkan melayaninya.

Tangannya mulai meraba ke arah selangkanganku, diremas-remasnya kemaluanku sambil berusaha membuka seleting celanaku.
”Mbak lagi pengen disentuh Ri….kamu boleh pegang apa saja yang kamu suka…” ungkapnya sambil terus meremas-remas kemaluanku. Akhirnya aku jadi terangsan dengan ulahnya itu, kemaluanku mulai mengeras, Mbak Ambar tersenyum sambil mengeluarkan penisku yang sudah tegang itu. Dia amati batang penisku sambil di elus-elusnya.

“Hm…lumayan..Ri…tapi nanti Mbak bisa bikin ini jadi lebih kuat..” katanya kepadaku.
Aku mulai agak berani terhadapnya, tanganku pun kedekatkan ke payudaranya, lalu ku raba-raba dengan hati-hati.

“Yaaa begitu dong..baru itu laki-laki…” ungkapnya.
Mbak Ambar pun melepas baju tidur yang dikenakannya, sampai akhirnya terlihat tubuhnya yang sintal tanpa busana sedikitpun. Mbak Ambar mulai mengocok-ngocok penisku, lalu mengulumnya dalam-dalam di mulutnya.
“Oooh….Mbak….oohh…!” aku berguman sendiri.
“Ri…..Mbak pengen, kamu setubuhi Mbak tiap sore sebelum abangmu pulang kerja…” ungkapnya.
Tangan Mbak Ambar pun menarik tubuhku kedekapannya lalu memelukku dengan erat.
Hangat sekali rasanya dalam pelukan dia. Aku jadi semakin bergairah membalas ciumannya yang penuh nafsu terhadapku.

Tidak lama setelah itu Mbak Ambar langsung menarik tubuhku ke selangkangannya sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.
Karena basahnya maka tidak terlalu sulit bagi penisku terbenam ke dalam lubang vagina Mbak Ambar.
“Ssssh…. Ooohhh…” Mbak Ambar mendesis, saat penisku terbenam seluruhnya kedalam lubang vagina Mbak Ambar.

Kami pun berpacu dengan penuh nafsu, Mbak Ambar mengajariku gaya bersetubuh yang aneh-aneh kepadaku, tapi nikmat juga rasanya.
“Ri… terus teken yang kuat jangan lemes dong….gimana sih jagoan Mbak nih..” serunya padaku.
“Iya Mbak…aku masih kuat…” ungkapku sambil menghentakan penisku dalam-dalam berulang-ulang.
Tanpa kusadari Mbak Ambar sudah tiga kali orgasme dalam persetubuhan itu, dia pun memberi keleluasaan padaku untuk melampiaskan hasrat dan keinginan tahuku dalam bersetubuh. Dia melayani setiap gerakanku dengan lembut.
“Ya udah kalau mau keluar…. Jangan ditahan ya Ri…., masih banyak kesempatan nanti-nati kan…?” ungkapnya kepadaku.
Aku memang sudah nggak tahan, spermaku seakan seperti lahar yang akan meletus.
“Aaaoohh…oouuh…Mbak…crott..crott…crott…aah..” spermaku keluar dalam lubang vagina Mbak Ambar. Nikmat sekali rasanya vagina Mbak Ambar, masih sempit, pasti karena dia tidak pernah melahirkan sebelumnya.

“Gimana Ri….enak nggak..?” tanyanya padaku.
“Iya Mbak…saya takut ketagihan aja….” Ungkapku pura-pura.
“Jangan takut Ri…kamu pasti mendapatkannya kapan kamu mau, kan abangmu selalu sibuk di kantornya..” ujarnya dengan yakin padaku.

Akhirnya aku tergelak di tempat tidurku, sementara Mbak Ambar bergegas menuju kamarnya persiapan menyambut Bang Abraham pulang kerja. Setelah itu aku dan Mbak Ambar sering melakukan persetubuhan hamper tiap hari sebelum kakakku pulang kerja dan mesih berlangsung sampai sekarang.